Monthly Archives: January 2012
MENYORONG REMBULAN DAN MATAHARI BERKABUT
Bismillahi Ar Rahman Ar Rahim…
Ilir-ilir 1
———————————————————————-
Lir ilir tandure wus sumilir
Tak ijo royo-royo
Tak sengguh temanten anyar
Bocah angon bocah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu penekno kanggo mbasuh dodot-iro
Dodot-iro dodot-iro lumintir bedah ing pinggir
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore
Mumpung jembar kalangane
Mumpung padhang rembulane
Yo surako
Surak: Hiyyoo!
Seri PadangBulan (72)
I L I R – I L I R 2
Kepemimpinan Blimbing
Hikmah Sunan Ampel
———————————————————————-
Lir ilir. Tandure Wus Sumilir. Tak Ijo Royo – Royo. Tak Sengguh Temanten Anyar
Menggeliatlah dari matimu, tutur Sunan. Siumanlah dari pingsan berpuluh-puluh
tahun. Bangkitlah dari nyenyak tidur panjangmu. Sungguh negeri ini adalah
penggalan sorga. Sorga seolah pernah bocor dan mencipratkan kekayaan dan
keindahannya. Dan cipratan keindahannya itu bernama Indonesia Raya
Kau bisa tanam benih kesejahteraan apa saja di atas kesuburan tanahnya yang tak
terkirakan. Tak mungkin kau temukan makhluk Tuhanmu kelaparan di tengah hijau
bumi kepulauan yang bergandeng-gandeng mesra ini. Bisa engkau selenggarakan dan
rayakan pengantin-pengantin pembangunan lebih dari yang bisa dicapai oleh
negeri-nergeri lain yang manapun.
Tapi kita memang telah tak mensyukuri rahmat sepenggal sorga ini. Kita telah
memboroskan anugerah Tuhan ini melalui cocok tanam ketidak-adilan dan
panen-panen kerakusan
Cah angon, cah angon penekno blimbing kuwi
Sunan Ampel tidak menuliskan: “Ulama, Ulama”, “Pak Jendral, Pak Jendral”,
“Intelektual, Intelektual” atau apapun lainnya, melainkan “Bocah Angon, Bocah
Angon…” Beliau juga tidak menuturkan : “Penekno sawo kuwi”, atau “Penekno
pelem kuwi” atau buah apapun lainnya, melainkan “Penekno blimbing kuwi”
Blimbing itu bergigir lima. Terserah tafsirmu apa gerangan yang dimaksud dengan
lima Yang jelas harus ada yang memanjat pohon yang licin ini, agar blimbing bisa
kita capai bersama-sama
Dan yang memanjat harus “Cah Angon”. Tentu saja ia boleh seorang doktor, boleh
seorang seniman, boleh kiai, jendral, atau siapapun saja — namun dimilikinya
daya angon Kesanggupan untuk menggembalakan. Karakter untuk merangkul dan
memesrai semua pihak. Determinasi yang menciptakan garis resultan kedamaian
bersama. Pemancar kasih sayang yang dibutuhkan dan diterima oleh semua warna,
semua golongan, semua kecenderungan
Bocah Angon adalah seorang pemimpin nasional, bukan tokoh golongan atau pemuka
suatu gerombolan
Tandure wus sumilir. Tak ijo royo-royo. Tak sengguh temanten anyar.
Menggeliatlah dari matimu, tutur Sunan. Siumanlah dari pingsan berpuluh-puluh
tahun. Bangkitlah dari nyenyak tidur panjangmu. Sungguh negeri ini adalah
penggalan sorga. Sorga seolah pernah bocor dan mencipratkan kekayaan dan
keindahannya. Dan cipratan keindahannya itu bernama Indonesia Raya ..
Kau bisa tanam benih kesejahteraan apa saja di atas kesuburan tanahnya yang tak
terkirakan. Tak mungkin kau temukan makhluk Tuhanmu kelaparan di tengah hijau
bumi kepulauan yang bergandeng-gandeng mesra ini. Bisa engkau selenggarakan dan
rayakan pengantin-pengantin pembangunan lebih dari yang bisa dicapai oleh
negeri-nergeri lain yang manapun.
Belum lagi kalau engkau nanti melihat bahwa engkau sesungguhnya bisa mendirikan
IMF-mu sendiri yang engkau ambil di rahim bumi dan lautanmu. Belum lagi kalau
engkau nanti menyaksikan apa yang sebenarnya diamanatkan oleh para Aulia
pemelihara pulau Jawa, bahkan oleh leluhur-leluhurmu yang justru engkau
kutuk-kutuk. Belum lagi kalau engkau nanti menyadari bahwa negerimu ini bukan
saja mampu dengan gampang membebaskan dirinya dari krisis dan hutang-hutang,
namun bahkan bisa menjadi negeri adikuasa — seandainya SDM kita tidak
berkarakter tikus-tikus…
Abacadabra sungguh kita memang telah tak mensyukuri rahmat sepenggal sorga ini.
Kita telah memboroskan anugerah Tuhan ini melalui cocok tanam ketidak-adilan dan
panen-panen kerakusan.
Cah angon, cah angon penekno blimbing kuwi.
Sunan Ampel tidak menuliskan: “Ulama, Ulama”, “Pak Jendral, Pak Jendral”,
“Intelektual, Intelektual” atau apapun lainnya, melainkan “Bocah Angon, Bocah
Angon…”
Beliau juga tidak menuturkan : “Penekno sawo kuwi”, atau “Penekno pelem kuwi”
atau buah apapun lainnya, melainkan “Penekno blimbing kuwi”
Blimbing itu bergigir lima. Terserah tafsirmu apa gerangan yang dimaksud dengan
lima.
Yang jelas harus ada yang memanjat “pohon licin reformasi” ini — yang
sungguh-sungguh licin, sehingga banyak tokoh-tokoh yang kita sangka sudah matang
dan dewasa ternyata begitu gampang terpeleset dan kini kebingungan bak
layang-layang putus…..
Kita harus panjat, selicin apapun, agar blimbing itu bisa kita capai
bersama-sama.
Dan yang memanjat harus “Cah Angon”. Tentu saja ia boleh seorang doktor, boleh
seorang seniman, boleh kiai, jendral, atau siapapun saja namun dimilikinya daya
angon.
Kesanggupan untuk menggembalakan. Karakter untuk merangkul dan memesrai semua
pihak. Determinasi yang menciptakan garis resultan kedamaian bersama. Pemancar
kasih sayang yang dibutuhkan dan diterima oleh semua warna, semua golongan,
semua kecenderungan.
Bocah Angon adalah seorang pemimpin nasional, bukan tokoh golongan atau pemuka
suatu gerombolan. Bocah Angon adalah waliyullah, negarawan sejati, ‘orang tua
yang jembar’, bukan Lowo Ijo yang gemagah, bukan Simorodra yang mengaum-aum
seenak napsunya sendiri.
Lunyu-lunyu penekno. Kanggo mbasuh dodot iro.
Sekali lagi, selicin apapun jalan reformasi ini, engkau harus jalani….
Selicin apapun pohon pohon tinggi reformasi ini sang Bocah Angon harus
memanjatnya.
Harus dipanjat sampai selamat memperoleh buahnya, bukan ditebang, dirobohkan dan
diperebutkan.
Air saripati blimbing lima gigir itu diperlukan oleh bangsa ini untuk mencuci
pakaian nasionalnya. Konsep lima itulah sistem nilai yang menjadi wacana utama
gerakan reformasi, kalau kita ingin menata semuanya ke arah yang jelas, kalau
kita mau memahami segala tumpukan masalah ini dalam komprehensi konteks-konteks:
kemanusiaan, kebudayaan, politik, rohani, hukum, ekonomi, sampai apapun.
Bukankah reformasi selama ini kita selenggarakan sekedar dengan acuan ‘nafsu
reformasi’ itu sendiri, tanpa bimbingan ilmu atau spiritualitas dan
profesionalitas rasional apapun?
Dodot iro, dodot iro, kumitir bedah ing pinggir. Dondomono, jlumatono, kanggo
sebo mengko sore.
Pakaianlah yang membuat manusia bukan binatang. Pakaianlah yang membuat manusia
bernama manusia.
Pakaian adalah akhlak, pegangan nilai, landasan moral dan sistem nilai. Pakaian
adalah rasa malu, harga diri, kepribadian, tanggung jawab.
Pergilah ke pasar, lepaskan semua pakaianmu, maka engkau kehilangan
segala-galanya sebagai manusia. Kehilangan harkat kemanusiaanmu, derajat
sosialmu, eksistensi dan kariermu.
Semakin lebar pakaian menutupi tubuh, semakin tinggi pemakainya memberi harga
kepada kemanusiaan pribadinya. Semakin sempit dan sedikit pakaian yang dikenakan
oleh manusia, semakin rendah ia memberi harga kepada kepribadian kemanusiaannya.
Jika engkau berpakaian sehari-hari, engkau menjunjung harkat pribadi dan
eksistensi sosialmu. Jika engkau mengenakan pakaian dinas, maka yang engkau
sangga adalah harga diri dan rasa malu negara, pemerintah dan birokrasi.
Jika engkau melanggar atau mengkhianati amanat, tugas dan fungsimu sebagai
pejabat negara, maka sesungguhnya engkau sedang menelanjangi dirimu sendiri.
Pakaian kebangsaan kita selama berpuluh-puluh tahun telah kita robek-robek
sendiri dengan pisau pengkhianatan, kerakusan dan kekuasaan yang semena-mena —
yang akibatnya justru menimpa rakyat yang merupakan juragan kita, yang menggaji
kita dan membuat kita bisa menjadi pejabat.
Bukankah negara dan pejabat memerlukan rakyat untuk menjadi negara dan pejabat?
Sementara rakyat bisa tetap hidup tanpa negara dan pejabat?
Maka dondomono, jlumatono, jahitlah robekan-robekan itu, utuhkan kembali,
tegakkan harkat yang selama ini ambruk.
Mumpung jembar kalangane, mumpung padhang rembulane. Yo rurako surak Hiyooo!.
Dari sudut apapun, kecuali kelemahan SDMnya, Indonesia Raya ini masih merupakan
ladang masa depan yang subur, masih memancar cahaya rembulannya.
Ilir-ilir itu karya Sunan Ampel. Aku pilih untuk dalam berbagai pertemuan dengan
sesama rakyat kecil melantunkannya, sebab kami sepakat untuk tidak memilih karya
Sunan Isyu, Ayatollah Surat Kaleng, Syekh Katanya, Wali Qila Wa Qala atau Imam
Selebaran Gelap…
Tak usah kita perhatikan apakah ia berbahasa Jawa atau Jerman, memakai kata Arab
atau Perancis. Juga tak usah berpikiran apa-apa mengenai primordalisme atau
sektarianisme seandainyapun lantunan itu berbahasa planet Mars atau jin Gunung
Kawi. Yang penting kita rasuki saja kemesraannya, kita resapi saja keindahannya,
kita nikmati saja ketulusan hati yang dikandungnya, serta kita kita renungi saja
setiap kemungkinan muatan nilainya.
Ilir-Ilir
Kita sudang nglilir. Kita sudah bangun, sudah bangkit, bahkan kaki kita sudah
berlari ke sana kemari, namun akal pikiran kita belum, hatinurani kita belum.
Kita masih merupakan anak-anak dari orde yang kita kutuk di mulut, namun kita
biarkan ajaran-ajarannya terus hidup subur di dalam aliran darah dan jiwa kita.
Kita mengutuk perampok dengan cara mengincarnya untuk kita rampok balik.
Kita mencerca maling dengan penuh kedengkian kenapa bukan kita yang maling.
Kita mencaci penguasa lalim dengan berjuang keras untuk bisa menggantikannya.
Kita membenci para pembuat dosa besar dengan cara setan, yakni melarangnya untuk
insaf dan bertobat.
Kita memperjuangkan gerakan anti penggusuran dengan cara menggusur.
Kita menolak pemusnahan dengan merancangan pemusnahan.
Kita menghujat para penindas dengan riang gembira sebagaimana Iblis, yakni kita
halangi usahanya untuk memperbaiki diri.
Siapakah selain setan, iblis dan dajjal, yang menolak husnul khotimah manusia,
yang memblokade pintu sorga, yang menyorong mereka mendekat ke pintu neraka?
Sesudah ditindas, kita menyiapkan diri untuk menindas.
Sesudah diperbudak, kita siaga untuk ganti memperbudak.
Sesudah dihancurkan, kita susun barisan untuk menghancurkan.
Yang kita bangkitkan bukan pembaruan kebersamaan, melainkan asyiknya perpecahan.
Yang kita bangun bukan nikmatnya kemesraan, tapi menggelaknya kecurigaan.
Yang kita rintis bukan cinta dan ketulusan, melainkan prasangka dan fitnah.
Yang kita perbaharui bukan penyembuhan luka, melainkan rancangan-rancangan
panjang untuk menyelenggarakan perang saudara.
Yang kita kembang suburkan adalah kebiasaan memakan bangkai saudara-saudara kita
sendiri.
Saudara-saudara kita sendiri kita pentaskan di dalam bayangan kecurigaan kita.
Saudara-saudara kita sendiri kita beri peran fiktif di dalam assosiasi prasangka
kita.
Di dalam pementasan fiktif di dalam kepala kita itu, saudara-saudara kita
sendiri kita hardik, kita injak-injak, kita pukuli, kita bunuh dan akhirnya kita
makan beramai-ramai.
Padahal yang kita peroleh dengan memakan bangkai itu bukan keuntungan, melainkan
kesengsaraan batin dan tabungan dosa yang sama sekali tidak produktif.
Yang kita dapatkan dari memakan bangkai itu bukan sukses, melainkan penderitaan
yang terus menerus di kedalaman hati kecil kita.
Kita tidak memperluas cakrawala dengan menabur cinta, melain mempersempit dunia
kita sendiri dengan lubang-lubang kedengkian dan iri hati.
Kita adalah bumi yang menutupi cahaya matahari yang semestinya menimpa rembulan
untuk kemudian dipantulkannya kepada bumi.
Kitalah penghalang cahaya rembulan yang didapatkannya dari matahari, sehingga
bumi kita sendiri menjadi gelap gulita.
Matahari adalah lambang Tuhan. Cahaya adalah rahmat nilai dan barakah rejekinya.
Rembulan adalah Rasul, Nabi, para Wali, Ulama, pemimin-pemimpin kemanusiaan,
pemerintah, lembaga-lembaga sosial, pers, tata nilai kemasyarakatan dan
kenegaraan, atau apapun, yang mentransformasikan cahaya rahmat Tuhan itu agar
menjadi manfaat bagi kehidupan seluruh manusia.
Tapi cahaya itu kita tutupi sendiri.
Tapi informasi itu kita sampaikan secara disinformatif. Tapi cahaya terang itu
kita pandang tidak layak pasar sehingga yang kita kejar-kejar adalah kegelapan,
kerusuhan, pembunuhan, kebohongan, pertengkaran.
Tapi cahaya Tuhan itu kita halangi sendiri. Suara Rasul kita curigai, sabda Nabi
kita singkirkan, ayat-ayat kita remehkan, firman-firman kita anak tirikan —
seakan-akan kita sanggup menumbuhkan bulu alis kita sampai sepuluh sentimeter.
Kita bikin landasan falsafah negara untuk kita buang dalam praktek, sehingga
gerhanalah rembulan dan gelaplah kehidupan.
Kita bikin aturan main nasional untuk kita khianati sendiri, sehingga gerhanalah
rembulan dan gelaplan kehidupan.
Kita bikin sistem, tatanan, batasan-batasan, untuk kita langgar sendiri,
sehingga gerhanalah rembulan dan gelaplah kehidupan.
Kita bikin hiasan-hiasan budaya, lipstik hukum dan lagu pop politik, yang tidak
mengakar di tanah kenyataan hidup kita, sehingga gerhanalah rembulan dan
gelaplah kehidupan.
Kita biayai pekerjaan-pekerjaan besar untuk memboros-boroskan rahmat Allah,
melalui managemen pembangunan yang tidak menomersatukan rakyat, sehingga
gerhanalah rembulan dan gelaplan kehidupan.
Kita selenggarakan kompetisi merampok rahmat, kolusi untuk memonopoli rahmat,
pencurian dan perampokan diam-diam atau terang-terangan atas rahmat Allah yang
sesungguhnya merupakan hak seluruh rakyat negeri ini, sehingga gerhanalah
rembulan dan gelaplah kehidupan.
Sekarang kita harus memilih: apakah akan meneruskan fungsi sebagai bumi penutup
cahaya matahari, ataukah berfungsi rembulan, yang menyorong dirinya, bergeser ke
titik koordinat alam semesta sejarah yang tepat, sehingga kita peroleh kembali
cahaya matahari…untuk nanti sesudah pergantian abad 20 ke 21 kita mulai sebuah
Indonesia baru yang ‘bergelimang cahaya matahari’….
===================================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===================================================================
dari arsip lama sumber : lupa
Ibadah Seorang Muslim
Bismillahi Ar Rahman Ar Rahim…
Di manakah sebenarnya letak kekuatan seorang Muslim untuk mengarungi kehidupan ini? Apakah yang menjadikan seorang Muslim menggebu-gebu dalam menuntaskan setiap mimpi-mimpinya? Ibarat baterai, seperti apakah charger jiwa seorang Muslim?
Seorang Arab Baduy dari perkampungan Mesir duduk sendirian. Di halte trem listrik bawah tanah. Jubah coklatnya tampak kusam, tetapi bersih. Ia seorang lelaki tua dengan kulit coklat gelap. Wajahnya ditumbuhi cambang dan jenggot cukup lebat berwarna putih. Posturnya nampak kukuh, dengan sepasang mata yang bersinar tajam. Dia acuh saja dengan lalu-lalang orang-orang di depannya dengan kesibukan masing-masing. Apakah memang selama ini orang-orang Baduy selalu terpinggirkan oleh orang kota yang prural? Saya menangkapnya demikian.
Bukan sekali, tapi nyata. Terkadang ada umpatan yang tidak layak kepada orang-orang yang kebanyakan hidup nomaden itu. Orang-orang yang termoderenkan oleh keadaan, seringkali merasa ‘super’. Padahal kemoderenan, ketika ia meninggalkan simpul-simpul agama dan etika, akan menggiring kepada kesesatan. “…jika engkau mengikuti kebanyakan orang di muka bumi ini, niscaya akan menyesatkanmu dari jalan Allah…” begitu pesan Allah dalam Al-Qur’an. Kemoderenan harus berangkat dari referensi yang jelas, berupa ajaran agama yang bersih dan sesuai fitrah manusia. Dan kemoderenan yang islami, jauh dari sifat-sifat hedonis, glamour, apalagi hura-hura.
Saya sedang sendirian ketika melihat Arab Baduy itu. Saat dalam perjalanan dari stasiun trem listrik Ramses menuju Ma’ady. Perjalanan yang saya niatkan untuk berdakwah kepada dua anak kecil yang menjadi harapan ibu-bapaknya. Lelah adalah kesan saya saat itu, karena baru dua yang jam lalu pulang kuliah. Saya tidak punya alasan untuk tidak mendekati lelaki Baduy itu, sekedar menyapa atau mendengar ceritanya. Kata teman, orang Mesir kebanyakan suka bercerita. Mengapa tidak saya manfaatkan saja? Bisa jadi ada cerita unik yang keluar darinya, atau mungkin saja ada butiran hikmah yang dititipkan Allah untuk saya. Toh, waktu masih cukup panjang. Kebetulan saya juga sendirian di bangku halte ini.
Lelaki itu dengan ramah menyambut uluran tangan saya. Ia menggenggamnya kuat sambil menjawab salam seakan sudah kenal lama.
“Ana indunisi,” kata saya langsung mengenalkan. Ia hanya manggut-manggut sambil tak lepas tersenyum. Saya memperkenalkan diri lebih dulu, karena kebanyakan orang Mesir lebih mengenal orang Malaysia. Entah mengapa? Mungkin saja negara ber-Perdana Menteri Abdullah Badawi itu lebih maju dari Indonesia. Tapi yang pasti mahasiswa dari Malaysia selalu berpenampilan rapi, islami, seragam. Baju taqwa dan peci haji warna putih. Sekilas sangat mudah dikenali siapa saja.
Lelaki itu sangat antusias dan bersemangat bercerita tentang apa saja. Dari mulai anak-anaknya yang berjumlah empat, peternakan kambingnya, sampai tentang masalah keagamaan. Ia banyak menguasai tentang sejarah Islam dan tafsir Al-Qur’an. Saya tercengang ketika ia mengaku veteran perang Sinai, antara Mesir dan Israel. Salah satu tubuhnya cacat, begitu pengakuannya. “Selayaknya Anda dipanggil pahlawan,” kata saya kepadanya. Mulutnya bedecak dan menggeleng tanda tidak setuju dengan panggilan itu. “Saya berperang untuk Allah, tidak penting penghargaan,” ujarnya singkat. Saya salah terka, ternyata tidak bisa menilai orang dari penampilannya saja. Ia orang hebat dalam pandangan saya.
Saya jadi banyak diam. Sesekali membenarkan apa yang dikatakannya. Tiba giliran saya bertanya, “Apa yang membuat hidup Anda terasa hidup? Apakah ibadah utama yang sering Anda lakukan agar tetap bersemangat?” Ia diam, keningnya berkerut mencari jawaban.
Tiba-tiba suara adzan Ashar berkumandang dari televisi yang berada di stasiun. Ia berdiri lalu berkata, “Saya tidak punya apa-apa yang dibanggakan, tapi saya selalu berangkat ke mesjid ketika mendengar adzan, dan shalat jamaah di sana. Kedua, banyak-banyak mengingat Allah,” katanya tenang.
Saya mengangguk, berterima kasih.
“Ba’da idznak, assalamu’alaikum.” Lelaki itu berlalu dari hadapan saya menuju mesjid besar Al Fatah Ramses di atas stasiun. Saya kagum dengan lelaki itu, bukan karena ceritanya tadi. Tapi, ternyata lelaki itu, berjalan pincang karena peluru pernah menembus kakinya. Agak diseret ia berjalan. Lagi-lagi orang-orang yang berlalu lalang tidak mempedulikan keberadaannya. Hati saya jadi tersentuh, teringat akan suatu hari nanti, di mana atas izin Allah kaki dan tangan berbicara. Menjadi saksi atas perbuatan manusia.
***
Suatu hari Abdullah Ibnu Umi Makthum, mendatangi Rasulullah SAW. Ia tergesa, karena ingin menanyakan hal yang sangat mendasar dalam ibadahnya selaku seorang muslim.
“Wahai, Rasulullah apakah wajib kepadaku untuk shalat jamaah (di mesjid)?” Nabi SAW mengetahui bahwa sahabat yang bertanya ini adalah seorang yang buta. Nabi SAW menjawab, “Apakah Anda bisa mendengar adzan?” dan sahabat itu mengiyakan. Maka Rasullullah SAW menegaskan, “Anda wajib berjamaah.”
Ada sekian banyak cara yang telah Allah ajarkan kepada makhluknya agar tetap ingat kepada-Nya. Karena Allah Maha Tahu, makhluk-Nya ini sangat lemah tanpa ada pertolongan dari-Nya. Karena Allah Maha Penyayang kepada makhluk-Nya, walau pun makhluk-Nya ini sering mengkhianati-Nya. Berdzikir merupakan bekal utama dalam menyelesaikan penatnya hidup ini. Seluruh permasalahan yang membuat hati kita keruh, kembali jernih saat kita berdzikir dan mengadukan permasalah itu kepadanya.
Ah, mungkin sudah tabiat manusia sering melupakan-Nya saat berada dalam kejayaan. Segeralah kembali, Ia Yang Maha Dekat selalu menerima kedatanganmu.
Seorang ulama besar umat ini yang mati dalam penjara, Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan, “berdzikir untuk hati seperti air bagi ikan, bagaimana jadinya jika ikan berpisah dari air?!”
Hukum Asuransi
Bismillahi Ar Rahman Ar Rahim…
Silahkan mengcopy dan memperbanyak artikel ini |
KEADAAN ORANG-ORANG CELAKA DUNIA AKHIRAT
Bismillahi Ar Rahman Ar Rahim…
Kehidupan Mereka di Dunia Mereka di dunia dalam kesengsaraan dan kepayahan. Dada mereka sempit karena tidak ada keyakinan di dalam hati dan jauh dari petunjuk. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: Artinya “Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit dan Kami akan menghimpunkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta.” (QS. 20:124)
Keadaan Mereka Saat Ajal Tiba Di dalam hadits Bara’ bin Azib, asulullah n bersabda, “Dan sungguh seorang hamba yang kafir (di dalam riwayat lain fajir), apabila meninggal dunia dan menuju akhirat, maka datang kepadanya dari langit malaikat yang bengis dan kasar, wajahnya hitam dengan membawa pakaian dari api dan duduk di dekatnya. Kemudian datang Malaikat Maut lalu duduk di sebelah kepala orang kafir tersebut seraya berkata, “Hai jiwa yang jelek,
keluarlah untuk menerima murka dan kemarahan Allah. Beliau lalu bersabda, “Maka malaikat tersebut masuk ke dalam jasad dan mencabut rohnya (dengan kasar dan keras), sebagaimana mencabut daging dari bulu yang basah.” Ketika Sakaratul Maut Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala artinya, “Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata); “Keluar-kanlah nyawamu”. Di hari ini, kamu dibalas dengan siksaan yang menghina-kan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya” (QS. 6:93)
Perjalanan Ruh Orang Kafir ke Langittc “Perjalanan Ruh Orang Kafir ke Langit” Rasulullah menjelaskan tentang ruh orang kafir atau orang yang banyak dosa setelah dicabut dan lepas maka malaikat yang ada di antara langit dan bumi melaknatnya. Demikian pula, malaikat yang di langit. Pintu-pintu langit ditutup dan seluruh malaikat penjaga pintu memohon kepada Allah, agar ruh tersebut tidak dikembalikan kepada mereka. Hanya sebentar ruh itu ada di tangan para malaikat; Setelah itu, diletakkan kembali ke dalam baju api, maka menebarlah bau dari baju itu, seperti bau bangkai di bumi. Lalu ruh itu dibawa naik dan tiadalah melewati sekumpulan malaikat, kecuali mereka mengatakan, “Ruh jelek siapa ini?” Mereka menjawab, “Fulan anak si fulan cocok dengan namanya yang jelek semasa di dunia. Ketika ruh itu sampai di langit dunia maka minta agar dibukakan pintu untuknya, akan tetapi tidak dibukakan, lalu Rasulullah membaca firman Allah, “Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak dibuka-kan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lobang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan.” (QS. 7:40).Siksanya di Alam Kubur Sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadits, bahwa ketika orang kafir dan orang yang banyak melakukan dosa tidak mampu menjawab pertanyaan malaikat di dalam kubur, maka didatangkan kepadanya siksa yang amat pedih dan disempitkan kuburnya, sehingga hancur tulang belulangnya. Mereka pun menyeru, “Ya Allah janganlah Engkau datangkan Hari Kiamat! Keadaannya Pada Hari Kiamat. Pada hari itu, ia berdiri dalam keadaan membelalakkan kedua matanya karena takut, gundah dan bingung. Tidak berkedip dan berjalan cepat tanpa menengok, dengan meng-angkat kepalanya karena bingung, tidak mampu berbuat apa-apa. Wajah-nya hitam diliputi oleh kerendahan dan kehinaan, sedang hatinya kosong tak mampu mengingat atau menghafal sesuatu apapun. Firman Allah, Artinya “Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim.Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. (Mereka datang bergegas-gegas dengan mengangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong.” (QS. 14:42-43)
Mereka menyeru dengan (kalimat) kecelakaan dan kutukan untuk dirinya sendiri sebagaimana difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, Artinya, “Mereka berkata, “Aduh celakalah kami! Siapakah yang mem-bangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Rabb) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul-rasul(Nya)” (QS. 36:52)
Mereka berharap agar Allah Subhanahu wa Ta’ala menghancurkan mereka dan menjadikan tanah, namun apa daya angan-angan itu tak tercapai, sebagaimana firmanNya: Artinya, “Di hari itu orang-orang kafir dan orang-orang yang mendurhakai rasul, ingin supaya mereka disamaratakan dengan tanah, dan mereka tidak dapat menyembunyikan (dari Allah) sesuatu kejadian pun.” (An-Nisaa: 42)
Belenggu Rantai dan Cambuk Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, Artinya “Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta”. (QS. 69:30-32)”
Berkata Ibnu Katsir tentang ayat di atas, “Malaikat Zabaniyyah diperin-tahkan supaya mengambil segolongan dari mereka dengan keras untuk diikat lehernya. Tentang makna “faslukuh” Ibnu Abbas mengatakan, yaitu dima-sukkan melalui pantatnya kemudian ke luar lewat mulut, lalu ditata seperti ulat di dahan yang siap untuk dipanggang. Mereka ingin ke luar dan melarikan diri dari neraka, namun dihalau dengan cambuk-cambuk besi, sebagimana
firmanNya: Artinya “Dan untuk mereka cambuk-cambuk dari besi. Setiap kali mereka hendak
ke luar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya. (Kepada mereka dikatakan), “Rasailah azab yang membakar ini”. (QS. 22 : 22)
Siksa Neraka Terhadap Orang- Orang Kafir Dosa dan kesalahan telah mengua-sai mereka di dunia, maka di akhirat mereka diazab dengan api neraka yang melingkari dan memagari dari segala penjuru, sebagaimana firman Allah, Artinya “Mereka mempunyai tikar tidur dari api nereka dan di atas mereka ada selimut (api nereka). Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim”. (QS. 7:41) Dan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Dan sesungguhnya Jahanam benar-benar menguasai orang-orang yang kafir” (Al Ankabut: 54) Penghuni Neraka Berwujud Makhluk (Monster) yang Besar. Dalam sebuah hadits marfu’ dari Abu Hurairah disebutkan, bahwa tebal kulit orang kafir di neraka adalah empat puluh dua hasta, giginya sebesar gunung Uhud dan tempat duduknya di neraka Jahannam antara Makah dan Madinah. Masuknya Api Neraka ke Hati. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, Artinya, “Sekali-kali tidak! Sesungguh-nya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. Dan tahukah kamu apa Huthamah itu (yaitu) api (disediakan) Allah yang dinyalakan, yang (naik) sampai ke hati. (QS.104:4-7) Dalam ayat lain, “Aku akan memasukkan ke dalam Saqor. Tahukan kamu apa (neraka) Saqor itu? Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan. (Neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia”. (QS.74: 26-29) Makna dari tidak meninggalkan dan tidak membiarkan adalah api itu membakar seluruh anggota badan dan organ- organnya, tanpa kecuali dan tidak ada yang dibiarkan begitu saja. Hidangan dan Minuman Penduduk Neraka Makanan penduduk neraka adalah pohon berduri dan buah Zaqqum sedangkan minuman mereka adalah air panas dan nanah. Pohon berduri yang di dalam surat Al-Ghasyiyah di sebut dengan dhori’ adalah makanan penduduk neraka yang sama sekali tidak berfaidah, tidak enak dan tak ada manfaatnya bagi tubuh, tidak membikin gemuk dan tidak menghilangkan rasa lapar. Apabila penghuni neraka memakan buah Zaqqum, maka perutnya menggelegak seperti mendidihnya minyak. Lalu mereka diberi minum air yang sangat panas, mereka meminumnya seperti unta yang kehausan. Namun minuman itu bukannya menghilangkan rasa dahaga tetapi malah membinasakan. Selain air yang sangat panas penduduk neraka juga disuguhi darah dan nanah sebagaimana difirmankan Allah di dalam Surat Al-Haqqah 35-36. “Maka tiada seorang temanpun baginya pada hari ini di sini. Dan tiada (pula) makanan sedikitpun (baginya) kecuali dari darah dan nanah. (QS. 69: 35-36) Ghislin memiliki makna sesuatu yang mengalir dari kulit penduduk neraka yang berupa nanah dan darah. Ada sebagian yang menafsirkan dengan (maaf) sesuatu yang mengalir dari kemaluan wanita-wanita pezina dan potongan daging orang kafir yang membusuk. Sedang Al-Qurthubi mengatakan bahwa ia (ghislin) adalah kotoran penduduk neraka. Kerugian, Penyesalan dan Permo-honan Mereka Ketika orang-orang kafir melihat neraka, mereka merasakan penyesalan yang mendalam, lalu berteriak sekuat-kuatnya meminta pertolongan; Jeritannya memecahkan kendang telinga. Mereka berharap dan memohon kepada Tuhannya, agar dibebaskan dari neraka, sebagaimana telah dijelaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Mereka berkata, “Ya Rabb kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan kami dan adalah kami orang-orang yang tersesat. Ya Rabb kami, keluarkanlah kami daripadanya (dan kembalikanlah kami ke dunia), maka jika kami kembali (juga kepada kekafiran), sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim. Allah berfirman, “Tinggallah dengan hina di dalamnya dan janganlah kamu berbicara dengan Aku.” (Al-Mu’minuun :106-108) Akan tetapi, mereka sudah berada di suatu tempat yang tiada berguna lagi do’a dan penyesalan. Mereka tak bisa ke luar dan tidak diringankan dari siksa itu, tidak mati dan kekal selama-lamanya di dalam neraka. Ya Allah jauhkanlah kami dari siksa neraka, Maha Suci Engkau ya Allah yang Maha Terpuji. Aku bersaksi bahwa tiada Ilah yang haq kecuali Engkau, aku mohon ampunanMu dan aku bertaubat kepadaMu. Dari buletin Darul Wathan “Ahwalul Asyqiya fiddunya wal akhirah” (Abu Habibur Rahman)
Hikmah Pengharaman Alkohol : Dampaknya Terhadap Jantung
Bismillahi Ar Rahman Ar Rahim…
Dr. Sath-han Ahmad (United State of America)
ٍSudah menjadi sesuatu yang diketahui umum, yaitu adanya dampak yang sangat kentara dari alkohol terhadap otak dan kerja hati (liver), kecuali apabila hal itu digunakan untuk tujuan-tujuan sosial atau untuk medis. Ada sebuah pemahaman yang menyatakan bahwa penggunaan alkohol dalam jumlah kecil tidak berdampak pada toksin atau mempengaruhi anggota tubuh lainnya sehingga tidak boleh melarang penggunaan alkohol.
Oleh karena itu, aku melaksanakan penelitian ini untuk memastikan ada-tidaknya dampak yang signifikan terhadap jantung bagi manusia. Penelitian juga aku lakukan terhadap zat aditif “khomer” bagi responden. Tes percobaan adalah 6 jenis alkohol dengan kandungan 43% saya berikan kepada orang biasa yang sehat yang berusia 23 – 30 tahun selama 2 jam, bagi kelompok pertama, dan 1 jam bagi kelompok kedua. Dan ternyata, kerja jantung jadi berdebar kencang.
Terhadap kelompok pertama, setelah berselang 60 menit (1 jam), kandungan al-kohol menjadi + 74 mcm/ml ada penambahan selama pemompaan darah 90 – 96 mili kedua. Dan penambahan waktu kepastian 44 – 52, bertambah persentase keduanya dari 0,299 sampai 323. Dan mulai menurun setelah 2 jam pertama padahal jumlah alkohol dalam darah bertambah sampai 111 mg dengan peningkatan yang sangat cepat/drastis (pada kelompok kedua) dan terjadi dis-fungsi organ perut bagian kiri setelah 30 menit. Hal ini terjadi ketika keadaan alkohol dalam darah mencapai 50 mg/100ml.
Adapun pada kelompok ketiga. Kami melakukan studi komparasional terhadap 5 orang yang aku beri saccharine dan terjadi penurunan pada tiga hal tersebut pada setiap orang.
Oleh karena itu, penggunaan alkohol dengan dosis “kecil/atau tidak seberapa” akan menyebabkan terjadinya disfungsi organ secara berkala; dan pada orang-orang biasa bila tidak berkala. Dan untuk menganalisis kerja jantung pada pada saat diberi zat aditif tersebut di atas, maka 3 orang yang sudah kecanduan khomer, kami melakukan studi komparasinya dengan kelompok orang-orang biasa yang sehat. Berdasarkan hipotesis : Ada perbedaan yang jelas pada keadaan dan gejala-gejala jantung, maka diketahui bahwasanya ditemukan keadaan yang sangat jelas pada setiap responden tentang disfungsi organ perut bagian kiri, baik besar atau pun kecil. Dan disfungsi ini lebih jelas lagi pada orang yang sedang sakit yang relatif lebih lama pada lama-tidaknya kerja jantung. Pada 12 pasien tidak mengetahui penyebab pembengkakan jantung, sebab ukuran/volume organ perut bagian kiri dan volume darah dan terbuang berbeda lebih jelas dibandingkan pada responden orang biasa.
Dan pada 11 orang yang menderita sakit tambahan, tidak mengetahui pembengkakan jantung dengan perbedaan yang jelas, yaitu adanya penambahan atau pengurangan volume pompa darah.
Pada 18 pasien, mengetahui adanya pembengkakan jantung tanpa diserta gejala, terjadi penurunan atau dis-fungsi kerja pompa jantung secara jelas dan disertai penurunan volume dan darah yang terbuang.
Berdasarkan hal tersebut, penggunaan alkohol (sebagai zat aditif) adalah kritis secara terus-menerus terhadap jantung. Hal ini diawali dengan berdebarnya detak jantung dan sampai pada tahapan berikutnya, sakit; penurunan stamina tubuh pada kerja pompa darah, kemudian pembengkakan jantung, munculnya dis-fungsi jantung. Dan informasi yang diperoleh dari percobaan terhadap sejumlah anjing menguatkan data kami ini, dimana kami telah memberi makan 7 anjing tersebut secara paralel 5 kebutuhan anjing tersebut akan energi panas melalui alkohol selama 18 bulan. Maka, terjadilah dis-fungsi/penurunan yang sangat jelas pada jumlah yang terbuang dari organ perut bagian kiri, dan pada kekuatan tulang biseps. Adapun pembengkakan pada organ perut dan inflamasi ataupun perubahan pada keduanya, maka hal itu tidak terjadi, dan terjadinya penurunan potassium dengan adanya catatan pada biseps jantung anjing (64, dimana sebelumnya 72).
Berdasarkan hal tersebut, pengunaan alkohol dengan dosis apapun dan dalam kondisi apapun bukan hanya mempengaruhi aqidah saja, bahkan berdampak kepada jantung dengan dampak yang sangat berbahaya.
Sesungguhnya hukum pengharaman di dalam Islam adalah sesuatu yang sudah dogmatis dan terbatas yang tidak ada porsi sedikitpun untuk meragukannya atau mengingkarinya. Sikap Islam terhadap penggunaannya minuman beralkohol dalam dosis kecil adalah sangat jelas yang tidak perlu penjelasan tambahan, sebagaimana disebutkan dalam hadits-hadits Rasulullah. Adapun orang-orang kafir dan kalangan pendosa, mereka mengikuti kaidah-kaidah mereka dari aspek kemanusiaan dan medik untuk melegalkan penggunaan alkohol dalam dosis rendah … . Maka mereka akhirnya menyangka bahwa dosis rendah tidak akan berdampak secara signifikan, tidak jadi haram, dan tidak membahayakan tubuh. Dari hal ini pun akhirnya dimungkinkan penggunaan alkohol dalam dosis sedang untuk tujuan-tujuan medik.
Oleh karena itu, dipandang perlu bahwa kita dalam setiap moment selalu mengedepankan ilmu dan dalil untuk memuaskan mereka-mereka yang tidak yakin dengan asas komitmen dalam kita bertahkim dengan hukum ilahi.
Hikmah Nikah
Bismillahi Ar Rahman Ar Rahim…
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnyapada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS 30:21)
Nikah merupakan sunnah Rasul yang memiliki peranan yang sangat penting
baik dalam menjaga moral masyarakat dan juga menjaga tegaknya agama
Allah di muka bumi. Oleh karena itu Rasulullah S.A.W. sangat
menekankan agar umatnya menikah sampai ia mengatakan dalam salah satu
hadistnya Barang siapa yang sengaja tidak menikah, maka dia tidak
termasuk golonganku.
Hukum Nikah
Hukum nikah dapat memiliki tingkatan yang berbeda-beda bagi tiap
individu. Sunah: Pada dasarnya nikah adalah sunnah bagi seseorang yang
sudah mampu membangun rumah tangga tetapi masih belum berani untuk
melamar dan masih mampu untuk menahan syahwatnya dari perbuatan keji
(zina).
Wajib: Seseorang dapat terkena hukum wajib menikah jika ia telah
memiliki kemampuan yang cukup untuk membina keluarga dan dan memiliki
dorongan syahwat yang cukup tinggi hingga ia takut akan berbuat zina.
Haram: Nikah juga dapat menjadi haram bagi seseorang jika niatnya
menikah adalah untuk menganiaya istrinya atau menyengsarakan
keluarganya (dendam, dsb.)
Makruh: Seseorang belum dianjurkan untuk menikah jika ia masih belum
memiliki kemampuan untuk membina keluarga atau takut belum dapat
memikul tanggung jawab dalam keluarga serta masih mampu mengendalikan
syahwatnya.
Mubah:Hukum ini (boleh menikah boleh tidak) jika hasrat untuk menikah
tidak ada, namun sudah memiliki kemampuan secara ekonomi untuk
membangun keluarga. Namun bagi sesorang yang merasa dalam golongan ini
sebaiknya ingat akan hadist Rasulullah yang tertulis di awal buletin
ini.
Fungsi Nikah
Bagi umat Islam, nikah mempunyai bergai fungsi:
1. Memenuhi kodrat sebagai manusia
Allah telah menetapkan kodrat manusia manusia untuk saling tertarik
pada lawan jenisnya, sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran:
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari
jenis mas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surga).” (QS: 3:14)
Dari surat diatas terlihat jelas bahwa manusia secara umum memang
memiliki keinginan dasar yang sama, dengan ketertarikan akan lawan
jenis sebagai urutan pertama.
Manusia merupakan makhluk Allah yang tertinggi derajatnya. Hal ini
telah ditegaskan Allah SWT pada saat manusia pertama Adam A.S.
diciptakan. Lebih tinggi dari binatang yang hanya memiliki nafsu,
namun tidak dibekali akal dan pikiran. Lebih tinggi juga dari
Malaikat, walaupun malaikat dianggap sebagai makhluk yang paling
patuh, namun mereka tidak memiliki nafsu dan emosi untuk berkehendak
(free will) dan menentukan apa yang terbaik bagi mereka.
Dengan kelengkapan atribut manusia yang memiliki akal, jasad, nafsu,
manusia mempunyai kepentingan untuk dapat memenuhi kebutuhan
masing-masing unsur tadi. Dan Allah memeberikan jalan melalui
pernikahan untuk dapat melaksanakan kodratnya itu secara baik/wajar.
2. Mendapatkan keturunan
Fungsi ini memiliki peranan yang sangat penting dalam rangka
mempertahankan keberadaan manusia di muka bumi ini. Jauh labih penting
lagi adalah untuk dapat menegakkan ajaran Allah di muka bumi, Melalui
keturunan-keturunan dari keluarga yang baik diharapkan perintah Allah
dapat ditegakkan sampai akhir jaman nanti. Tujuan mendapatkan
keturunan dari suatu pernikahan juga diperintahkan di dalam AL-Quran:
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari yang sat, dan dari padanya Allah menciptakan
istierinya, dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan
laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah
dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain,
dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu
mengawasi kamu (Q.S 4:1)
3. Menunjukkan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT
Hikmah terbesar dari suatu pernikahan adalah menunjukkan tanda-tanda
kekuasaan Allah SWT atas segala yang ada di muka bumi ini termasuk
manusia. Segala sesuatu yang diciptakan Allah di muka bumi ini telah
ditetapkan fungsi dan tujuannya. Penciptaan seorang individu juga
telah dilengkapi seorang pasangan untuk mendampinginya. Kekuasaan
Allah terletak pada mempertemukan dua individu yang dulunya terpisah
dan mungkin memiliki perbedaan latar belakang namun melalui pertemuan
tibul keharmonisan dan tercipta rasa tenteram dan saling menyayangi,
sebagaimana diuraikan dalam Al-Quran:
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnyapada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS 30:21)
Mencari Pasangan
Seperti kita ketahui, dalam memilih pasangan Rasulullah menyatakan
beberapa model cara memilih jodoh:
1. Karena keturunan
2. karena kecantikan/ cakapnya
3. karena kekayaannya
4. karena agamanya
Dari model diatas, Rasulullah mengindikasikan bahwa model terakhir
(karena agamanya) Insya Allah akan memberikan pernikahan yang berkah
dan menjanjikan kebahagiaan yang lebih hakiki. Faktor keturunan,
ketampanan/kecantikan dan kekayaan bukan jaminan kebahagiaan (dan
tidak berarti juga bahwa hal-hal tersebut tidak bisa memberikan
kebahagiaannamun tidak menjanjikan sesuatu yang hakiki).
Dengan adanya kesamaan prinsip dalam bergama, dan pengertian yang baik
tentang agamanya, banyak masalah yang akan dihadapi dapat diselesaikan
secara lebih jernih. Dan karena niat orang yang memilih jodoh
berdasarkan agama adalah ibadah kepada Allah, maka ia mendapatkan
kekuatan luar biasa untuk melakukan yang terbaik semata-mata karena
Allah. Dalam kesulitan apapun, mereka yakin bahwasanya Allah selalu
memperhatikan mereka dan akan membantu mereka dalam menyelesaikan
masalah. Kalo kita telaah lebih dalam dari model-model diatas,
sebenarnya apa yang dianjurkan Rasulullah menyatakan sikap ummat yang
anti rasial. Dan ini sebenarnya yang selalu digembar-gemborkan oleh
pihak barat namun dalam memilih jodoh mereka tidak punya standar lain
Tambahan petunjuk atau checklist dalam memilih pasangan hidup
diuraikan oleh Syekh Muhammad Jamaluddin Alqasimi Addimasqi (kitab
Al-Mauidhatul Muminin) dalam delapan point:
1. Baik agamanya, mengerti dan menjalankan perintah agamanya dengan
baik. Orang yang saleh akan selalu berusaha untuk menjaga kehormatan
dan martabatnya. Ia akan takut kepada Allah dan takut akan
larangan-larangan Allah. Jika pasangan kita memiliki atribut ini maka
hati kita merasa lebih tenang dan yakin bahwa dia tidak akan melakukan
hal-hal yang bertentangan dengan agama. Kita tidak perlu mengawasi
karena kesadaran akan kekuasaan Allah dalam mengawasi setiap tingkah
laku kita dan pasangan kita akan menjaga kita.
2. Luhur budi pekertinya Budi pekerti merupakan sikap yang diambil
sesorang dalam suatu keadaan tertentu. Ketabahan dan kesabaran dalam
menghadapi berbagai cobaan merupakan contoh sikap yang dicari dari
seorang calon pasangan hidup.
3. Keindahan fisik/ keelokan, Ini merupakan sesuatu yang relatif.
Sudah merupakan dambaan setiap orang untuk mendapatkan pasangan dengan
penampilan yang enak dipandang dan menghadirkan rasa senang dalam
hati, ini sudah merupakan salah satu fitrah manusia. Ketika
Rasullullah ditanyakan seorang sahabt mengenai wanita yang mana yang
lebih baik? , jawaban Rasullullah adalah, Menggembirakan bila dilihat,
patuh bila disuruh dan tidak membuat yang dibenci suaminya terhadap
dirinya dan tidak suka memboroskan harta. Oleh karena itu disunnahkan
untuk terlebih dahulu saling mengetahui dan melihat wajah calonnya,
sebelum mengambil keputusan. Jangan sampai setelah nikah nanti merasa
dibohongi!!!!
4. Ringan maharnya Sangat dianjurkan bagi seorang wanita untuk tidak
menetukan mahar yang memberatkan mahal. (malah ada yang bilang hal ini
makruh). Rasul SAW mengatakan, Salah satu tanda keberkatan perempuan
adalah cepat perkawinannya, cepat melahirkan anak dan murah maharnya.
(HR Ahmad dan Baihaqi)
5. Subur Kehadiran seorang anak dalam keluarga merupakan perekat
bangunnya keluarga. Yang didambakan adalah anak yang saleh yang dapat
mendoakan orangtuanya dan bertaqwa kepada Allah SWT. Ini dapat menjadi
bekal orangtua saat nanti meninggal anak-anak yang saleh dapat
menambah amalan orang tuanya. Oleh karena itu merupakan tanggung jawab
orang tua untuk dapat mendidik anak menjadi saleh.
6. Masih gadis Hal ini ditekankan bagi laki-laki yang akan menikah
untuk pertama kali sesuai dengan sunnah Rasul SAW, Alangkah baiknya
kalau istrimu itu seorang gadis, engkau dapat bermain-main dengannya
dan dia dapat bermain-main deganmu (H.R Muslim)
7. Keturunan keluarga baik-baik pepatah menyatakan: Air cucuran
akhirnya jatuhnya ke pelimbahan juga. Seorang anak cenderung mewarisi
sifat-sifat dari orang tuanya (genetik???)
8. Bukan termasuk muhrim Kedekatan hubungan darah dapat menjadikan
pernikahan menjadi hambar (udah kenal dari dulunggak ada
tantangannya). Dari segi genetik juga kurang baik karena dapat
mengekspose genetik resesif (jelek) pada keturunannya.
Namun persoalan umum yang muncul dalam hal mencari jodoh bukan hanya
standar/atau metode. tapi bagaimana kita mengetahui kalo seseorang itu
jodoh kita????
Pada dasarnya tidak ada manusia yang sempurna yang penting dalam
menjatuhkan pilihan adalah ketentuan pokok yang dipegang. kemudian
hal-hal lainnya kita serahkan kepada Allah SWT, Insya Allah dengan
berserah diri kepada Allah dan menimbulkan rasa yakin akan pilihan
kita (melalui sholat istiqarah)
Dalam agama kita juga sangat dianjurkan untuk tidak berlama-lama
antara waktu memutuskan untuk menghitbah dan menikahi seseorang. Hal
ini dikarenakan banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi sesorang
membatalkan niatnya.. sebagian orang mengatakan dalam mengambil
keputusan untuk menikah itu keseimbangan akal dan hati dibuat agak
miring 25% logika dan 75% hati. Wallahu Aalam bishawab
wastaghfirullahal azhim.
Syarat Pernikahan
1. Lamaran:
langsung dan terbuka, harus ada pihak yang melamar dan ada pernyataan
menerima lamaran. Setelah ini masing-masing pihak telah terikat dan
tidak boleh melamar atau menerima lamaran dari orang lain. Namun belum
sah sebagai suami istri. Setelah lamaran dilakukan persiapan untuk
nikah harus segera dilakukan, jangan membiarkan waktu terlalu lama
antara lamaran dan nikah.
2. Akad Nikah;
merupakan ikrar kedua pihak untuk mengikat masing-masing pihak sebagai
suami-istri yang sah secara agama. Ini merupakan ikrar terberat yang
dilakukan manusia seumur hidupnya (konsekuensinya besar!!!)
3. Berlangsung secara terbuka (publisitas) dianjurkan untuk melakukan
pesta pernikahan.
4. Tidak ada tekanan terhadap masing-masing pihak untuk menikah. dan
masing-masing dalam keadaan bebas untuk menikah
5. Mahar,
pemberian dari pihak laki-laki kepada pihak wanita sebagai tanda bahwa
pihak laki2 sudah mampu secara material menghidupi istrinya. Namun
sangat dianjurkan untuk tidak memberatkan nilai mahar. Mahar bukan
tanda pembelian anak dari orang tuanya.
6. Wali untuk pihak wanita (terutama yang belum pernah menikah).
Tujuannya untuk memastikan bahwa proses pernikahan tsb. berlaku secara
adil dan melindungi haknya. Wali tidak dapat memaksakan anak
perempuannya untuk menikah. Seorang wanita mempunyai hak untuk
menerima/menolak suatu tawaran untuk menikahi seorang pria.
7. Saksi , aspek publisitas sebaiknya ada pihak di luar keluarga yang
menyaksikan pernikahan tsb.
Konsekuensi Menikah
Orang yang menikah mengemban tanggung jawab dan amanah yang sangat
besar. Ijab-qabul merupakan ikrar yang terberat yang dilakukan manusia
semasa hidupnya. Saat seorang lelaki mengucapkan ijab-qabul maka
secara jelas ia menyatakan siap untuk menerima tanggung jawab penuh
dari wali calon istrinya untuk merawat dan memberikan segala kebutuhan
istrinya kelak. Dan istri juga merupakan amanah yang diembankan Allah
kepada seorang suami.
Bagi seorang istri, ijab-qabul berarti ia menyatakan kesetiaan dan
pengabdiannya kepada suaminya. Ia harus siap menghadapi segala macam
tantangan hidup berdua dengan orang yang dahulu asing baginya. Ia
mempertaruhakan harapan dan masa depannya bersama suaminya. Pernikahan
sering diibaratkan seperti mengarungi samudra luas. Laut dengan
berbagai keadaan alamnya yang dapat berubah-ubah sewaktu-waktu
menyimpan berbagai macam keindahan sekaligu tantangan yang cukup
dahsyat.
Keindahan lauthadir saat ombak tenang , sunset, dan burung-burung
laut berterbangan. Namun badai menghampiri diperlukan keahlian kapten
kapal untuk dapat mengendalikan dan mengarahkan kapalnya, jika tidak
maka malapetaka sewaktu-waktu dapat menimpa, kapal dapat karam atau
pecah dan tenggelam.
Dalam suatu pernikahan diperlukan komunikasi dan pengertian yang
intensif agar segala macam persoalan dapat dipecahkan. Dan ini harus
berhadapan dengan sifat-sifat unik dari setiap individu.
Insentif untuk melaksanakan nikah
Allah menyadari bahwa ibadah nikah bukanlah sesuatu yang mudah untuk
dilakukan. Untuk itu ganjaran serta manfaat yang akan didapat oleh
seseorang yang menikah juga sangat besar. Dikatakan nikah itu
merupakan setengah dari iman. Hal ini dapat dilihat dari berbagai
segi. Ada segi yang dapat kita lihat bahwa melalui suatu pernikahan
seseorang mendapat kesempatan untuk menambah amal ibadahnya berlipat
ganda, jika dibandingkan hidup sendiri. Melakukan berbagai kebaikan
dan menunjukkan rasa kasih sayang kita kepada istri merupakan amalan
yang ganjarannya cukuplah mengagumkan, lebih dari berbagai amalan
sendiri. Dan melalui berbagai amalan ini Insya Allah akan memperkuat
iman kita dan rasa syukur kita kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
berkah yang diberikan kepada keluarga kita.
Bagi seorang wanita melayani suami mendapatkan ganjaran yang begitu
besar yang tiada taranya didunia ini (andaikata mereka mengetahuinya.)
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amiiin
Hikmah Larangan Bernafas Ketika Minum
Bismillahi Ar Rahman Ar Rahim…
(( عن ثمامة بن عبد الله، قال: كان أنس بن مالك رضي الله تعالى عنه يتنفس في الإناء مرتين أو ثلاثة مرات، وزعم أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يتنفس ثلاثا )) صحيح البخاري، في الأشربة 5631
Dari Tsumamah bin Abdullah, “Dahulu Anas bin Malik radhiyallahu ta’alaa anhu pernah bernafas di dalam bejana dua kali atau tiga kali, dan dia mengira Nabi sallallahu alaihi wa sallam pernah melakukan hal itu (HR. Bukhari, No. 5631)
Dari Abu Qatadah dan bapaknya, Rasulullah bersabda, “Apabila salah seorang diantara kalian minum, maka janganlah ia bernafas di bejana (gelas), dan jika salah seorang dari kalian kencing maka janganlah ia memegang dzakar (kemaluannya) dengan tangan kanannya, jika membersihkan maka jangan membersihkan dengan tangan kanannya (HR. Bukhari 5630)
Sebagian ulama mengatakan, “Larangan bernafas di dalam bejana ketika minum sama seperti larangan ketika makan dan minum, sebab hal itu bisa menyebabkan keluarnya ludah sehingga bisa mempengaruhi kebersihan air minum tersebut. Dan keadaan ini apabila dia makan dan minum dengan orang lain. Adapun bila ia makan sendirian atau bersama keluarganya atau dengan orang yang tidak terganggu dengan caramu tersebut, maka hal itu tidak mengapa.” Aku ( Imam Ibn Hajar Al-Asqalani) berkata, “Dan yang lebih bagus adalah memberlakukan larangan hadits Nabi tersebut, sebab larangan itu bukan untuk menghormati orang yang layak dihormati ataupun untuk mendapat penghargaan dari orang lain…. Berkata Imam Al-Qurthubi, “Makna larangan itu adalah agar bejana dan air tersebut tidak tercemar dengan air ludah atau pun bau yang tidak sedap”. Fat-hul Bari, 10/94.
Demikianlah penjelasan para ulama kita. Para pakar kontemporer pun telah berusaha mengorek hikmah atas larangan tersebut. Mereka mengatakan, “Ini adalah petunjuk yang indah yang diajarkan oleh Nabi kita Muhammad sallallahu alaihi wa sallam dalam menyempurnakan akhlaq. Dan apabila makan atau minum kemudian terpercik ludah keluar dari mulut kita, maka hal itu merupakan kekurangnya sopan santun kita, dan sebab munculnya sikap meremehkan, atau penghinaan. Dan Rasulullah adalah adalah penghulunya seluruh orang-orang yang santun dan pemimpinnya seluruh para pendidik.
Bernafas adalah aktivitas menghirup dan mengeluarkan udara; menghirup udara yang bersih lagi penuh dengan oksigen ke dalam paru-paru sehingga tubuh bisa beraktivitas sebagaimana mestinya; dan menghembuskan nafas adalah udara keluar dari paru-paru yang penuh dengan gas karbon dan sedikit oksigen, serta sebagian sisa-sisa tubuh yang beterbangan di dalam tubuh dan keluar melalui kedua paru-paru dalam bentuk gas. Gas-gas ini dalam persentase yang besar ketika angin dihembuskan, padanya terdapat sejumlah penyakit, seperti pada toksin air kencing … Maka udara yang dihembuskan mengandung sisa-sisa tubuh yang berbentuk gas dengan sedikit oksigen. Dari hal ini kita mengetahui hikmah yang agung dari larangan Rasulullah; yaitu agar kita tidak bernafas ketika makan atau minum; akan tetapi yang dibenarkan adalah minum sebentar lalu diputus dengan bernafas di luar bejana, lalu minum kembali.
Rasulullah memberikan wejangan tentang awal yang bagus dalam perintahnya tentang memutus minum dengan bernafas sebentar-sebentar. Sebagimana sudah kita ketahui, bahwa seorang yang minum 1 gelas dalam satu kali minuman akan memaksa dirinya untuk menutup/menahan nafasnya hingga ia selesai minum. Yang demikian karena jalur yang dilalui oleh air dan makanan dan jalan yang dilalui oleh udara akan saling bertabrakan, sehingga tidak mungkin seseorang akan bisa makan atau minum sambil bernafas secara bersama-sama. Sehingga tidak bisa tidak, ia harus memutus salah satu dari keduanya. Dan ketika seseorang menutup/menahan nafasnya dalam waktu lama, maka udara di dalam paru-paru akan terblokir, maka ia akan menekan kedua dinding paru-paru, maka membesar dan berkuranglah kelenturannya setahap demi setahap. Dan gejala ini tidak akan terlihat dalam waktu yang singkat. Akan tetapi apabila seseorang membiasakan diri melakukan ini (minum dengan menghabiskan air dalam satu kali tenggakan) maka ia akan banyak sekali meminum air, seperti unta, dimana paru-parunya selalu terbuka…. Maka paru-paru akan menyempitkan nafasnya manakala ia sedikit minum air, maka kedua bibirnya kelu dan kaku, dan demikian juga dengan kukunya. Kemudian, kedua paru-parunya menekan jantung sehingga mengalami dis-fungsi jantung (gagal jantung), kemudian membalik ke hati, maka hati menjadi membesar (membengkak), kemudian sekujur tubuh akan menggembur. Dan Demikianlah keadaannya, sebab kedua paru-paru yang terbuka merupakan penyakit yang berbahaya, sampai para dokter pun menganggapnya lebih berbahaya daripada kanker tenggorokan.
Dan Nabi Sallallahu alaihi wassallam tidak menginginkan seorangpun dari ummatnya sampai menderita penyakit ini. Oleh karena itu, beliau menasihati ummatnya agar meminum air seteguk demi seteguk (antara dua tegukan dijeda dengan nafas), dan meminum air 1 gelas dengan 3 kali tegukan, sebab hal ini lebih memuaskan rasa dahaga dan lebih menyehatkan tubuh (Lihat Al-Haqa’iq Al-Thabiyyah fii Al-Islam, secara ringkas)
Sumber: Al-Arba’in Al-Ilmiah, Abdul Hamid Mahmud Thahmaaz
)
Hikmah Disyari’atkan Khitan
Bismillahi Ar Rahman Ar Rahim…
Dari Abu Hurairah -Semoga Allah meridhainya- Rasulullah bersabda:
(( الفطرة خمس -أو خمسة من الفطرة: الختان، والاستحداد، وتنف الإبط، وتقليم الأظفار، وقص الشارب )) الخباري في صحيح، 5889
Artinya: Fithrah manusia itu ada lima, yaitu khitan, mencukur bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak, memotong kuku, dan mencukur kumis (HR. Bukhari, 5889).
Makna fitrah pada asalnya adalah tabiat yang semula sudah ada, dan yang dimaksu dengan hadits tersebut di atas adalah, “Jika 5 hal di atas dilakukan maka pelakunya disifati dengan fithrah sebagaimana Allah tetapkan demikian untuk para hambanya, dan juga Allah memotivasi hamba-Nya untuk melakukan, mencintai hal yang demikian, sehingga hamba tersebut memiliki sifat yang paling sempurna lagi mulia. Dalam sejumlah sifat yang lain disebutkan, “Lima hal yang teramsuk sunnah/kebiasaan”.
Dan khitan maknanya adalah memotong, yaitu memotong kulub (kulit yang berlebih yang ada pada dzakar bagian depan. Adapun istihdad, adalah menggunakan alat potong untuk menghilangkan rambut yang ada di atas dan sekitar kemaluan laki-laki. Demikian juga rambut yang ada di sekitar kemaluan perempuan.
Sebuah majalah medis terkenal di Inggris, BMG, pernah menurunkan makalah tentang kanker kelamin dan penyebab-penyebabnya pada tahun 1986. Diantara keterangannya adalah, “Sesungguhnya kanker kelamin sangat kecil sekali terjadi di kalangan yahudi dan negeri-negeri muslim, sebab mereka ini melakukan khitan semenjak usia anak-anak. Dan data statistik medis menunjukkan bahwa kanker kemaluan yang terjadi pada kalangan yahudi tidak terjadi kecuali hanya terhadap 9 penderita saja dalam setahun.”
Proses terjadinya kanker kelamin adalah ketika kemaluan tidak dikhitan, maka kulub yang ada di bagian depan kemaluan tersebut selalu menyisakan air kencing yang keluar. Air kencing tersebut membawa endapan-endapan yang dalam waktu yang lama akan menutupi bagian saluran air kencing sehingga menyebabkan dis-fungsi. Maka dengan dikhitannya kulub ini, kemungkinan mengendapnya sisa-sisa air kencing tidak ada lagi karena selalu dibersihkan setiap kali kencing. Sisa-sisa endapan air kencing inilah yang berdasarkan penelitian merupakan sebab utama terjadinya kanker kelamin.
Majalah “Al-Ma’had Al-Wathaniy lii Al-Sarthan” menurunkan berita tentang hasil penelitian yang menegaskan bahwa kanker kelamin bisa berpindah ketika berhubungan seks. Dan dengan hubungan seks dengan banyak pasangan bebas juga akan menyebabkan terjadinya kanker ini. Dalam dalam laporan buletin sebuah akademi untuk penyakit-penyakit anak-anak disebutkan bahwa sesungguhnya khitan adalah cara yang efektif untuk mencegah terjadinya kanker kelamin.
Sebuah majalah Amerika untuk penyakit anak-anak juga menegaskan bahwa aktivitas-aktivitas agama yang dianut kalangan muslimin (Islam) dan yahudi yang menegaskan mensyari’atkan khitan memiliki dampak yang sangat mendasar dalam memotivasi mereka untuk melaksanakan fithrah ini (khitan)”. Dan dalam shahihain (Bukhari dan Muslim) diriwayatkan dari Abu Hurairah secara marfu’ bahwa Nabi Ibrahim –Alaihis Salam– melakukan khitan ketika ia memasuki usia 80 tahun.
Sumber: Al-Arbaun Al-Ilmiyah” Abdul hamid Mahmud Thahmaz, Daar Al-Qalam
Penerjemah: Abu Muhammad ibn Shadiq
Hikmah Diharamkannya Menikahi Saudara Sesusuan
Bismillahi Ar Rahman Ar Rahim…
Rasulullah bersabda, “Diharamkan dari saudara sesusuan segala sesuatu yang diharamkan dari nasab”.HR. Bukhari dan Muslim
Sejumlah penelitian ilmiah baru-baru ini menemukan adanya gen dalam ASI orang yang menyusui, dimana ASI mengakibatkan terbentuknya organ-organ pelindung pada orang yang menyusu. Yang demikian apabila ia menyusu antara 3 sampai 5 susuan. Dan ini adalah susuan yang dibutuhkan untuk bisa membentuk organ-organ yang berfungsi melindungi tubuh manusia.
Maka, apabila ASI disusu maka ia akan menurunkan sifat-sifat khusus sebagaimana pemilik ASI tersebut. Oleh karena itu, ia akan memiliki kesamaan atau kemiripan dengan saudara atau saudari sesusuannya dalam hal sifat yang diturunkan dari ibu pemilik ASI tersebut.
Dan juga sudah ditemukan bahwa organ-organ yang berfungsi melindungi tubuh mungkin akan menyebabkan munculnya sifat-sifat yang diridhai oleh sesama saudara dalam kaitannya dengan pernikahan. Dari sini, kita mengetahui hikmah yang terkandung dari hadits di atas yang melarang kita dari menikahi saudara sesusuan yaitu mereka yang menyusu pada ibu lebih dari 5 kali susuan.
Sesungguhnya kekerabatan karena sesusuan ditetapkan dan dapat dipindahkan karena keturunan. Dan penyebab yang diturunkan dan gen yang dipindahkan. maksudnya adalah bahwa kekerabatan karena faktor sesusuan disebabkan karena adanya perpindahan gen dari ASI orang yang menyusui kepada orang yang menyusu tersebut, masuk, dan bersatu dengan jaringan gen orang yang menyusu tersebut, atau ASI tersebut memang mengandung lebih dari satu sel, dimana sel itu merupakan inti dari kehidupan manusia. Sel itu sering disebut dengan DNA.
Juga mungkin karena organ sel pada orang yang menyusu menerima sel yang asing, sebab sel itu tidak matur. Keadannya adalah keadaan percampuran dari berbagai sel, dimana perkembangannya tidak akan sempurna kecuali setelah melewati beberapa bulan atau beberapa tahun sejak kelahiran. Kalau penjelasan asal-mula penyebab adanya kekerabatan karena hal ini, maka hal ini memiliki konsekuensi yang sangat penting dan sangat menentukan.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( يحرم من الرضاع ما يحرم من النسب )) متفق عليه
Rasulullah bersabda, “Diharamkan dari saudara sesusuan segala sesuatu yang diharamkan dari nasab”.( HR. Bukhari dan Muslim )
( Dr. Muhammad Jamil Jabbal, Dr. Miqdad Mar’iy )
Hikmah Didahulukan Pendengaran daripada Penglihatan Di Dalam Al-Qur’an
Bismillahi Ar Rahman Ar Rahim…
Manusia ketika hilang matanya, maka hilanglah segalanya, hidup dalam kegelapan sepanjang waktu, tidak bisa melihat apa-apa…
Akan tetapi kalau manusia kehilangan pendengarannya, maka dia masih bisa melihat. Pada saat itu, musibah yang ia derita lebih ringan daripada ia kehilangan mata.
Akan tetapi Allah ta’alaa ketika menyebutkan kata “pendengaran” dalam Al-Qur’an selalu didahulukan daripada penglihatan.
Sungguh, ini merupakan satu mu’jizat Al-Qur’an yang mulia. Allah telah mengutamakan dan mendahulukan pendengaran daripada penglihatan. Sebab, pendengaran adalah organ manusia yang pertama kali bekerja ketika di dunia, juga merupakan organ yang pertama kali siap bekerja pada saat akhirat terjadi. Maka pendengaran tidak pernah tidur sama sekali.
Sesunguhnya pendengaran adalah organ tubuh manusia yang pertama kali bekerja ketika seorang manusia lahir di dunia. Maka, seorang bayi ketika saat pertama kali lahir, ia bisa mendengar, berbeda dengan kedua mata. Maka, seolah Allah ta’alaa ingin mengatakan kepada kita, “Sesungguhnya pendengaran adalah organ yang pertama kali mempengaruhi organ lain bekerja, maka apabila engkau datang disamping bayi tersebut beberapa saat lalu terdengar bunyi kemudian, maka ia kaget dan menangis. Akan tetapi jika engkau dekatkan kedua tanganmu ke depan mata bayi yang baru lahir, maka bayi itu tidak bergerak sama sekali (tidak merespon), tidak merasa ada bahaya yang mengancam. Ini yang pertama.
Kemudian, apabila manusia tidur, maka semua organ tubuhnya istirahat, kecuali pendengarannya. Jika engkau ingin bangun dari tidurmu, dan engkau letakkan tanganmu di dekat matamu, maka mata tersebut tidak akan merasakannya. Akan tetapi jika ada suara berisik di dekat telingamu, maka anda akan terbangun seketika. Ini yang kedua.
Adapun yang ketiga, telinga adalah penghubung antara manusia dengan dunia luar. Allah ta’alaa ketika ingin menjadikan ashhabul kahfi tidur selama 309 tahun, Allah berfirman:
فضربنا على آذانهم في الكهف سنين عددا (الكهف: 11)
Maka Kami tutup telinga-telinga mereka selama bertahun-tahun (selama 309 tahun, lihat pada ayat 25 berikutnya -pent) (Q.S. Al-Kahfi: 11)
Dari sini, ketika telinga tutup sehingga tidak bisa mendengar, maka orang akan tertidur selama beratus-ratus tahun tanpa ada gangguan. Hal ini karena gerakan-gerakan manusia pada siang hari menghalangi manusia dari tidur pulas, dan tenangnya manusia (tanpa ada aktivitas) pada malam hari menyebabkan bisa tidur pulas, dan telinga tetap tidak tidur dan tidak lalai sedikitpun.
Dan di sini ada satu hal yang perlu kami garis bawahi, yaitu sesungguhnya Allah berfirman dalam surat Fushshilat:
وما كنتم تستترون أن يشهد عليكم سمعكم ولا أبصاركم ولا جلودكم، ولكن ظننتم أن الله لا يعلمو كثيرا مما تعملون (فصلت: 22)
Dan kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian yang dilakukan oleh pendengaranmu, mata-mata kalian, dan kulit-kulit kalian terhadap kalian sendiri, bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kalian kerjakan. (Q.S. Fushshilat: 22)
Kenapa kalimat “pendengaran” dalam ayat tersebut berbentuk tunggal (mufrad) dan kalimat “penglihatan” dan “kulit” dalam bentuk jamak ? Padahal, bisa saja Allah mengatakannya:
أسماعكم ولا أبصاركم ولا جلودكم
Pendengaran-pendengaran kalian, penglihatan-penglihatan kalian, dan kulit-kulit kalian.
Dan memang konteks ayatnya adalah pendengaran dan penglihatan (bentuk tunggal) atau pendengaran-pendengaran dan penglihatan-penglihatan (bentuk jamak). Akan tetapi Allah ta’alaa dalam ayat di atas -yang demikian rinci dan jelas- ingin mengungkapkan kepada kita tentang keterperincian Al-Qur’an yang mulia. Maka mata adalah indera yang bisa diatur sekehendak manusia, saya bisa melihat dan bisa tidak melihat, saya bisa memejamkan mata bila saya tidak ingin melihat sesuatu, memalingkan wajahku ke arah lain, atau pun mengalihkan pandanganku ke yang lain yang ingin saya lihat. Akan tetapi telinga tidak memiliki kemampuan itu, ingin mendengar atau tidak ingin mendengar, maka anda tetap mendengarnya. Misalnya, anda dalam sebuah ruangan yang di sana ada 10 orang yang saling berbicara, maka anda akan mendengar semua suara mereka, baik anda ingin mendengarnya atau tidak; anda bisa memalingkan pandangan anda, maka anda akan melihat siapa saja yang ingin anda lihat dan anda tidak bisa melihat orang yang tidak ingin anda lihat. Akan tetapi, anda tidak mampu mendengarkan apa yang ingin anda dengar perkataannya dan tidak juga mampu untuk tidak mendengar orang yang tidak ingin anda dengar. Paling-paling anda hanya bisa seolah-olah tidak tahu atau seolah-olah tidak mendengar suara yang tidak ingin anda dengar, akan tetapi pada hakikatnya semua suara tersebut sampai ke telinga anda, mau atau pun tidak.
Jadi, mata memiliki kemampuan untuk memilih; anda bisa melihat yang itu atau memalingkan pandangan mata dari hal itu, saya pun demikian, dan orang lain pun demikian, sedangkan pendengaran; setiap kita mendengar apa saja yang berbunyi, diinginkan atau pun tidak. Dari hal ini, maka setiap mata berbeda-beda pada yang dilihatnya, akan tetapi pendengaran mendengar hal yang sama. Setiap kita memiliki mata, ia melihat apa saja yang ia mau lihat; akan tetapi kita tidak mampu memilih hal yang mau kita dengarkan, kita mendengarkan apa saja yang berbunyi, suka atau tidak suka, sehingga pantas Allah ta’alaa menyebutkan kalimat “pandangan” dalam bentuk jamak, dan kalimat “pendengaran” dalam bentuk tunggal, meskipun kalimat pendengaran didahulukan daripada kalimat penglihatan. Maka pendengaran tidak pernah tidur atau pun istirahat. Dan organ tubuh yang tidak pernah tidur maka lebih tinggi (didahulukan) daripada makhluk atau organ yang bisa tidur atau istirahat. Maka telinga tidak tidur selama-lamanya sejak awal kelahirannya, ia bisa berfungsi sejak detik pertama lahirnya kehidupan yang pada saat organ-organ lainnya baru bisa berfungsi setelah beberapa saat atau beberapa hari, bahkan sebagian setelah beberapa tahun kemudian, atau pun 10 tahun lebih.
Dan telinga tidak pernah tidur, ketika engkau sedang tidur maka semua organ tubuhmu tidur atau istirahat, kecuali telinga. Jika terdengar suara disampingmu maka spontan engkau akan terbangun. Akan tetapi, jika fungsi telinga terhenti, maka hiruk-pikuk aktivitas manusia di siang hari dan semua bunyi yang ada tidak akan membangunkan tidur kita, sebab alat pendengarannya (penerima bunyi) yaitu telinga tidak bisa menerima sinyal ini. Dan telinga pulalah yang merupakan alat pendengar panggilan penyeru pada hari qiamat kelak ketika terompet dibunyikan.
Dan mata membutuhkan cahaya untuk bisa melihat, sedangkan telinga tidak memerlukan hal lain. Maka, jika dunia dalam keadaan gelap, maka mata tidak bisa melihat, walaupun mata anda tidak rusak. Akan tetapi telinga bisa mendengar apapun, baik siang maupun malam; dalam gelap maupun terang benderang. Maka telinga tidak pernah tidur dan tiak pernah berhenti berfungsi. ( 04 sept 2003M. )