Monthly Archives: February 2013

Ayam dan Kedelai

Donkey, Hens and Chickens in a Barn

Bismillahirohmani Ar Rahman Ar Rahim

Mengapa Ayam Mampu Melihat Malaikat, Sedangkan
Keledai Tidak?
Subhanallah. Banyak sudah penelitian ilmiah yang membuktikan
kebenaran sabda-sabda Nabi SAW secara ilmiah. Berikut
ini adalah salah satunya. Nabi SAW bersabda: “Bila engkau mendengar suara ayam jantan maka
mintalah karunia kepada Allah karena ia melihat malaikat,
sedangkan bila engkau mendengar ringkikan keledai,
maka berlindunglah kepada Allah dari Setan karena dia
melihat setan.” (Shahih, diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim) Kita sering kali mendengar hadits ini tetapi bisa jadi
jarang memikirkannya dan tidak terlintas dalam benak
kita untuk meneliti secara ilmiah mengapa itu terjadi. Kemampuan sistem visual manusia di dunia ini terbatas.
Dalam hal ini justru kalah dengan sistem visual keledai
dan ayam jantan. Pandangan mata manusia terbatas dan
tidak dapat melihat apa yang berada di bawah sinar infra
merah atau di atas sinar ultraviolet. Tapi kemampuan indera ayam jantan dan keledai
melewati batas itu. Pertanyaannya sekarang, bagaimana
keledai dan ayam bisa melihat setan dan malaikat, bukan
sebaliknya? Keledai itu dapat melihat dengan sinar infra merah,
sedangkan setan sendiri berasal dari jin yang diciptakan
dari api. Artinya, setan termasuk dalam lingkup infra
merah. Karena itulah, keledai dapat melihat setan, tetapi
tidak bisa melihat malaikat.
Adapun ayam jantan, ia mampu melihat sinar ultraviolet, sedangkan malaikat diciptakan dari cahaya, artinya dari
sinar ultraviolet. Karena itulah, malaikat dapat dilihat oleh
ayam jantan. Hal ini menjelaskan kepada kita mengapa setan melarikan
diri saat disebutkan nama Allah. Penyebabnya adalah
karena para malaikat datang ke tempat yang disebut
nama Allah itu, sehingga setan melarikan diri. Mengapa setan menghindar bila ada malaikat? Jawabannya adalah karena setan terganggu bila melihat
cahaya malaikat. Dengan kata lain, jika sinar ultraviolet
bertemu dengan sinar inframerah di satu tempat, maka
sinar merah memudar. Maha Suci Allah…!

http://khoiruljava.blogspot.com/

Asmaul Husna : Al Ahad dan Al Wahid

tauhid

Bismilahi rohmanirohim….

Al Ahad dan Al Wahid , merupakan asma allah 2 kata tersebuat mempunyai makna drai akar kata yang sama

Menurut Imam al Ghazali

Wahid adalah Sesuatu yang Tidak terdiri dari bagian-bagian atau tidak berdua.

Tidak seperti matahari, yang walaupun 1 tetapi terdiri dari beberapa bagian-bagian, maka tidak bisa kita katakan wahid apalagi kalau kita tahu bahwa ada lebih dari 1 matahari untuk galaksi lain.

Ahad adalah sesuatu yang tidak dapat menerima penambahan, baik dalam benak maupun kenyataan,

Ketika kita memikirkan kata ‘wahid (satu)’ maka di benak kita akan memikirkan angka itsnain (dua), tapi kalau kita bilang ‘ahad (esa)’ maka di benak kita tidak ada penambahan.

Kata wahid dalam al quran biasanya di gunakan untuk nama Allah yang sifatnya banyak seperti dalam Qs. Al baqarah:

Di gunakan kata wahid karena keragaman Nya pada sifat-sifat Nya, bukan pada dzat Nya

Ahad biasanya sering di artikan sebagai ‘Esa’ sebagaimana dalam Qs. Al ikhlas,

Allah maha Esa dlm hal apa?

1. Esa dalam dzat Nya

Artinya bahwa Allah tidak terdiri dari bagian-bagian atau unsur-unsur, karena kalau terdiri dr berbagai bagian atau unsur maka bagian-bagian tersebut yang menjadi penyebab dari keberadaan Nya, atau paling tidak Allah wujud tergantung pada bagian-bagian Nya, sebagai contoh kita (manusia) memang satu tapi tidak bisa disebut wahid atau ahad karena kita terdiri atas berbagai macam unsur seperti air, daging, tulang, dll. Kita tidak bisa jadi manusia bila salah satu unsur tersebut tidak ada,

2. Esa dalam sifat Nya

Sifat yg dimiliki Allah mempunyai kapasitas yang berbeda dalam dimensi tempat dan waktu walaupun menggunakan kata yang sama, contoh: Allah mendengar, kita juga mendengar tapi mendengar Nya tidak sama dengan kita, karena pendengaran kita terbatas, hanya dapat mendengar dengan frekuensi antara 20 Hz-20.000 Hz, contoh lain, Allah melihat, kita juga melihat, tapi melihat Nya tidak sama dengan kita, kita tidak dapat melihat yang terlalu dekat maupun yang terlalu jauh, sedangkan penglihatan Allah tidak dibatasi ruang dan waktu,

3. Esa dalam perbuatan Nya

Alam semesta dan segala isinya merupakan kreasi tunggal Allah, Dia lah yang menciptakannya tanpa bantuan sedikit pun dari selainnya, dan hasil perbuatan Nya pun tidak ada yang mampu menyamainya walaupun mereka berkumpul dan saling bekerjasama untuk membuatnya.

4. Esa dalam beribadah

Merupakan perwujudan kita dalam mengesakan dzat, sifat dan perbuatan Nya, beribadah murni untuk Nya, inilah yang selalu kita sebut dalam iftitah di setiap sholat kita. “sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku adalah milik Allah, Tuhan semesta alam. . ,”

Bukti akan ke-esa-an Allah,

Memang banyak wajah manusia di dunia ini yang mirip, tapi Adakah wajah dari seluruh manusia di bumi ini yang benar-benar sama? atau adakah suara manusia yang benar-benar sama? Begitu juga sidik jari manusia, adakah yang sama?. Kenapa berbeda? Karena yang menciptakan adalah Sesuatu yang tidak ada sesuatu pun yang dapat menyamainya yaitu Allah SWT.

Tidak ada yang serupa dengan Nya, tidak ada yang menyamai Nya, karena Dia Wahid dan Ahad, Allah tak tergantikan, bila kita bersama Nya, maka kita tidak butuh pada selain Nya, apabila kita bersama dengan seluruh selain Nya, maka kita tetap butuh pada Allah, apapun selain Allah ada gantinya. Contoh: apabila kita bepergian tidak dengan mobil bisa kita ganti dengan sepeda motor, taksi, bus, dll. Orangtua yang tidak punya anak bisa menggantinya dengan mengadopsi anak sebagai anak angkatnya,, ketika kita tidak bisa sholat karena perjalanan jauh, maka kita bisa menggantinya di waktu yang lain.

Bila kita kehilangan sesuatu di dunia ini, pasti ada gantinya, tapi kalau kita kehilangan Allah, kemanakah kita akan mencari gantinya? Sekarang kita tau apakah yang paling mahal di dunia ini bagi kita? Tentu yang mahal adalah yang tak ada gantinya, Allahu rabby

Meneladani sifat Allah al Wahid dan al Ahad,

Kalimat tauhid ‘Lailahaillalloh’ merupakan pengakuan akan Ahad dan Wahid Nya Allah, dalam sejarah kita bisa ambil contoh diantaranya:

1. Bilal bin Rabah, keimanan dan Ketauhidan yang dimilikinya menyebabkan Ia mempunyai keberanian yang luarbiasa, siksaan dari majikannya tidak mampu memenjarakan hatinya, dengan lantang Ia ucapkan “ahad,, ahad,, ahad,,”

2. Masithah, yaitu pelayan putri Fir’aun, keimanan dan Tauhid yang begitu kuat dalam hatinya tak mampu lagi menahanan lidahnya untuk mengucapkan asma Allah di hadapan putri fir’aun, di sediakan kuali besar yang berisi minyak panas(dalam riwayat lain timah) dengan dua pilihan, yaitu mengakui firaun sebagai tuhan atau tidak, ternyata siksaan dunia tak menggoyahkan imannya, mula-mula suaminya, kemudian anaknya yang bungsu dan seterusnya

Hingga sampai pada anaknya yang ketika itu masih bayi, masithah hampir berpura-pura mengakui firaun sebagai tuhan, pada saat itu bayi tsb. Dapat berbicara dan meyakinkan bhwa adzab dunia tidaklah seberapa di banding di akhirat nanti, hingga masuklah mereka berdua ke dalam kuali tsb. Rosulullah pernah mencium bau harum dari keluarga masithah ketika Beliau isra’ mi’raj, subhanallah. , . .

Allah Ya Allah

Maha Suci Allah dengan segala kesempurnaanNya…

allah ya allahSahabatku Fillah…

Imam Ali salah satu sahabat rosul yang begitu ma’ifat kepada Allah mampu mencerikan Allah SWt dengan begitu menakjubkan .

Berkut perkataan Imam Ali dalam kitabnya  Najhul Blaghah :

“Barang siapa yang mengaitkan Allah dalam berbagai kondisi maka sesungguhnya dia tidak mempercayai ke-esa-an Nya
Barang siapa yang menyerupakan Dia dengan sesuatu, maka sebenarnya dia tidak mengenal Nya sama sekali,
Barang siapa menduga dapat melukis Nya, maka sebenarnya bukanlah Dia yang dilukiskan
Orang yang mengkhayalkannya, sebenarnya bukan Dia yang di khayalkannya…

Waktu tidak bersama Nya
Wujud Nya mendahului waktu
Keberadaan Nya mendahului ke-tidakberada-an Nya
Abadi Nya mendahului permulaan Nya
Dari penciptaan Nya atas indra, diketahui bahwa Dia tidak berindra,
Dengan banyaknya pertentangan (dalam berbagai hal di dunia) maka diketahui bahwa Dia tidak mempunyai pertentangan,
Dan dengan banyaknya persamaan diketahui bahwa Dia tidak ada sesuatupun yang mampu menyamai Nya,
Dia tidak terbatas oleh batas,
Tidak terhitung dengan hitungan,
Kata ‘mundzu’ (sejak) ditolong Qodir Nya
Kata ‘qod’ (telah) tidak sejalan dengan keabadian Nya
Kata ‘laula’ (seandainya) tidak dikenal oleh kesempurnaan Nya
Dia tidak dilahirkan oleh siapapun hingga Dia tidak dipandang melahirkan
Dia terlalu tinggi untuk mempunyai anak,
Terlalu agung untuk mempunyai istri,
Khayalan tak mampu menjangkau Nya, maka mustahil memberikan kuantitas pada Nya,
Pengertian tak mampu memikirkan Nya, maka bagaimana kita memberi bentuk-bentuk Nya,
Indra tak dapat menjangkau Nya, hingga bagaimana Dia dapat diraba?
Siang dan malam tak kan pernah menjadikan Nya tua,
Terang dan gelap tak mampu menjadikan Nya berubah,
Dia tidak di dalam sesuatu ataupun di luar sesuatu,
Dia menyampaikan berita bukan dengan lidah, bukan juga dengan mulut,
Dia mendengar tapi bukan melalui telinga,
Dia berkata-kata tanpa mengeluarkan kata-kata,
Dia mengingat tapi tidak dengan menghafal,
Dia bertekad tapi tidak dengan ketetapan hati,
Mencintai tapi bukan dengan perasaan,
Menaruh hati tanpa perih,
Dia membenci tanpa menderita,
Dia marah tanpa gejolak hati.

Kisah Nabi Musa Sakit Gigi

Kisah Nabi Musa as Sakit Gigi
ImageAlkisah, suatu hari Nabi Musa as menderita sakit gigi. Karena sakit, maka beliau pun merasakan keadaan yang tidak mengenakkan. Tidak hanya giginya yang cukup mengganggu saat digunakan untuk mengunyah makanan. Lebih dari itu, sekujur tubuh beliau juga terasa kurang nyaman. Tidur pun tak nyenyak.

Nabi Musa as kemudian mengadukan sakit giginya itu kepada Allah swt, dan Allah berfirman kepadanya, “Ambillah rumput falani dan letakkanlah di gigimu yang sakit.” Mendengar perintah seperti itu, Nabi Musa as tak membantah dan langsung bertindak. Atas izin dan kehendak Allah swt, rasa sakit yang diderita Nabi Musa as akhirnya hilang. Gigi Nabi Musa as tak lagi terasa sakit. Nabi Musa as pun sembuh dan bisa tidur dengan nyenyaknya.

Tapi di lain waktu, sakit gigi yang diderita Nabi Musa as itu kambuh lagi. Karena mengetahui kalau rumput falani yang sempat diambil dulu bisa menyembuhkan penyakit gigi yang diderita, maka Nabi Musa as langsung mengambil rumput itu dan meletakkannya sebagaimana pertama kali dulu ia mengobati giginya yang sakit. Nabi Musa as begitu yakin, bahwa rumput itulah yang berkhasiat menyembuhkan sakit gigi.

Di luar dugaan Nabi Musa as, sakit gigi yang diidapnya itu bukannya sembuh, malah sakit giginya itu justru bertambah parah. Padahal, Nabi Musa as tak salah mengambil rumput untuk mengobati giginya tersebut. Rumput yang ia ambil adalah rumput yang sama seperti yang ia ambil dahulu. Nabi Musa as pun kembali memohon pertolongan kepada Allah swt. “Ya Allah, bukankah Engkau telah menyuruh dan menunjukkan kepadaku tentangnya?”

Allah swt berfirman, “Wahai Musa! Aku adalah yang menyembuhkan dan menyehatkan. Aku adalah yang memberikan bahaya dan manfaat. Pada waktu pertama, engkau melakukannya karena aku, sehingga Ku hilangkan penyalitmu. sedangkan sekarang ini, engkau melakukannya bukan karena Aku, melainkan karena rumput itu.”

Dari kisah diatas nampak jelas, bahwa yang membuat sakit menjadi sembuh itu bukanlah obat. Bahkan, dalam kasus sakit gigi yang diderita oleh Nabi Musa as, kesembuhan gigi yang sakit itu bukanlah karena rumput falani. Karena itu, Allah swt menunjukkan kepada Nabi Musa as bahwa rumput yang dulu digunakan sebagai obat itu ternyata tidak mampu menyembhkan rasa sakit ketika Allah swt tidak mengizinkan.

Tetapi kita kerap lupa, tidak sadar dan juga pongah. Bahkan kita tak jarang percaya dan yakin bahwa obat itu yang menyebabkan kita sembuh dan sehat. Padahal, obat itu adalah perantara (media) saja. Sedangkan yang mampu menyembuhkan sakit manusia adalah Allah swt. Di sini, hal yang kerap terlupakan lagi adalah tetang keberadaan dokter. Padahal, dokter itu bukanlah penyembuh penyakit. Dokter hanyalah orang yang mengobati dan lagi-lagi, masalah kesembuhan itu adalah atas izin Allah swt.

Sumber: N. Mursidi, Majalah Hidayah, Tahun 6 Edisi 61