Monthly Archives: May 2012

KETIKA KERETA MALAIKAT MAUT MENJEMPUT

Bismillahi RA Rahman AR Rahim…

Ketahuilah bahwa kunjungan malaikat maut merupakan suatu kepastian dan takdir yang telah ditentukan secara pasti,

apakah umurmu panjang ataukah pendek.

Ketahuilah bahwa kita semua adalah para musafir di negeri ini,

dan musafir itu sudah hampir tiba di tempat tujuannya dan menyudahi perjalanannya.

Perjalanan hidup sudah hampir berhenti, dan kereta umur telah mendekati perjalanan akhir. Sebagian orang shaleh ada yang mendengar tangisan atas orang yang meninggal, lalu ia pun berkata,

“sungguh mengherankan suatu kaum yang juga sebagai musafir menangisi musafir lain yang telah sampai pada tempat yang dituju.

Saudaraku, sejak engkau ditakdirkan sebagai seorang musafir, maka ketahuilah bahwa perjalananmu itu akan segera berakhir.

Apa yang hendak engkau katakan manakala engkau berada dalam kesusahan?

Apa yang engkau katakan ketika sedang menunggu detik-detik kematian?

Apa yang akan engkau katakan ketika engkau telah terbaring di tempat tidur menunggu ajal?

Apa yang engkau katakan ketika engkau sudah menjadi mayat?

Apa yang engkau katakan ketika engkau telah ditimbun dengan tanah?

Apa yang engkau katakan ketika engkau telah bertemu dengan Dzat yang menjalankan angin dan hujan?

Kita berlindung kepada Allah agar tidak termasuk golongan :

“Orang-orang yang apabila malaikat maut mencabut nyawa mereka seraya memukul muka dan punggung mereka” (QS. Muhammad : 27)

Atau termasuk :

“Orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat zhalim terhadap diri mereka sendiri, lalu mereka menyerahkan diri (sambil berkata), ‘kami sekali-kali tidak mengerjakan kejahatan’. Malaikat mengatakan, ‘kamu melakukannya, dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan’. Maka masukilah pintu-pintu neraka jahannam, dimana kamu kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat kembali orang-orang yang menyombongkan diri” (QS. An-Nahl : 28-29)

Ketahuilah, bahwa dengan datangnya malaikat maut kepadamu,

maka berakhirlah usiamu,

terputuslah amalanmu

dan diLipatlah lembar catatan amalanmu.

Ketahuilah pula bahwa setelah malaikat maut ini datang kepadamu, maka ..

engkau sudah tidak bisa lagi menambah amal kebajikan sedikitpun.

Engkau sudah tidak bisa lagi mengerjakan shalat dua rakaat,

tidak bisa lagi membaca satu ayat pun dari kitab Allah,

dan tidak bisa lagi bertasbih, tahmid, tahlil, bertakbir, dan beristighfar walau hanya sekali.

Engkau tidak lagi bisa berpuasa sehari pun, atau bersedekah dengan barang sesederhana apapun,

tidak bisa berbuat baik seremeh apapun kepada kerabat atau tetangga.

Masa beramal sudah berlalu, dan yang tersisa hanya hisab dan pemberian balasan atas perbuatan baik atau kealpaan dan dosa.

“Sehingga apabila telah datang kematian kepada salah seorang dari mereka, ia pun berkata ‘ya Rabbi, kembalikanlah aku, agar aku bisa berbuat amal shaleh sebagai ganti dari apa yang aku tinggalkan’. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Sedangkan di hadapan mereka ada dinding sampai hari ketika mereka dibangkitkan” (QS. Al-Mukminun : 99-100)

Saudaraku, lalu manakah persiapanmu untuk menyambut kedatangan malaikat maut?

Mana pula persiapanmu untuk menghadapi berbagai peristiwa mengerikan sesudah mati di alam kubur nanti,

dan juga ketika dimintai pertanggung jawaban,

ketika dihimpun di padang mahsyar,

ketika dibangkitkan,

ketika dihisab,

ketika ditimbang,

ketika diberi kitab,

dan ketika dihadapkan ke hadapan Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Tinggi?

Diriwayatkan dari ‘Adi bin Hatim ra bahwa ia berkata : Rasulullah saw bersabda :

“Tiada seorang pun diantara kalian kecuali akan diajak bicara secara langsung oleh Allah pada hari kiamat tanpa ada penerjemah antara dirinya dengan-Nya. Ia kemudian memandang sebelah kanan dan ia tidak melihat sesuatu kecuali perbuatan yang dahuku dikerjakannya. Ia memandang sebelah kiri dan ia tidak melihat kecuali perbuatannyanya yang telah ia lakukan. Ia kemudian memandang kedepan, dan ia tidak meihat kecuali neraka yang ada di hadapannya. Maka dari itu, takutlah kepada neraka walau hanya dengan (bersedekah) separoh biji kurma, dan walau hanya dengan kalimat thoyyibah (perkataan yang baik). ” (Muttafaqun ‘alaih)

Saudaraku, hingga kapan engkau akan bersantai-santai, sementara malaikat maut segera menjemput?

Kalau saja kita ini adalah benda mati, boleh jadi tidak menjadi soal. Namun, kita ini jauh nilainya di atas benda mati.

Kematian selalu memanggil kita setiap waktu, namun kita tidak juga mau mendengarkannya.

Nafas jiwa terus berkurang, sedangkang dosa-dosa selalu bertambah.

Jika tanaman sudah mulai menguning, maka obatnya tidak lain adalah dipanen.

Sumber : http://istiqom4h.wordpress.com

CERITA KUPU KUPU DAN BUNGA

Bismillahi Ar Rahman RA Rahim….

Seorang lelaki berdoa kepada Allah SWT agar diberikan bunga dan kupu-kupu

Namun Allah SWT memberikannya kaktus dan ulat

Lelaki ini sedih, tidak mengerti kenapa pemberian-Nya berbeda dengan apa apa yang dia minta

Kemudian dia berfikir : Allah SWT kan mempunyai banyak umat yang harus diurus

Dan dia memutuskan untuk tidak mempersoalkannya doanya lagi

Setelah beberapa lama, lelaki ini memikirkan kembali doanya yang telah lama dilupakannya

Lelaki ini amat terperanjat ketika melihat dari pohon kaktus yang buruk dan berduri itu telah tumbuh bunga yang sangat cantik

Dan dari ulat yang terselubung, telah berubah menjadi kupu-kupu yang tidak kalah cantik

Allah SWT selalu melakukan semua perkara dengan benar !

Cara Allah SWT selalu cara yang terbaik, walaupun kelihatannya semuanya salah

Jika anda memohon sesuatu dan menerima yang lain dari Allah SWT, Percayalah

Yakinlah bahwa Allah SWT senantiasa memberikan apa yang anda pinta pada waktu yang tepat

Apa yang anda pinta … tidak selalu apa yang dibutuhkan !

Allah SWT tidak pernah gagal memenuhi permintaan hamba-Nya, teruslah berdoa kepada-Nya tanpa ragu dan mengeluh

Duri hari ini … adalah bunga hari esok !

Allah SWT memberikan pilihan yang terbaik kepada mereka yang menyerahkan ketentuan kepada-Nya

Sumber : http://istiqom4h.wordpress.com

UMAR DAN IBU PEMASAK BATU

Bismillahi Ar Rahman AR Rahim….

Suatu masa dalam kepemimpinan Umar, terjadilah Tahun Abu. Masyarakat Arab, mengalami masa paceklik yang berat. Hujan tidak lagi turun. Pepohonan mengering, tidak terhitung hewan yang mati mengenaskan. Tanah tempat berpijak hampir menghitam seperti abu.

Putus asa mendera di mana-mana. Saat itu Umar sang pemimpin menampilkan kepribadian yang sebenar-benar pemimpin. Keadaan rakyat diperhatikannya saksama. Tanggung jawabnya dijalankan sepenuh hati. Setiap hari ia menginstruksikan aparatnya menyembelih onta-onta potong dan menyebarkan pengumuman kepada seluruh rakyat. Berbondong-bondong rakyat datang untuk makan. Semakin pedih hatinya. Saat itu, kecemasan menjadi kian tebal. Dengan hati gentar, lidah kelunya berujar, “Ya Allah, jangan sampai umat Muhammad menemui kehancuran di tangan ini.”

Umar menabukan makan daging, minyak samin, dan susu untuk perutnya sendiri. Bukan apa-apa, ia khawatir makanan untuk rakyatnya berkurang. Ia, si pemberani itu, hanya menyantap sedikit roti dengan minyak zaitun. Akibatnya, perutnya terasa panas dan kepada pembantunya ia berkata “Kurangilah panas minyak itu dengan api”. Minyak pun dimasak, namun perutnya kian bertambah panas dan berbunyi nyaring. Jika sudah demikian, ditabuh perutnya dengan jemari seraya berkata, “Berkeronconglah sesukamu, dan kau akan tetap menjumpai minyak, sampai rakyatku bisa kenyang dan hidup dengan wajar.”

Hampir setiap malam Umar bin Khattab melakukan perjalanan diam-diam. Ditemani salah seorang sahabatnya, ia masuk keluar kampung. Ini ia lakukan untuk mengetahui kehidupan rakyatnya. Umar khawatir jika ada hak-hak mereka yang belum ditunaikan oleh aparat pemerintahannya.

Malam itu pun, bersama Aslam, Khalifah Umar berada di suatu kampung terpencil. Kampung itu berada di tengah-tengah gurun yang sepi. Saat itu Khalifah terperanjat. Dari sebuah kemah yang sudah rombeng, terdengar seorang gadis kecil sedang menangis berkepanjangan. Umar bin khattab dan Aslam bergegas mendekati kemah itu, siapa tahu penghuninya membutuhkan pertolongan mendesak.

Setelah dekat, Umar melihat seorang perempuan tua tengah menjerangkan panci di atas tungku api. Asap mengepul-ngepul dari panci itu, sementara si ibu terus saja mengaduk-aduk isi panci dengan sebuah sendok kayu yang panjang.

“Assalamu’alaikum,” Umar memberi salam.

Mendengar salam Umar, ibu itu mendongakan kepala seraya menjawab salam Umar. Tapi setelah itu, ia kembali pada pekerjaannya mengaduk-aduk isi panci.

“Siapakah gerangan yang menangis di dalam itu?” tanya Umar.

Dengan sedikit tak peduli, ibu itu menjawab, “Anakku….”

“Apakah ia sakit?”

“Tidak,” jawab si ibu lagi. “Ia kelaparan.”

Umar dan Aslam tertegun. Mereka masih tetap duduk di depan kemah sampai lebih dari satu jam. Gadis kecil itu masih terus menangis. Sedangkan ibunya terus mengaduk-aduk isi pancinya.

Umar tidak habis pikir, apa yang sedang dimasak oleh ibu tua itu? Sudah begitu lama tapi belum juga matang. Karena tak tahan, akhirnya Umar berkata, “Apa yang sedang kau masak, hai Ibu? Kenapa tidak matang-matang juga masakanmu itu?”

Ibu itu menoleh dan menjawab, “Hmmm, kau lihatlah sendiri!”

Umar dan Aslam segera menjenguk ke dalam panci tersebut. Alangkah kagetnya ketika mereka melihat apa yang ada di dalam panci tersebut. Sambil masih terbelalak tak percaya, Umar berteriak, “Apakah kau memasak batu?”

Perempuan itu menjawab dengan menganggukkan kepala.

“Buat apa?”

Dengan suara lirih, perempuan itu kembali bersuara menjawab pertanyaan Umar, “Aku memasak batu-btu ini untuk menghibur anakku. Inilah kejahatan Khalifah Umar bin Khattab. Ia tidak mau melihat ke bawah, apakah kebutuhan rakyatnya sudah terpenuhi belum. Lihatlah aku. Aku seorang janda. Sejak dari pagi tadi, aku dan anakku belum makan apa-apa. Jadi anakku pun kusuruh berpuasa, dengan harapan ketika waktu berbuka kami mendapat rejeki. Namun ternyata tidak. Sesudah magrib tiba, makanan belum ada juga. Anakku terpaksa tidur dengan perut yang kosong. Aku mengumpulkan batu-batu kecil, memasukkannya ke dalam panci dan kuisi air. Lalu batu-batu itu kumasak untuk membohongi anakku, dengan harapan ia akan tertidur lelap sampai pagi. Ternyata tidak. Mungkin karena lapar, sebentar-sebentar ia bangun dan menangis minta makan.”

Ibu itu diam sejenak. Kemudian ia melanjutkan, “Namun apa dayaku? Sungguh Umar bin Khattab tidak pantas jadi pemimpin. Ia tidak mampu menjamin kebutuhan rakyatnya.”

Mendengar penuturan si Ibu seperti itu, Aslam akan menegur perempuan itu. Namun Umar sempat mencegah. Dengan air mata berlinang ia bangkit dan mengajak Aslam cepat-cepat pulang ke Madinah. Tanpa istirahat lagi, Umar segera memikul gandum di punggungnya, untuk diberikan kepada janda tua yang sengsara itu.

Karena Umar bin Khattab terlihat keletihan, Aslam berkata, “Wahai Amirul Mukminin, biarlah aku saya yang memikul karung itu….”

Dengan wajah merah padam, Umar menjawab sebat, “Aslam, jangan jerumuskan aku ke dalam neraka. Engkau akan menggantikan aku memikul beban ini, apakah kau kira engkau akan mau memikul beban di pundakku ini di hari pembalasan kelak?”

Aslam tertunduk. Ia masih berdiri mematung, ketika tersuruk-suruk Khalifah Umar bin Khattab berjuang memikul karung gandum itu. Angin berhembus. Membelai tanah Arab yang dilanda paceklik.

Sumber : http://www.dakwatuna.com/2007/umar-dan-ibu-pemasak-batu/

FASE KEHIDUPAN MANUSIA

Bismillahi AR Rahman Ar Rahim..

“Allah, Dia-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.” (Ar-Rum: 54)

Al-Imam Ibnu Katsir asy-Syafi’i rahimahullaah ketika menjelaskan ayat ini berkata, “Allah subhaanahu wa ta’aalaa memperingatkan (dengan ayat ini) atas perubahan-perubahan (fase) yang terjadi pada manusia, terkait dengan kondisi mereka tahapan demi tahapan.” (Tafsir Ibnu Katsir, 6/327)

Lima Fase Kehidupan Seorang Insan

Setiap insan yang dikaruniai umur panjang dia pasti akan melalui, atau melihat orang lain melalui beberapa tahapan dalam hidupnya. Al-Imam Ibnul Jauzi rahimahullaah dalam kitabnya Tanbihun Na’imil Ghamir ala Mawasimil ‘Umur menyebutkan ada 5 tahapan yang mesti dilalui oleh setiap insan. Setiap tahapan membutuhkan ta`ammul (perenungan) dan tafakkur (memikirkan), agar masing-masing kita bisa melakukan yang terbaik pada setiap tahapan yang kita lalui tersebut. Berikut penjelasannya:

1.Fase pertama: Dari dilahirkan hingga usia baligh (kurang lebih 15 tahun)
Masa ini adalah masa-masa untuk menanam, yakni fase pembentukan anak yang dibentuk dengan selera dan keinginan orang tuanya masing-masing. Maka pada masa ini tanggung jawab pendidikan mereka lebih ditujukan pada orang tua atau wali dari masing-masing anak tersebut. Hal ini sebagaimana sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi sallam:

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah, maka orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut seorang Yahudi, Nashrani, atau Majusi.” (HR.Muslim)

Sang anak lahir dalam keadaan mengetahui apa-apa, tidak mengerti apa saja yang bisa memberi manfaat maupun yang mendatangkan bahaya baginya.

Sehingga pada tahapan ini sangat bergantung pada pendidikan orang tua kepada anak-anaknya masing-masing. Jika dia mendidik mereka dengan Tarbiyyah Maddiyyah (pendidikan materi/duniawi), maka anak tersebut akan tumbuh sebagai anak yang berorientasi ke dunia (materi) saja. Yang dipikirkan dan dikerjakannya adalah demi kepentingan duniawi atau meraih materi semata, sebagaimana yang terjadi pada kaum Hedonis.

Demikian pula sebaliknya, jika yang diupayakan oleh orang tuanya adalah Tarbiyah Diniyyah (pendidikan agama), maka dengan izin Allah subhaanahu wa ta’aalaa anak tersebut akan tumbuh dan berkembang menjadi anak yang shalih atau shalihah.

Maka yang dituntut untuk berperan aktif pada fase ini adalah para orang tua, agar mereka senantiasa memberikan Tarbiyah Diniyyah kepada anak mereka, sehingga dihasilkan anak-anak yang shalih dan shalihah. Sebagaimana yang telah Allah subhaanahu wa ta’aalaa perintahkan:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (At- Tahrim: 6)

Dengan cara mengajari dan membenahi akidah (keyakinan), ibadah, muamalah, akhlak, dan adab sang anak, sesuai tuntunan syariat. Karena masa-masa ini merupakan tahapan yang menentukan bagi seseorang. Jika orang tua mampu (dengan izin Allah) mencetak anak-anaknya menjadi anak yang shalih dan shalihah, maka insya Allah pada tahap berikutnya akan lebih mudah untuk dilalui. Namun jika orang tuanya gagal dalam mendidik sang anak pada tahapan ini, maka pada fase-fase berikutnya akan jauh lebih sulit untuk dilalui.

2. Fase kedua: Dari usia baligh sampai akhir usia syabab (35 tahun)
Pada usia ini seseorang sudah menjadi mukallaf (terbebani syariat), diperintah oleh syariat untuk mengerjakan sesuatu atau diperintah oleh Allah untuk meninggalkan sesuatu. Dalam tahapan ini bisa kita sebut dengan masa jihad, yaitu jihad melawan nafsu dan iblis beserta bala tentaranya. Sehingga dalam masa ini seseorang dituntut bersungguh-sungguh untuk berperang melawan hawa nafsunya.

Pada waktu yang sama, sang anak baru saja baligh, yang saat ini merupakan usia labil. Keumuman mereka lebih mengedepankan hawa nafsu, belum bisa menimbang mana yang baik dan mana yang buruk. Mereka lebih mengutamakan dorongan nafsu sepintas. Maka pada fase kedua ini tergantung dari keberhasilan fase yang pertama.

Pada waktu yang sama, sang anak baru saja baligh, yang saat ini merupakan usia labil. Keumuman mereka lebih mengedepankan hawa nafsu, belum bisa menimbang mana yang baik dan mana yang buruk. Mereka lebih mengutamakan dorongan nafsu sepintas. Maka pada fase kedua ini tergantung dari keberhasilan fase yang pertama.

Jika orang tuanya berhasil mendidik dia pada fase pertama, maka pada masa ini akan lebih mudah untuk mengarahkan sang anak. Mudah bagi dia untuk mengenali syahwat yang menggodanya, juga mudah baginya untuk mengenali syubuhat (kerancuan-kerancuan) yang ada. Dia akan menjadi pemuda yang shalih, siap berperang melawan hawa nafsunya. Yang seperti ini karena keberhasilan tarbiyah (pendidikan) yang sebelumnya.

Jika dia berhasil melewati fase ini maka dia tergolong pemuda yang mulia, memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Rabb Semesta Alam subhaanahu wa ta’aalaa, sebagaimana yang dikabarkan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:

“Tujuh golongan yang Allah subhaanahu wa ta’aalaa akan menaungi mereka di hari kiamat, yang ketika itu tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: (di antaranya) seorang pemuda yang dia tumbuh berkembang dalam keadaan taat beribadah pada Rabb-nya.” (Muttafaq ‘alaihi)

Hadits ini menjelaskan adanya pemuda yang berhasil melalui fase kedua tadi, menang dalam jihad melawan hawa nafsunya. Dia meraih keutamaan ini dengan melakukan perjuangan yang berat, dengan penuh kesabaran, karena jarang ada kawula muda yang rela mengorbankan waktunya untuk duduk, tafaqquh fid din (belajar agama), dan melakukan ketaatan-ketaatan lainnya. Ini jika dibandingkan dengan mayoritas kawula muda yang hanyut dalam kemaksiatan, berkubang dalam syahwat, hura-hura, foya-foya dan semisalnya.

Jika pada fase kedua ini berhasil maka akan lebih mudah bagi dia untuk melalui fase berikutnya. Namun sebaliknya, jika gagal maka akan lebih mengerikan. Karena dia akan menjadi seorang pemuda yang hanya memperturutkan hawa nafsunya, larut dalam melakukan berbagai kemaksiatan, dan kemungkaran. Wal ‘iyadzu billah.

3. Fase ketiga: Dari usia 35–50 tahun
Kita bisa menyebutnya dengan masa “aji mumpung,” bisa bermakna positif dan bisa negatif. Jika sebelumnya dia berhasil menjadi pemuda yang shalih, maka pada usia ini dia akan menggunakannya secara positif. Mumpung (selagi masih ada waktu) untuk meneruskan dan terus melakukan amal shalih, mumpung masih memiliki kekuatan dari sisa-sisa masa mudanya, untuk terus di atas amalan-amalan ketaatan. Karena demikianlah yang dia dapatkan dari tarbiyah (pendidikan) sebelumnya.

Di atas umur 40 tahun ketika uban mulai tumbuh, rambut, dan jenggotnya mulai memutih, maka dia akan banyak melakukan muhasabah (introspeksi diri). Dia mencari apa yang kurang pada masa lalunya untuk kemudian dilengkapi, jika ada yang salah maka dia cepat ruju’ (kembali) dan bertaubat kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Demikianlah keadaan seorang yang shalih.

Namun sebaliknya jika pada fase sebelumnya gagal, maka ini pun menjadi aji mumpung yang negatif. Mumpung belum terlalu tua, mumpung masih punya sisa-sisa kekuatan, maka sekalian saja untuk melampiaskan hawa nafsunya, nanti saja bertaubatnya kalau sudah tua. Seolah-olah ajal atau kematian ada di tangannya. Kondisinya semakin mengerikan, kita berlindung kepada Allah subhaanahu wa ta’aalaa dari keadaan yang seperti ini.

4.Fase keempat: Dari usia 50–70 tahun
Pada masa ini seorang yang shalih dan shalihah maka dia akan menggencarkan muhasabah (introspeksi diri). Dia memiliki program untuk mempersiapkan kedatangan maut, banyak mengingat mati, dan memperbanyak amal shalih.

Adapun sebaliknya seseorang yang pada fase-fase sebelumnya gagal dan pada usia ini dia masih berprinsip “aji mumpung”, maka sungguh keterlaluan. Karena secara fisik sudah tidak memadai baginya, karena umumnya sudah renta, ringkih, dan lemah. Secara usia pun sudah tidak sepantasnya.

Jika pada masa-masa ini dia masih senang melakukan dosa dan kemaksiatan, maka dalam Islam orang semacam ini akan dilipatgandakan hukuman untuknya. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan:

“Ada tiga jenis manusia, yang Allah subhaanahu wa ta’aalaa tidak mengajak mereka berbicara pada hari kiamat, tidak pula melihat mereka, dan bagi mereka adzab yang pedih, (satu diantaranya -pent) seorang tua renta yang melakukan zina.” (HR. Muslim no. 107)

Diterangkan oleh para ulama, dilipatgandakan hukuman baginya karena faktor-faktor yang mendorong dia untuk berzina sudah sangat lemah, sudah tidak sepadan dengan umurnya. Tetapi ketika dia masih senang melakukan perbuatan dosa semisal ini, maka dia termasuk orang tua yang celaka.

5. Fase kelima: Dari usia 70 tahun keatas (masa renta dan umumnya pikun)
Pada fase ini seorang yang shalih dia akan memperbanyak istighfar (meminta ampun) dan taubatnya kepada Allah subhaanahu wa ta’aalaa, meningkatkan amal ibadahnya, serta memohon untuk mendapatkan husnul khatimah (akhir kehidupan yang baik).

Pada Fase keberapakah kita sekarang ?

Mudah mudahan kita bisa mengevaluasi dan berusaha untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan kita masing masing  dan banyak bersyukur atas segala kenikmatan yang di berikan Allah SWT.

Ayo bersegeralah….

Sumber : fadhlihsan.wordpress.com

Nasehat Ibnul Jauzi Rahimahullah dalam menghadapi Kesulitan Hidup

Bismillahi Ar Rahman Ar Rahim…

Syaikh Ibnul Jauzi rahimahullah.

”Aku pernah merasa tertekan dengan masalah yang telah menjadikanku selalu dalam kegelisahan. Aku berusaha sekuat tenaga agar terlepas dari jeratan kegelisahan itu. Tapi usaha yang kulakukan itu sia-sia. Lalu aku membaca firman Allah ini : ”Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, maka ia akan diberikan jalan keluar dan diberi rizki dari arah yang tidak diduga-duga.” (Ath Thalaq)

”Aku mengerti bahwa ketaqwaan merupakan jalan keluar dari seluruh kegelisahan. Maka selama aku ada di jalan menuju taqwa, pasti kudapati jalan keluar dalam menghadap masalah apapun. Seorang makhluk tidak boleh menyandarkan diri kecuali pada Allah. Allah lah yang akan mencukupinya. Seseorang bisa melakukan usaha apapun, akan tetapi hatinya tidak boleh bergantung pada usaha itu. Hati-hatilah melanggar batasan Allah sehingga engkau menjadi hina dihadapan Allah dan kecil dihadapan makhlukNya”

Aku menemukan orang yang usianya disumbangkan untuk ilmu hingga ia tua. Tapi ia melanggar larangan Allah, maka jadilah ia dihinakan oleh Allah dan dikecilkan oleh makhluk Allah. Mereka tidak menoleh padanya meskipun ia orang yang luas ilmunya, kuat argumentasi dalam berdebat. Aku juga melihat ada orang yang berhati-hati dan merasa diawasi oleh Allah dalam hidupnya. Ia juga mengutamakan tuntunan Allah meski ia tdak sebanding ilmunya dengan orang alim tadi. Tapi Allah meninggikan kehormatannya dalam hati makhluk-Nya sehingga ia dicintai banyak orang yang karena kebaikannya.

”Aku pernah mengalami kesulitan dan kepayahan. Kemudian aku perbanyak do’a untuk memohon keselamatan dan ketenangan, tapi tampaknya do’aku tak kunjung dikabulkan sebagaimana harapanku. Jiwaku gelisah, lalu kukatakan padaNya dengan keras : ”Celakalah engkau, periksalah keadaanmu. Apakah engkau ini budak atau raja ? Tidakkah engkau tahu bahwa dunia adalah tempat ujian ? Jika engkau ingin mendapat apa yang kau inginkan kemudian tidak bersabar tatkala engkau belum mencapainya, dimanakah ujian hidup itu jadinya ? Engkau telah menginginkan sesuatu yang engkau tidak tahu akibatnya. Padahal bisa saja sesuatu itu justru membahayakanmu. Allah berfirman : ”Bisa saja engkau membenci sesuatu padahal itu baik bagimu dan bisa saja engkau mencintai sesuatu padahal itu buruk bagimu. Dan Allah yang Maha Mengetahui sedangkan engkau tidak mengetahui.” (Al Baqarah : 216)

”Aku mengambil manfaat dari pengalaman hidup, bahwa seseorang hendaknya tidak menampakkan permusuhan pada orang lain, sebisa mungkin. Karena seseorang mungkin tidak menyangka bila ia memerlukan orang itu untuk memberi manfaat bagi kita, setidaknya ia bisa menghindarkan bahaya.”

Saudaraku, demikianlah petikan pengalaman hidup seorang yang shalih. Betapa banyak dan dalam makna yang diungkapkan dalam perkataan Imam Ibnul Jauzi rahimahullah. Sungguh inilah wasita dan peninggalan yang tak ternilai. Inilah sebagian cahaya yang seharusnya kita pegang dalam meniti hidup.

Al Imam Ibnul Jauzi Abu Al Faraj, yang nasabnya terhubung dengan sahabat Rasulullah Saw yakni Abu Bakar Ash Shiddiq radhiallahu anhu, wafat pada malam Jum’at tanggal 12 Ramadhan 597 H / 1201 M pada usianya hampir mencapai 90 tahun. Ia dimakamkan di Babul Harb dekat dengan makam Imam Besar Ahmad bin Hanbal.

Sumber : http://alqiyamah.wordpress.com

Puasa di Bulan Rajab

Bismillahi Ar Rahman AR Rahim..

Selain bulan Ramadhan maka pada bulan Rajab juga memiliki banyak keistimewaan, antara lain kita  bisa mendapatkan Ridha, kemuliaan,  pahala yang berlipat, permohonan doa akan dikabulkan serta akan diampuni segala dosan dan akan digantikan dengan amal kebaikan.

 

Adapun hadist hadist yang terkait bulan rajab antara lain :

  • Barang siapa yang berpuasa satu hari dalam bulan ini dengan ikhlas, maka pasti ia mendapat keridhaan yang besar dari ALLAH SWT,
    Dan barang siapa berpuasa pada tgl 27 Rajab 1427/Isra Mi’raj akan mendapat pahala seperti 5 tahun berpuasa,
  • Barang siapa yang berpuasa dua hari di bulan Rajab maka akan mendapat kemuliaan di sisi ALLAH SWT,
  • Barang siapa yang berpuasa tiga hari yaitu pada tgl 1, 2, dan 3 Rajab maka ALLAH akan memberikan pahala seperti 900 tahun berpuasa dan menyelamatkannya dari bahaya dunia, dan siksa akhirat,
  • Barang siapa berpuasa lima hari dalam bulan ini, Insyaallah permintaannya akan dikabulkan,
  • Barang siapa berpuasa tujuh hari dalam bulan ini, maka ditutupkan tujuh pintu neraka Jahanam dan barang siapa berpuasa delapan hari maka akan dibukakan delapan pintu syurga,
  • Barang siapa berpuasa lima belas hari dalam bulan ini, maka ALLAH akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan menggantikan kesemua kejahatannya dengan kebaikan, dan barang siapa yang menambah (hari-hari puasa) maka ALLAH akan menambahkan pahalanya.”
  • Pada malam Mi’raj, saya melihat sebuah sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih sejuk dari air batu dan lebih harum dari minyak wangi, lalu saya bertanya pada Jibril a.s.: “Wahai Jibril untuk siapakah sungai ini?” Maka berkata Jibrilb a.s.: “Ya Muhammad sungai ini adalah untuk orang yang membaca salawat untuk engkau dibulan Rajab ini”.
  • Dalam salah satu riwayat lainya menceritakan bahwa Tsauban tengah bercerita : “Ketika kami berjalan bersama-sama Rasulullah SAW ke sebuah kubur, lalu Rasulullah berhenti dan beliau menangis dengan amat sedih, kemudian beliau berdoa kepada ALLAH SWT. Lalu saya bertanya kepada beliau:”Ya Rasulullah mengapakah engkau menangis?” Lalu beliau bersabda :”Wahai Tsauban, mereka itu sedang disiksa dalam kubur nya, dan saya berdoa kepada ALLAH, lalu ALLAH meringankan siksa atas mereka”. Dan lalu beliau bersabda lagi: “Wahai Tsauban, kalau mereka ini mau berpuasa satu hari dan beribadah satu malam saja di bulan Rajab niscaya mereka tidak akan disiksa di dalam kubur.” Lalu Tsauban bertanya: “Ya Rasulullah, apakah hanya berpuasa satu hari dan beribadah satu malam dalam bulan Rajab sudah dapat mengelakkan dari siksa kubur?” Sabda beliau: “Wahai Tsauban, demi ALLAH dzat yang telah mengutus saya sebagai nabi, tiada seorang muslim lelaki dan perempuan yang berpuasa satu hari dan mengerjakan sholat malam sekali dalam bulan Rajab dengan niat karena ALLAH, kecuali ALLAH mencatatkan baginya seperti berpuasa satu tahun dan mengerjakan sholat malam satu tahun.”
  • Dalam Sabda beliau yang lain (mursal) Riwayat Abul Fath dari al-Hasan, Rasulullah mengatakan: “Sesungguhnya Rajab adalah bulannya ALLAH, Sya’ban adalah bulanku dan bulan Ramadhan adalah bulan umatku”. “Semua manusia akan berada dalam keadaan lapar pada hari kiamat, kecuali para nabi, keluarga nabi dan orang-orang yang berpuasa pada bulan Rajab, Sya’ban dan bulan Ramadhan. Maka sesungguhnya mereka kenyang, serta tidak akan merasa lapar dan haus bagi mereka.

Sumber : http://www.shalimow.com

 

DATANGNYA KEMATIAN MENURUT AL QUR ‘AN

Bismillahi Ar Rahman Ar Rahim…

Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara sekejab, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya kalian akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi diri kalian sendiri”. (Imam Ghozali mengutip atsar Al-Hasan).

Datangnya Kematian Menurut Al Qur’an :

1. Kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri manusia walaupun kita berusaha menghindarkan resiko-resiko kematian.
Katakanlah: “Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati. (QS Ali Imran, 3:154)

2. Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik benteng yang kokoh atau berlindung di balik teknologi kedokteran yang canggih serta ratusan dokter terbaik yang ada di muka bumi ini.
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)”. Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi Allah”. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun? (QS An-Nisa 4:78)

3. Kematian akan mengejar siapapun walaupun ia lari menghindar.
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS al-Jumu’ah, 62:8)

4. Kematian datang secara tiba-tiba.
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS, Luqman 31:34)

5. Kematian telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau dipercepat
Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS, Al-Munafiqun, 63:11)
Dahsyatnya Rasa Sakit Saat Sakaratul Maut

Sabda Rasulullah SAW : “Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang” (HR Tirmidzi)
Sabda Rasulullah SAW : “Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang tersobek ?” (HR Bukhari)

Atsar (pendapat) para sahabat Rasulullah SAW .
Ka’b al-Ahbar berpendapat : “Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan kedalam perut seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting itupun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa”.

Imam Ghozali berpendapat : “Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan menyebar ke seluruh anggota tubuh sehingga bagian orang yang sedang sekarat merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendian, dari setiap akar rambut dan kulit kepala hingga kaki”.

Imam Ghozali juga mengutip suatu riwayat ketika sekelompok Bani Israil yang sedang melewati sebuah pekuburan berdoa pada Allah SWT agar Ia menghidupkan satu mayat dari pekuburan itu sehingga mereka bisa mengetahui gambaran sakaratul maut. Dengan izin Allah melalui suatu cara tiba-tiba mereka dihadapkan pada seorang pria yang muncul dari salah satu kuburan. “Wahai manusia !”, kata pria tersebut. “Apa yang kalian kehendaki dariku? Limapuluh tahun yang lalu aku mengalami kematian, namun hingga kini rasa perih bekas sakaratul maut itu belum juga hilang dariku.”

Proses sakaratul maut bisa memakan waktu yang berbeda untuk setiap orang, dan tidak dapat dihitung dalam ukuran detik seperti hitungan waktu dunia ketika kita menyaksikan detik-detik terakhir kematian seseorang. Mustafa Kemal Attaturk, bapak modernisasi (sekularisasi) Turki, yang mengganti Turki dari negara bersyariat Islam menjadi negara sekular, dikabarkan mengalami proses sakaratul maut selama 6 bulan (walau tampak dunianya hanya beberapa detik), seperti dilaporkan oleh salah satu keturunannya melalui sebuah mimpi.

Rasa sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, dengan berbagai macam tingkat rasa sakit, ini tidak terkait dengan tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang selama ia hidup. Sebuah riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul maut merupakan suatu proses pengurangan kadar siksaan akhirat kita kelak. Demikianlah rencana Allah. Wallahu a’lam bis shawab.
Sakaratul Maut Orang-orang Zhalim

Imam Ghozali mengutip sebuah riwayat yang menceritakan tentang keinginan Ibrahim as untuk melihat wajah Malaikatul Maut ketika mencabut nyawa orang zhalim. Allah SWT pun memperlihatkan gambaran perupaan Malaikatul Maut sebagai seorang pria besar berkulit legam, rambut berdiri, berbau busuk, memiliki dua mata, satu didepan satu dibelakang, mengenakan pakaian serba hitam, sangat menakutkan, dari mulutnya keluar jilatan api, ketika melihatnya Ibrahim as pun pingsan tak sadarkan diri. Setelah sadar Ibrahim as pun berkata bahwa dengan memandang wajah Malaikatul Maut rasanya sudah cukup bagi seorang pelaku kejahatan untuk menerima ganjaran hukuman kejahatannya, padahal hukuman akhirat Allah jauh lebih dahsyat dari itu.

Kisah ini menggambarkan bahwa melihat wajah Malakatul Maut saja sudah menakutkan apalagi ketika sang Malaikat mulai menyentuh tubuh kita, menarik paksa roh dari tubuh kita, kemudian mulai menghentak-hentak tubuh kita agar roh (yang masih cinta dunia dan enggan meninggalkan dunia) lepas dari tubuh kita ibarat melepas akar serabut-serabut baja yang tertanam sangat dalam di tanah yang terbuat dari timah keras.

Itulah wajah Malaikatul Maut yang akan mendatangi kita kelak dan memisahkan roh dari tubuh kita. Itulah wajah yang seandainya kita melihatnya dalam mimpi sekalipun maka kita tidak akan pernah lagi bisa tertawa dan merasakan kegembiraan sepanjang sisa hidup kita.

Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu”. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (QS Al-An’am 6:93)
(Yaitu) orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat lalim kepada diri mereka sendiri, lalu mereka menyerah diri (sambil berkata); “Kami sekali-kali tidak mengerjakan sesuatu kejahatan pun”. (Malaikat menjawab): “Ada, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan”. Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri itu. (QS, An-Nahl, 16 : 28-29)

Di akhir sakaratul maut, seorang manusia akan diperlihatkan padanya wajah dua Malaikat Pencatat Amal. Kepada orang zhalim, si malaikat akan berkata, “Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik, engkaulah yang membuat kami terpaksa hadir kami ke tengah-tengah perbuatan kejimu, dan membuat kami hadir menyaksikan perbuatan burukmu, memaksa kami mendengar ucapan-ucapan burukmu. Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik ! “ Ketika itulah orang yang sekarat itu menatap lesu ke arah kedua malaikat itu.

Ketika sakaratul maut hampir selesai, dimana tenaga mereka telah hilang dan roh mulai merayap keluar dari jasad mereka, maka tibalah saatnya Malaikatul Maut mengabarkan padanya rumahnya kelak di akhirat. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tak seorangpun diantara kalian yang akan meninggalkan dunia ini kecuali telah diberikan tempat kembalinya dan diperlihatkan padanya tempatnya di surga atau di neraka”.
Dan inilah ucapan malaikat ketika menunjukkan rumah akhirat seorang zhalim di neraka, “Wahai musuh Allah, itulah rumahmu kelak, bersiaplah engkau merasakan siksa neraka”. Naudzu bila min dzalik!
Sakaratul Maut Orang-orang Yang Bertaqwa

Sebaliknya Imam Ghozali mengatakan bahwa orang beriman akan melihat rupa Malaikatul Maut sebagai pemuda tampan, berpakaian indah dan menyebarkan wangi yang sangat harum.

Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: “Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?” Mereka menjawab: “(Allah telah menurunkan) kebaikan”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa, (yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): “Assalamu alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”. (QS, An-Nahl, 16 : 30-31-32)

Dan saat terakhir sakaratul mautnya, malaikatpun akan menunjukkan surga yang akan menjadi rumahnya kelak di akhirat, dan berkata padanya, “Bergembiaralah, wahai sahabat Allah, itulah rumahmu kelak, bergembiralah dalam masa-masa menunggumu”.

Sumber : http://www.shalimow.com/

Sekelumit Tentang Syurga Dan Neraka

Bismillahi Ar Rahman Ar Rahim

SYURGA
* Nilai dunia dibanding syurga: Firman Allah SWT dalam Surah An-Nisa’ : 77 yang artinya : “Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertaqwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.”
Rasulullah SAW bersabda : “Tidaklah dunia ini dibanding kenikmatan akhirat kecuali seperti salah seorang diantaramu yang mencelupkan jarinya ke dalam air laut, maka lihatlah berapa banyak air yang ada di jarinya.” (HR. Muslim).

* Keindahannya
Rasulullah SAW pernah menjelaskan keindahan syurga diantaranya adalah : “Batu batanya dari emas dan perak, perekat (batu-batu) nya berupa misik harum, kerikilnya berupa permata dan yakut dan tanahnya dari za’faran. Barangsiapa memasukinya akan mendapatkan kenikmatan dan tidak pernah celaka, kekal tidak mati, pakaiannya tidak akan usang dan selalu awet muda.” (Hadits shahih riwayat Ahmad, dan Tirmidzi).
* Makanan, minuman dan pakaian penghuninya
Firman Allah SWT dalam Surah Al-Waqi’ah : 20 – 21 yang artinya : “Dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih, dan daging burung dari apa yang mereka inginkan.”

Dalam Surah Al-Insan : 5 yang artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur.”
Juga dalam Surah Al-Insan : 21 yang artinya : “Mereka memakai pakaian sutera halus yang hijau dan sutera tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Rabb memberikan kepada mereka minuman yang bersih.”
* Bidadari
Firman Allah dalam Surah Ad-Dukhan : 54 yang artinya : “Demikianlah. Dan Kami berikan kepada mereka bidadari.”

Allah SWT, dalam Surah Ar-Rahmaan juga mensifati mereka dengan cantik dan jelita, putih bersih dipingit dalam rumah, dan belum pernah tersentuh oleh jin maupun manusia (ayat 65 – 69).
Rasulullah SAW juga bersabda : “Jika wanita penghuni syurga turun ke dunia ini, tentu antara langit dan bumi ini akan bersinar, dan bau harumnya akan bersenar memenuhinya dan mahkota di kepalanya lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Bukhari).
NERAKA
* Kedalamannya
Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata : “Ketika sedang bersama Rasulullah, kami mendengar sesuatu jatuh. Maka beliau bersabda, ‘Tahukah kalian suara apa itu?’. Kami menjawab, ‘Allah dan RasulNya lebih tahu’. Beliau bersabda, ‘Itu adalah suara batu yang dilemparkan ke neraka semenjak 70 tahun yang lalu, dan ia sekarang masih meluncur ke (dasar) neraka.” (HR. Muslim).

* Panasnya
Rasulullah SAW bersabda: “Api kita adalah satu bagian diantara 70 bagian dari api neraka (1/70).” (HR. Muslim).
* Makanan, minuman dan pakaian penghuninya
Firman Allah dalam Surah Al-Waqi’ah : 51 – 55 yang artinya : “Kemudian sesungguhnya kamu hai orang yang sesat lagi mendustakan, benar-benar akan memakan pohon zaqqum, dan akan memenuhi perutmu dengannya. Sesudah itu kamu akan meminum air yang sangat panas. Maka kamu minum seperti unta yang sangat haus minum.”

Rasulullah SAW bersabda : “Seandainya setetes zaqqum jatuh ke dunia, tentu akan merusak kehidupan penduduk bumi. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang menjadikannya sebagai makanan?.” (Hadits hasan shahih menurut Tirmidzi).
Dan FirmanNya dalam Surah Muhammad : 15 yang artinya : “…dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya.”
Dan FirmanNya juga dalam Surah Al-Hajj : 19 – 20 yang artinya : “Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka. Dengan air itu dihancur luluhkan segala apa yang ada dalam perut mereka dan juga kulit (mereka).”

Ibrahim At-Taimi jika membaca ayat ini, ia berkata, “Maha suci Dzat yang telah menciptakan pakaian dari api.”
(Akhwalul Jannah wa An-Naar, Sulaiman A).
Oleh :
Al-Islam – Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Berobat Dengan Al-Fatihah

Bismillahi Ar Rahman Ar Rahim…

Surat Al-Fatihah yang setiap hari kita baca di dalam shalat, ternyata merupakan obat yang mujarab. Bukan sembarang obat. Ia adalah obat untuk penyakit hati dan penyakit badan sekaligus.
Surat ini mengandung obat untuk penyakit hati dengan sempurna. Perlu dicatat, segala penyakit hati itu bermula dari dua hal, rusaknya ilmu dan rusaknya qashd (niat/kemauan). Dari keduanya akan muncul dua perkara yang sangat berbahaya, yaitu kesesatan yang merupakan buah dari rusaknya ilmu dan kemurkaan Allah SWT yang merupakan buah dari rusaknya qashd.

Kesesatan dan kemurkaan adalah dua hal yang menjadi kunci dari seluruh penyakit hati. Ayat ihdinash shiraathal mustaqiim menanggulangi kesesatan, dan ayat iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin mencegah kemurkaan.
Dengan ditunjukkannya jalan kebenaran dilanggengkannya kita di atasnya, kita tidak akan tersesat selamanya. Karena itu, dia yang paling wajib kita ucapkan adalah doa yang termaktub dalam surat Al-Fatihah ini. Hanya saja, ketika kita membacanya, kita sering tidak merasa sedang berdoa.

Kemudian fenomena rusaknya niat/kemauan, akan banyak kita dapatkan pada orang-orang kafir, musyrik dan mereka yang menjadi budak hawa nafsunya. Rusaknya niat/kemauan di sini artinya rusak tujuan dan atau cara mendapatkaa tujuan itu.
Kehidupan orang-orang yang mengaku muslim, tetapi menjadi budak hawa nafsunya, tidaklah berbeda dengan orang-orang kafir dan musyrik. Apabila mereka mendapati al-haq sesuai dengan tujuan dan ambisi, mereka meninggalkannya.
Ada juga orang-orang yang mempunyai tujuan yang tinggi, akan tetapi tidak menempuh cara yang benar. Maka mereka tersesat dan tentu akan mendapatkan murka Allah SWT, na’udzubillah. . .

Sebenarnya, ayat iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin yang menjadi obat bagi rusaknya qashd mempunyai komposisi yang harus terpenuhi secara keseluruhan. Komposisinya sebagai berikut:

·    Hanya beribadah kepada Allah SWT
·    Berdasarkan perintah atau syari’atNya
·    Tanpa ditunggangi oleh hawa nafsu
·    Bukan dengan hasil pemikiran atau aturan buatan manusia
·    Meminta i’anah (pertolongan) kepada Allah SWT, agar dapat beribadah kepadaNya.

Apabila komposisinya utuh, –insya Allah– ia akan benar-benar menjadi obat.
Adapun Al-Fatihah sebagai obat untuk penyakit badan, Abu Said Al-Khudri r.a. meriwayatkan (lihat Bukhari 2276, Muslim 2201), bahwa seorang shahabat pernah meruqyah seorang pemuka suatu daerah yang tersengat binatang berbisa dengan surat ini. Dengan izin Allah SWT, pemuka kaum itu sembuh, padahal ia bukanlah orang baik-baik, karena mungkin ia bukan termasuk kaum Muslimin, atau setidaknya ia adalah seorang yang bakhil, sebagaimana dikatakan Ibnul Qayyim r.a. diawal-awal kitab Madaariju As-Saalikiin. Lalu bagaimana jika yang diobati adalah seorang Muslim yang baik?. Wallahu a’lam bish shawab.

Oleh :
Al-Islam – Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Buah Mengembalikan Urusan Kepada Allah dan Bersabar

Biasmillahi Ar Rahman Ar Rahim…

Dalam hidup ini setiap muslim kadang menghadapi ujian, cobaan dan bencana. Karena itu, ketika diuji, hendaknya ia bersabar dan mengharapkan pahala kepada Allah atas musibahnya. Jika demikian, tentu Allah tidak akan menyia-nyikan sesuatu pun untuknya, bahkan Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang hilang darinya.
Dalam Shahih-nya, Imam Muslim meriwayatkan dari Ummu Salamah ra, bahwasanya ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw, ‘Tidaklah seorang muslim yang tertimpa suatu musibah, lalu ia mengatakan apa yang diperintahkan Allah, ‘Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada-Nya. Ya Allah, berilah aku pahala karena musibah ini, dan gantikanlah untukku sesuatu yang lebih baik darinya,’ kecuali Allah akan memberinya ganti yang lebih baik.’ Ummu Salamah berkata, ‘Ketika Abu Salamah meninggal dunia, aku berkata, ‘Siapakah orang Islam yang lebih baik dari Abu Salamah?, (penghuni) rumah yang pertama kali hijrah kepada Rasulullah saw? Lalu aku mengucapkan perkataan diatas, kemudian Allah menggantikan untukku Rasulullah saw sebagai suami’.”

Wahai ummat Islam, ketahuilah! Sesungguhnya barang siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik dari padanya. Siapa yang meninggalkan dari menampar pipi sendiri, mengoyak-ngoyak pakaian dan berteriak-teriak meratap serta kemungkaran yang sejenisnya, kemudian ia memohon pahala di sisi Allah atas musibahnya serta mengembalikan semuanya kepada Allah, niscaya Allah akan menggantikanya dan sungguh Allah adalah sebaik-baik Pemberi ganti.

Oleh :
Al-Islam – Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia