Category Archives: Coretanku

Amalan Sebelum Tidur ( sebuah pesan Rasulullah )

tidur

Bismillahirohmanirohim

Pada suatu hari Rasulullah SAW masuk ke rumah putrinya Sayyidah Fathimah. Ketika itu, Fathimah sudah siap-siap berbaring untuk tidur. Rasulullah SAW lalu berkata, “Wahai Fathimah putriku, lâ tanâmi. Janganlah engkau tidur sebelum engkau lakukan empat hal; mengkhatam Al-Quran, memperoleh syafaat dari para nabi, membuat hati kaum Mukminin dan mukminat senang dan rida kepadamu, serta melakukan haji dan umrah.”

Fathimah bertanya, “Bagaimana mungkin aku melakukan itu semua sebelum tidur?” Rasulullah saw menjawab, “Sebelum tidur, bacalah oleh kamu Qul huwallâhu ahad tiga kali. Itu sama nilainya dengan mengkhatam Al-Quran.”

Yang dimaksud dengan Qul huwallâhu ahad adalah seluruh surat Al-Ikhlas, bukan ayat pertamanya saja. Dalam banyak hadis, sering kali suatu surat disebut dengan ayat pertamanya. Misalnya surat Al-Insyirah yang sering disebut dengan surat Alam nasyrah.

Rasulullah saw melanjutkan ucapannya, “Kemudian supaya engkau mendapat syafaat dariku dan para nabi sebelumku, bacalah shalawat: “Allâhumma shalli ‘alâ Muhammad wa ‘alâ âli Muhammad, kamâ shalayta ‘alâ Ibrâhim wa ‘alâ âli Ibrâhim. Allâhumma bârik ‘alâ Muhammad wa ‘alâ âli Muhammad, kamâ bârakta ‘alâ Ibrâhim wa ‘alâ âli Ibrâhim fil ‘âlamina innaka hamîdun majîd.”

“Kemudian supaya kamu memperoleh rasa ridha dari kaum mukminin dan mukminat, supaya kamu disenangi oleh mereka, dan supaya kamu juga ridha kepada mereka, bacalah istighfar bagi dirimu, orang tuamu, dan seluruh kaum mukminin dan mukminat.”

Tidak disebutkan dalam hadis itu istighfar seperti apa yang harus dibaca. Yang jelas, dalam istighfar itu kita mohonkan ampunan bagi orang-orang lain selain diri kita sendiri. Untuk apa kita memohon ampunan bagi orang lain? Agar kita tidur dengan membawa hati yang bersih, tidak membawa kebencian atau kejengkelan kepada sesama kaum muslimin. Kita mohonkan ampunan kepada Allah untuk semua orang yang pernah berbuat salah terhadap kita. Hal itu tentu saja tidak mudah. Sulit bagi kita untuk memaafkan orang yang pernah menyakiti hati kita. Bila kita tidur dengan menyimpan dendam, tanpa memaafkan orang lain, kita akan tidur dengan membawa penyakit hati. Bahkan mungkin kita tak akan bisa tidur. Sekalipun kita tidur, tidur kita akan memberikan mimpi buruk bagi kita. Penyakit hati itu akan tumbuh dan berkembang ketika kita tidur. Dari penyakit hati itulah lahir penyakit-penyakit jiwa dan penyakit-penyakit fisik. Orang yang stress harus membiasakan diri memohonkan ampunan kepada Allah untuk orang-orang yang membuatnya stress sebelum ia beranjak tidur.

Dalam hadis itu tidak dicontohkan istighfar macam apa yang harus kita baca. Tapi ada satu istighfar yang telah dicontohkan oleh orang tua-orang tua kita di kampung. Biasanya setelah salat maghrib, mereka membaca: “Astaghfirullâhal azhîm lî wa lî wâlidayya wa lî ashâbil huqûqi wajibâti ‘alayya wal masyâikhina wal ikhwâninâ wa li jamî’il muslimîna wal muslimât wal mukminîna wal mukminât, al ahyâiminhum wal amwât. Ya Allah, aku mohonkan ampunan pada-Mu bagi diriku dan kedua orang tuaku, bagi semua keluarga yang menjadi kewajiban bagiku untuk mengurus mereka. Ampuni juga guru-guru kami, saudara-saudara kami, muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup maupun yang telah wafat.”

Apabila kita amalkan istighfar itu sebelum tidur, paling tidak kita telah meminta ampun untuk orang tua kita. Istighfar kita, insya Allah, akan membuat orang tua kita di alam Barzah senang kepada kita. Istighfar itu pun akan menghibur mereka dalam perjalanan mereka di alam Barzah. Manfaat paling besar dari membaca istighfar adalah menentramkan tidur kita.

Nasihat terakhir dari Rasulullah saw kepada Fathimah adalah, “Sebelum tidur, hendaknya kamu lakukan haji dan umrah.” Bagaimana caranya? Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang membaca subhânallâh wal hamdulillâh wa lâ ilâha ilallâh huwallâhu akbar, ia dinilai sama dengan orang yang melakukan haji dan umrah.”

Menurut Rasulullah saw, barangsiapa yang membaca wirid itu lalu tertidur pulas, kemudian dia bangun kembali, Allah menghitung waktu tidurnya sebagai waktu berzikir sehingga orang itu dianggap sebagai orang yang berzikir terus menerus. Tidurnya bukanlah tidur ghaflah (cuek), tidur kelalaian, tapi tidur dalam keadaan berzikir.

Sebetulnya, bila sebelum tidur kita membaca zikir, tubuh kita akan tertidur tapi ruh kita akan terus berzikir. Sekiranya orang itu terbangun di tengah tidurnya, niscaya dari mulut orang itu akan keluar zikir asma Allah. ■ Wallahualam bissawab.

Note facebook

 

Demokrasi Menyalahi Syariat Islam

Alloh Jalla wa ‘Alaa berfirman :

“Dan jika kamu menuruti mayoritas orang-orang yang ada di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Alloh. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Alloh ? )”. (QS. Al An’aam: 116).

Ketahuilah,bahwa negeri kita menganut sistem demokrasi dan bila kita tengok lebih jauh ternyata sistem demokrasi ini benar-benar ”menuhankan” suara mayoritas. Karena sejak proses awal kampanye hingga pemilihan presiden, gubernur hingga ketua RT sekalipun maka suara mayoritaslah yang sangat menentukan.Oleh karena itu jangan heran bila kemudian muncul istilah “money politic”, karena suara merupakan sesuatu yang sangat berharga dalam sistem ini, lebih-lebih lagi kalau itu suara mayoritas.

 

Mengingat betapa besarnya pengaruh suara mayoritas ini dalam kehidupan bermasyarakat kita,baik yang terkait dengan gawe hari-hari ini ataupun yang yang lainnya,maka saya ingin mengajak para pembaca untuk sama-sama memahami dan menelusuri hakikat hukum suara mayoritas tersebut menurut kaca mata islam.

Apa Itu Hukum Mayoritas ?

Yang dimaksud dengan hukum mayoritas dalam pembahasan kali ini adalah ; suatu ketetapan hukum bahwa jumlah mayoritas merupakan patokan kebenaran, dan suara terbanyak merupakan keputusan yang harus diikuti,meski bertentangan dengan Al Qur’an dan Sunnah Rosululloh ?.

Sejauh Manakah Keabsahan Hukum Mayoritas Ini ?.

Asy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab menggolongkan hukum mayoritas ini ke dalam kaidah-kaidah yang dipegangi oleh orang-orang jahiliyyah, bahkan termasuk kaidah terbesar yang mereka punyai. Beliau berkata : “Sesungguhnya di antara kaidah terbesar mereka adalah ; berpegang dan terbuai dengan jumlah mayoritas, mereka menilai suatu kebenaran dengannya dan menilai suatu kebatilan dengan kelangkaannya dan dengan sedikitnya orang yang melakukan”. (Kitab Masail Al Jahiliyyah, masalah ke-5).

Asy Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan berkata : “Di antara karakter jahiliyyah adalah ; bahwasanya mereka menilai suatu kebenaran dengan jumlah mayoritas, dan menilai suatu kesalahan dengan jumlah minoritas, sehingga sesuatu yang diikuti oleh kebanyakan orang berarti benar, sedangkan yang diikuti oleh segelintir orang berarti salah. Inilah patokan yang ada pada diri mereka di dalam menilai yang benar dan yang salah. Padahal patokan ini tidak benar, karena Alloh Jalla wa ‘Alaa berfirman :

“Dan jika kamu menuruti mayoritas orang-orang yang ada di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Alloh. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Alloh ? )”. (QS. Al An’aam: 116).

Dia juga berfirman :

“Tetapi mayoritas manusia tidak mengetahui”. (QS. Al A’raaf: 187).

“Dan Kami tidak mendapati mayoritas mereka memenuhi janji. Sesungguhnya Kami mendapati mayoritas mereka orang-orang yang fasik”. (QS. Al A’raaf: 102).

Dan lain sebagainya”. (Syarh Masail Al Jahiliyyah, hal. 60).

Bila demikian hakekat permasalahannya, maka betapa ironisnya pernyataan para budak demokrasi bahwa “suara rakyat adalah suara Tuhan”. Suatu pernyataan sesat yang memposisikan suara rakyat (mayoritas) pada tingkat tertinggi yang tak akan pernah salah bak suara Tuhan. Mau dikemanakan firman-firman Alloh di atas ?!. Yang lebih tragis lagi, orang-orang yang mengkampanyekan diri sebagai “partai islam”….., siang dan malamnya berteriak “tegakkan syari’at Islam!!”, namun sejak awal kampanyenya yang dibidik adalah suara terbanyak, tak mau tahu suara siapakah itu. Dan ketika duduk di kursi dewan, teriakannya pun hanya sampai pada kata “tegakkan” sedangkan kata “syari’at Islam” tak lagi terdengar. Jangankan menegakkan syari’at Islam, menampakkan syiar Islam pada dirinya saja masih harus mempertimbangkan sekian banyak pertimbangan. Terlebih lagi tatkala rapat dan sidang digelar, hasilnya pun berujung pada suara terbanyak. Tak mau tahu, suara siapakah itu….. tak mau peduli, apakah sesuai dengan syariat Islam ataukah justru menguburnya….. tak mau pusing, apakah menguntungkan umat Islam ataukah justru menelantarkannya. Dan ketika hasil sidang tersebut diprotes karena tak selaras dengan syari’at Islam, maka dia pun orang yang pertama kali berkomentar bahwa ini adalah suara mayoritas anggota dewan….., kita harus mempunyai sikap toleran dan legowo….., kita harus menjunjung tinggi demokrasi, dan lain sebagainya. Padahal kalau dia belum duduk di kursi dewan, barangkali dialah orang pertama yang menggelar demo dengan berbagai macam atribut dan spanduknya. Wallohul Musta’an.

Demikianlah bila hukum mayoritas dikultuskan. Kesudahannya, akan semakin jauh dari hukum Alloh, akan semakin buta tentang syari’at Islam, bahkan akan menjadi penentang terhadap hukum Alloh dan syari’at-Nya.

Para pembaca yang dirahmati Alloh….. sesungguhnya masih ada fenomena lain yang perlu untuk dijadikan refleksi, yaitu dijadikannya hukum mayoritas sebagai tolak ukur suatu dakwah. Apabila seorang da’i mempunyai banyak pengikut, ceramahnya diputar di seluruh radio nusantara dan akhirnya bergelar “da’i sejuta umat” maka dakwahnya pun pasti benar. Sebaliknya bila seorang da’i pengikutnya hanya sedikit, maka dakwahnya pun dicurigai, bahkan terkadang divonis sesat. Padahal Alloh telah berfirman tentang nabi Nuh alaihi salam :

“Dan tidaklah beriman bersamanya (Nuh) kecuali sedikit”. (QS. Huud: 40).

Rasululloh shalallahu ‘alaihi wassalam  bersabda :

“ “Telah ditampakkan kepadaku umat-umat, maka aku melihat seorang nabi bersamanya kurang dari 10 orang, seorang nabi bersamanya satu atau dua orang, dan seorang nabi tidak ada seorang pun yang bersamanya….”. (HR. Al Bukhari no:5705, 5752, dan Muslim no:220, dari hadits Abdullah bin Abbas)

Asy Syaikh Sulaiman bin Abdullah Alus Syaikh berkata : “Dalam hadits ini terdapat bantahan bagi orang yang berdalih dengan hukum mayoritas, dan beranggapan bahwa kebenaran itu selalu bersama mereka. Tidaklah demikian adanya, bahkan yang semestinya adalah mengikuti Al Qur’an dan As Sunnah bersama siapa saja dan di mana saja”. (Taisir Al ‘Azizil Hamid, hal.106).

Asy Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin berkata : “Tidak boleh tertipu dengan jumlah mayoritas, karena jumlah mayoritas terkadang di atas kesesatan, Alloh berfirman :

“Dan jika kamu menuruti mayoritas orang-orang yang ada di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Alloh. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Alloh ?)”. (QS. Al An’aam: 116).

Jika kita melihat bahwa mayoritas penduduk bumi berada dalam kesesatan, maka janganlah tertipu dengan mereka. Jangan pula engkau katakan : “Sesungguhnya orang-orang melakukan demikian, mengapa aku eksklusif tidak sama dengan mereka ?”. (Al Qoulul Mufid ‘Ala Kitabit Tauhid, Juz 1 hal. 106).

Asy Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan berkata : “Maka tolak ukurnya bukanlah banyaknya pengikut suatu madzhab atau perkataan, namun tolak ukurnya adalah benar ataukah batil. Selama ia benar walaupun yang mengikutinya hanya sedikit atau bahkan tidak ada yang mengikutinya, maka itulah yang harus dipegang (diikuti), karena ia adalah keselamatan. Dan selamanya sesuatu yang batil tidaklah terdukung (menjadi benar-pen) dikarenakan banyaknya orang yang mengikutinya. Inilah tolak ukur yang harus selalu dipegangi oleh setiap muslim”. Beliau juga berkata: “Maka tolak ukurnya bukanlah banyak (mayoritas) atau pun sedikit (minoritas), bahkan tolak ukurnya adalah al haq (kebenaran), barangsiapa di atas kebenaran- walaupun sendirian- maka ia benar dan wajib diikuti, dan jika mayoritas (manusia) berada di atas kebatilan maka wajib ditolak dan tidak boleh tertipu dengannya. Jadi tolak ukurnya adalah kebenaran, oleh karena itu para ulama berkata : “Kebenaran tidaklah dinilai dengan orang, namun oranglah yang dinilai dengan kebenaran. Barangsiapa di atas kebenaran maka ia wajib diikuti”. (Syarh Masail Al Jahiliyyah, hal.61).

Asy Syaikh Abdurrohman bin Hasan Alus Syaikh berkata : “Hendaknya seorang muslim berhati-hati agar tidak tertipu dengan jumlah mayoritas, karena telah banyak orang-orang yang tertipu (dengannya), bahkan orang-orang yang mengaku berilmu sekalipun. Mereka berkeyakinan di dalam beragama sebagaimana yang diyakini oleh orang-orang bodoh lagi sesat (mengikuti mayoritas manusia -pen) dan tidak mau melihat kepada apa yang dikatakan oleh Alloh dan Rosul-Nya”. (Qurrotu Uyunil Muwahhidin, dinukil dari ta’liq Kitab Fathul Majid, hal. 83, no. 1).

Bagaimanakah Jika Mayoritas Berada Di Atas Kebenaran ?.

Asy Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan berkata : “Ya, jika mayoritas manusia berada di atas kebenaran, maka ini sesuatu yang baik. Akan tetapi sunnatulloh (ketetapan Allah, red) menunjukkan bahwa mayoritas (manusia) berada di atas kebatilan.

“Dan mayoritas manusia tidak akan beriman, walaupun kamu (Muhammad) sangat menginginkannya” (QS. Yusuf: 103).

“Dan jika engkau menuruti mayoritas orang-orang yang ada di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Alloh”. (QS. Al An’aam: 116)”. (Syarh Masail Al Jahiliyyah, hal.62).

Penutup

Dari pembahasan yang telah lalu, dapatlah diambil suatu kesimpulan bahwasanya hukum mayoritas bukan dari syari’at Islam, sehingga ia tidak bisa dijadikan sebagai tolak ukur suatu dakwah, manhaj dan perkataan. Tolak ukur yang hakiki adalah kebenaran yang dibangun di atas Al Qur’an dan As Sunnah dengan pemahaman As Salafus Sholih.

Atas dasar ini maka sistem demokrasi yang menuhankan suara mayoritas adalah batil. Demikian pula sikap mengukur benar atau tidaknya suatu dakwah, manhaj dan perkataan dengan hukum mayoritas, merupakan perbuatan batil dan bukan dari syari’at Islam.

Wallohu A’lam Bish Showab.

http://kebunhidayah.wordpress.com

Dzat Yang Maha Hidup dan Mengurus Makhluk

Bismillahi Ar Rahman Ar Rahim…

Ya Hayyu ya Qayyum birahmatika astaghits
Ya Hayyu ya Qayyum birahmatika astaghits
Ya Hayyu ya Qayyum birahmatika astaghits

Aslih sya’ni kullahu wa la takilni ila nafsi tharfata ‘ainin

Rabbana atina min ladunka rahmataw wa hayyi’alana min amrina rasyada..

Wahai Dzat Yang Maha Hidup dan Mengurus hamba-Nya…

Dengan RahmatMu..Tolonglah HambaMu…

Perbaikilah semua urusanku dan janganlah Engkau serahkan urusanku pada diri ini meski hanya sekejap mata

ROMA MENANTI KITA

Bismillahi  Ar Rahman Ar Rahim

Alqur An : Surat Al Imran 140

“ Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’[231]. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim”

Hadist Rosulullah .(HR. Ahmad, ad-Darimi, Ibnu Abi Syaibah dan al-Hakim)”

“Dari Abu Qubail berkata: Ketika kita sedang bersama Abdullah bin Amr bin al-Ash, dia ditanya: Kota manakah yang akan dibuka terlebih dahulu; Konstantinopel atau Rumiyah?Abdullah meminta kotak dengan lingkaran-lingkaran miliknya. Kemudian dia mengeluarkan kitab. Abdullah berkata: Ketika kita sedang menulis di sekitar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau ditanya: Dua kota ini manakah yang dibuka lebih dulu: Konstantinopel atau Rumiyah/Roma?Rasul menjawab, “Kota Heraklius dibuka lebih dahulu.” Yaitu: Konstantinopel”

Uraian ayat diatas menjelaskan bahwa kehidupan ini laksana panggung sandiwara. Disana di mainkan berbagai peran . Di panggung selalu terjadi pergulatan antara kebajikan dan kejahatan, keadilan dan kedzaliman, keimanan dan kekufuran . Dan semua di pergilirkan dalam dominasi dan kemenangan. Tetapi yang jelas akhir dari pergulatan adalah selalu di menangkan yang benar ,meskipun proses menuju kemenangan itu panjang.

Dan kita sebagai kaum muslimin hendaknya mampu nengambil peran penting dalam mengemban misi besar  untuk melanjutkan tugas Rosullullah dan para sahabat, mengajak manusia hidup dalam naungan Islam .

Dalam mengemban misi besar tersebut kita dapat menginspirasi  bisyarah seperti yang disampaikan oleh Abdulloh bin Amru pada sahabat. Bisyarah adalah sebuah kabar gembira yang allah turunkan kepada ummatnya baik melalui alqur an maupun ucapan Rosulullah . Bisayarah adalah perlambang janji Allah  dan mejadi terpatri kuat di dalam jiwa kaum muslimin dan menjadikan harapan di tengah tengah keputusasaan , menjadi pengingat dalam kealpaan dan menjadi sumber energi yang tidak terbatas sampai kapanpun juga. Dengan Bisyarah ini kaum muslimin  berjuang dan menorehkan tinta emas dalam sejarah peradaban dunia .

 PERAN PERAN YANG DIMAINKAN ….

Setiap org memerankan perannya masing. Namun secara umum mereka dapat di kategorikan menjadi 3 kelompok :

1. Kelompok status quo. Ini adalah kelompok penjaga agar kedzaliman, penindasan, kemunafikan, kekufuran, & sistem jahiliyah tetap lestari. Kelompok in sangat anti perubahan.Karena  mereka sudah merasakan “lezatnya” kekufuran & kedzaliman.

2. Kelompok org yg tdk mau tahu dg kondisi sekitarnya. mereka ahnya menonton & cuek dg apa yg tejadi. Mereka hanya berpikir dirinya& keluarganya. Orang orang yg berada dlm kelompok ina adalah yg disebabkan ketidak-pahaman, tetapi ada jg yg memilih secara sadar.

3. Kelompok yg mau melakukan perubahan agar kehidupan in mjd lebih baik. Mereka adalah orang orang  yg hidupnya dipenuhi optimisme & cita cita besar. Mereka bersedia mencurahkan kemampuannya agar  kehidupan jahiliyah yg penuh kedzaliman ini segera berubah menjadi  sistem yg anti kedzaliman. Wkt, dana, tenaga, & pikirannya dicurahkan demi tegaknya keadilan Islam. Itu semua mreka lakukan bkn mengharap dunia, pujian atau yg lain, tetapi semata-mata karena Allah SWT.

KOTA ROMA MENANTI KITA…..

Uraian hadist diatas sangatlah jelas ketika Rosullullah Saw di tanya oleh para sahabat tentang pembahasan dua kota  ( Roma dan konstantinopel) . Nubuwah yang disampaikan Rosullullah adalah bahwa kotanya Hiraclius ( Konstantinopel di bebaskan terlebih dahulu).

Nyatanya , 800 tahun kemudian kata kata Rosullullah terbukti . Konstatinopel dibebaskan oleh pejuang pejuang Islam di bawah pimpinan Muhammad Al Fatih.

Terus bagaimana dengan kota ROMA ???

Siapa ya….?

Bisa kita….

Anak anak kita…

Cucu kita….

Cicit kita….

Mengharukan……….

 

BAHAGIAKAH KITA, BILA…….

Bahagiakah kita apabila kita di tempat kerja , kita di tunjuk oleh pimpinan untuk sebuah pekerjaan yang menantang-?

Bahagiakah  kita apabila kita  di tunjuk oleh Presiden untuk tugas berat menjadi seorang mentri.?

Bagaimana kalau yang  memilih kita  adalah Allah SWTt sang pemilik segalanya,  untuk mengemban misi besar melanjutkan tugas Rosullullah dan para sahabat dalam mengajak manusia hidup dalam naungan Islam?
 

SIKAP YANG AGAK MENGHERANKAN…

Hal yang terkadang sering terjadi kita selalu melakukan sikap yang mengherankan :

Ingin dapat uang banyak , tapi kerja ogah ogahan….

Ingin sembuh, tapi malas minum obat. ..

Ingin berprestasi tapi tidak serius ..

Ingin masuk surga, tapi cuek terhadap seruan Allah..

Pokoknya untuk hal hal yang terikat segala aturan Allah , kita sangat sulit untuk menunaikan apalagi untuk menjadi pembela Islam. Didukung dengan kita sekarang tidak hidup di masa kemuliaan  Rosullullah.

Membaca kisah dan perjuanagan   Muhammad Al Fatih….rasanya sangatlah…jauh…….jauh……. Muhammad Al Fatih  ( Panglima Konstatinopel ) yang konon adalah seorang keimananannya sangat kuat ,  orang yang tidak pernah meninggalkan sholat tahajud, tidak pernah masbuq sholat berjamaah, tidak pernah meninggalkan sholat dhuha.

Menguasai 7 bahasa, hafal peta semua kerajaan-kerajaan di eropa beserta sejarah mereka semua,  belajar  siroh nabawiyah dan sejarah-sejarah generasi shahabat dan generasi selanjutnya,  mengumpulkan pasukan terbaik ( pasukan elit inkisariyah ), melatih keimanan pasukannya…

Rasanya…..

TETAPI…

 Bukankah setiap kebahagiaan membutuhkan pengorbanan yang setara..?????
 

KITA SANGAT LAYAK…..

Memang banyak pertanyaan keraguan dalam benak kita…

Apakah kita layak menjadi agen pilihna Allah ?

Apakah  kita layak sementara ilmu kita sdikit?

Apakah kita layak kita kan banyak dosa ?

Apakah kiya layak kita kan orang biasa ?

Apakah kita layak…..dll ?

Jangan Ragu!

Jawabannya adalah kita layak, karena Allah sdh  menegaskan dalam firmannya dalam surat An Najm 32 :

Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.”

Jadi untuk menyeru  orang kepada kebaikan., kita tidak harus menjadi malaikat lebih dahulu, dan mempunyai banyak ilmu ,  kalau harus menunggu menjadi malaikat , tidak ada orang yang menyampaikan kebaikan. Memang sudah tabiat manusia berbuat kesalahan,  namun bagaimana ketika manusia akalnya di bimbing oleh syariat –Nya maka insya Allah kita akan bisa mengemban misi yang mulia ini.

 

PILIHLAH JALAN MENUJU ROMA…..

Marilah … kita memilih jalan menuju Roma dengan belajar dari penaklukan Konstatinopel  , bealajar dari  bagaimana kaum muslimin untuk saling berebut peluang menjadi syuhada dengan keyakinan yang sangat tinggi terhadap janji Allah. Memandang tepat tentang kehidupan dunia ini dengan usaha yang dilakukan sangat serius dan berusaha pantang menyerah.

Ayo. Segera!

Perjuangan memerlukan keyakinan, keseriusan , kesabaran dan istiqomah .Bulatkan tekad menjadi agen terbaik dan libatkan diri dalam pembinaan pembinaan Islam.

Matur nuwun ilmunya…… ustadzah Lizdah ……..:)


BUNGA TREMBESI ITU INDAH

Bismillahi Ar Rahman Ar Rahim…

Tak ada pemandangan yang lebih menarik setiap  pagi ketika melintas sepanjang jalan menuju kampus Jurusan Teknik Informatika -ITS di tengah jauhnya jarak dari jalan raya. Deretan pohon dan bunga sepanjang yang kulalui selama hampir sepuluh tahun melindungiku dari sengatan terik matahari. Hari ini pandanganku tertuju pada pohon  yang paling besar dan rindang…TREMBESI.. ada goresan tulisan tangan  yangberbunyi : “SAMANEA SAMAN “….

.Subhanallah ..segala puji bagi allah….  baru tersadar kalau bunga pohon trembesi itu sangatlah indah. Warna bunganya sembur perpaduan ungu kemerah merahan dan  putih.. sungguh kelihatan segar.. dan teksturnya  begitu lembut….

Ke indahan bunga  trembesi yang tak dapat kulukiskan menambah keimanan ku pada Mu ya Rabb, semakin aku mengagumi segala ciptaanMu  aku semakin yakin engkau lah sang penciptaku, yang menguasai seluruh alam dan seisinya.

Ya Alloh tetap kan aku dalam ke imanan ini …Karena aku takut menjadi kufur dan balik memusuhi agama yang kau ridhoi ini.

Kisah Raja Thalut Dalam Alqur an

Bismillahi Ar Rahman Ar Rahim

Mencoba meresapi ayat dalam Surah Al Baqarah 246-252

246. Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: “Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah.” Nabi mereka menjawab: “Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang.” Mereka menjawab: “Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari anak-anak kami?”[155]. Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling, kecuali beberapa saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yang zalim.

247. Nabi mereka mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu.” Mereka menjawab: “Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?” Nabi (mereka) berkata: “Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.” Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.

248. Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan[156] dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman.

249. Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: “Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka dia adalah pengikutku.” Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: “Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya.” Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.”

250. Tatkala Jalut dan tentaranya telah nampak oleh mereka, merekapun (Thalut dan tentaranya) berdoa: “Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.”

251. Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah[157] (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.

252. Itu adalah ayat-ayat dari Allah, Kami bacakan kepadamu dengan hak (benar) dan sesungguhnya kamu benar-benar salah seorang di antara nabi-nabi yang diutus.

akhirnya dapat ilmu dari internet …..:)

Ringkasan kisah. Ayat-ayat Al Qur’an memberi gambaran kepada kita tentang kondisi Bani Israel dalam satu masa kehidupannya di tanah suci Palestina. Dimana saat itu mereka berada dalam masa-masa yang kelam; teraniaya dan menjadi tujuan penyerangan musuh-musuhnya. Sialnya, musuh-musuh mereka dapat mencuri “Tâbut”yang di dalamnya Allah telah memberikan perasaan tenang kepada mereka. Tabut itu merupakan satu-satunya peninggalan dari keluarga Musa dan keluarga Harun As.

Bani Israel sepenuhnya merasakan kehinaan dan penderitaan ini. Semua orang menderita, tak terkecuali para pemimpin mereka. Maka dalam diri mereka timbul niat untuk merubah keadaan ini, mereka memimpikan kemenangan. Mereka sudah bosan menjadi bangsa yang ditindas. Dalam pandangan mereka hanya ada satu jalan untuk meraih itu; perang sampai titik darah penghabisan.
Dari itu para pemimpin Bani Israel mendatangi Nabi mereka, mereka meminta dipilihkan seseorang diantara Bani Israel menjadi pemimpin perang, mampu memberikan kemenangan kepada mereka dan mengalahkan musuh-musuh Bani Israel.
Nabi mereka mengetahui ciri dari tabiat Bani Israel. Jika mereka diperintahkan untuk berperang, niscaya sebagian besar dari mereka tidak akan mau pergi ke medan perang. Nabi mereka menjawab: “mungkin saja jika kalian diwajibkan berperang, kalian tidak akan melakukannya?” perhatikan dialog yang dikatakan Nabi mereka, Al Qur’an mengisyaratkan pemahaman Nabi mereka kepada sifat-sifat dasar yang ada dalam diri Bani Israel.
Bani Israel menyanggah perkataan Nabi itu, lalu mereka berusaha meyakinkan bahwa mereka tidak akan lari dari medan perang jika perintah untuk berperang datang. Dan mereka memberi alasan bahwa yang menjadikan Bani Israel enggan berperang selama ini karena tidak adanya orang yang memimpin mereka. Alasannya lainnya yang mereka sampaikan kepada Nabinya, bahwa mereka sudah tidak kuat lagi menerima kondisi tertekan dan kekalahan yang selama ini mereka alami. Oleh karena itu mereka tidak mungkin lari dari peperangan.
Ketika mendengar penjelasan dan alasan yang logis dari umatnya, Nabi mereka segera berdoa kepada Allah untuk mengabulkan permohonan mereka. Allah mengabulkan keinginan Bani Israel, Ia mewahyukan kepada Nabi itu bahwa pemimpin yang mereka inginkan itu adalah Thâlut. Dialah pemimpin yang Allah pilih untuk menuju kemenangan yang diimpikan Bani Israel.
Tetapi apa yang terjadi? Bani Israel menolak Thâlut sebagai pemimpin mereka. Mereka menginginkan seorang pemimpin dari kalangan bangsawan Bani Israel seperti tradisi yang ada selama ini. Bukan Thalut yang hanya seorang rakyat miskin, dan tidak memiliki harta benda yang setara dengan para bangsawan. “Bagaimana mungkin ia menjadi raja kami, sementara kami lebih berhak untuk menjadi raja. Ia tidak punya harta benda yang banyak!” begitulah ucapan yang keluar dari Bani Israel.
Nabi mereka cukup terkejut dengan pernyataan itu, padahal mereka tidak meminta raja dari keturunan bangsawan. Maka dengan sabar Nabi menjelaskan kepribadian yang ada dalam diri Thalut. Bahwa ia adalah seseorang yang berhak menjadi raja yang layak bagi mereka dalam timbangan Tuhan, itu memang dibutuhkan rasa keimanan untuk menerimanya. Allah memilihnya diantara Bani Israel disebabkan Thalut memilili kelebihan yang menonjol dari ilmu pengetahuan dan kekuatan fisik yang memadai untuk menjadi panglima perang. Lalu apa yang menjadikan kalian (Bani Israel) menolaknya? Sesungguhnya Allah memberikan kekuasan kepada siapa yang dikehendakinya. Dengan penjelasan ini, Nabi mereka ingin mengalahkan logika yang ada dalam jiwa Bani Israel. Oleh karena itu ia jelaskan kelebihan-kelebihan yang ada dalam diri Thalut dan terpilihnya Thalut atas kehendak Allah semata. Kemudian untuk menguatkan kata-katanya, Nabi mereka berkata, “sesungguhnya tanda-tanda ia akan menjadi raja bagi kalian adalah kembalinya Tabut kepada kalian yang dibawa oleh seorang malaikat.”
Tabut yang telah hilang dicuri oleh musuh Bani Israel akan kembali kepada mereka. Tanpa ada peperangan dengan musuh-musuh Bani Israel. Allah telah mengutus seorang malaikat untuk mengambil Tabut itu dan membawanya kepada mereka. Ini merupakan bukti dan petunjuk bahwa Allah dan para malaikat meridhai Thalut sebagai pemimpin mereka. Janji yang diucapkan Nabi mereka benar adanya, tak lama kemudian seorang malaikat datang kepada mereka. Akhirnya Thalut menjadi raja Bani Israel dan memerintahkan mereka untuk bersiap-siap berperang.
Di tengah perjalanan menuju medan perang, Thalut yang kini menjadi pemimpin mereka memberi pesan bahwa Allah akan menguji mereka dengan sebuah sungai. “Ketika melewati sungai itu, jangan ada yang meminum airnya. Barang siapa meminumnya berarti ia bukan seorang prajurit yang patuh dan ia bukan dari golonganku. Dan barang siapa taat atas perintah Allah, maka ia akan tetap bersamaku.” Thalut hanya membolehkan meminumnya seteguk saja dan diambil dari tangan. Sekedar menghilangkan rasa haus dan membahasi bibir yang kering.
Tetapi ketika mereka sampai ke tepi sungai, kebanyakan dari mereka melanggar perintah Thalut. Kecuali sedikit saja yang tetap setia kepada Thalut. Thalut mengambil inisiatif untuk meninggalkan mereka yang melanggar perintahnya, dan mengajak pasukannya yang sedikit untuk bergegas ke medan perang.
Saat tiba di medan perang, tentaranya yang sedikit itu merasa ngeri dan takut untuk melawan musuh-musuh mereka yang berjumlah besar. Pasukan musuh yang berjumlah besar itu berada di bawah kepemimpinan Jalut (Goliat). Pasukan Bani Israel berkata kepada Thalut: “Hari ini kami tidak ada kekuatan untuk melawan Jalut dan pasukannya. Dan kami tidak berani untuk berperang melawan mereka!” lalu mereka pun pergi meninggalkan medan perang. Tinggallah di sana Thalut dan beberapa orang saja dari tentaranya. Mereka yang tetap itu adalah orang-orang yang meyakini akan bertemu Allah, mengharap surga dan segala kenikmatannya.
Melihat kondisi seperti itu, Thalut memberikan kata-kata yang memberi ketentraman kepada pasukannya: “Berapa banyak kelompok kecil sanggup mengalahkan kelompok yang lebih besar atas izin Allah! Dan Allah bersama orang-orang yang sabar.” Saat memasuki peperangan Thalut berdoa kepada Allah dengan khusyu: “Wahai Tuhanku karuniakan kepada kami kesabaran, tetapkanlah pendirian kami dan tolonglah kami dari orang-orang kafir.” Allah pun berkenan memberikan pertolonganNya, Thalut dan pasukannya mendapat kemenangan.
Diantara “orang-orang sabar” yang tetap bersama Thalut adalah Nabi Daud As. Saat itu ia belum diangkat menjadi Nabi dan belum menjadi raja. Ia diangkat menjadi Nabi dan menjadi raja Bani Israel setelah peperangan ini. Dengan gagah berani ia maju kebarisan dimana Jalut berada dan kemudian membunuhnya. Dan setelah perang ini Daud diangkat menjadi raja Bani Israel dan dikaruniai ilmu yang banyak.
Pasukan Thalut kembali ke negeri Palestina dengan kemenangan. Tetapi kemengan ini tercoreng oleh ulah sebagian pasukan Bani Israel, yaitu melanggar perintah Thalut dan lari dari medan perang.
Beberapa catatan yang menjadi pelajaran dalam kisah ini.
  1. Sebuah kelompok atau masyarakat perlu ada seorang yang memimpin. Ini untuk memudahkan pengaturan. Nabi Saw memerintahkan kita untuk menunjuk salah seorang menjadi pemimpin jika bepergian, walau jumlah kita hanya tiga orang.
  2. Kecerdasan firasat seorang Nabi merupakan bukti bahwa ia sanggup memahami karakter umatnya. Kemampuan firasat seperti ini biasanya dimiliki oleh orang-orang yang memiliki hati bersih, selalu dekat kepada Allah dan ikhlas berbadah kepadanya. Jadi ini merupakan pemberian dari Allah atas segala ibadahnya. Nabi Saw mengatakan: “Takutlah kalian kepada firasat seorang mukmin, karena ia melihat dengan cahaya Allah.”
  3. Nama panglima musuh dalam Al Qur’an adalah Jalut, sementara dalam riwayat Israiliyat adalah Goliat. Dalam menentukan mana yang benar ada baiknya kita lebih mengutamakan pendapat Al Qur’an.
  4. Kepemimpinan diwariskan bukan dengan kekerabatan, teman dan hubungan keluarga. Tetapi dengan ilmu dan kekuatan.
  5. Dalam ayat didahulukan kata kekuatan ilmu daripada kekuatan fisik. Itu dimaksudkan kata Imam Ar Razy seorang ahli tafsir, bahwa kekuatan dalam jiwa dan akal lebih utama daripada kekuatan fisik. Sebagian ahli tafsir mengatakan, yang dimaksud dengan Thalut memiliki kekuatan fisik yaitu Thalut memang memiliki fisik paling kuat, tubuh tinggi besar dan wajah yang paling tampan.
  6. Thalut melarang pasukannya meminum air sungai padahal minum adalah sesuatu yang dibolehkan dalam agama. Ini merupakan bentuk pelajaran dari kepemimpinan, bahwa seorang pemimpin boleh memberi pelajaran kepada rakyatnya untuk menguji kepatuhannya

http://razipothman.blogspot.com/2010/03/kisah-raja-thalut-dalam-surah-al.html

Kisah Nyata : Bidadari Al-‘aina’ Al mardhiyyah

Bismillahirohmanirohim…

Buat Sahabat yang tidak hadir dikajian jum at kemarin…

ini saya share ilmu yang kita dapat dari Ustadah Yuni ( Teknik Kimia )

beliau menggantikan Ustadah Lizdah yang berhalangan hadir .

Obrolan  kita kemarin mengenai :

“Kekuatan Spirit Tanpa Batas “…

Membangun, menggugah dan melahirkan spirit individu untuk meraih kejayaan

melewati batas kemampuan manusia..

Diawali dengan penjelasan beliau tentang tiga macam motivasi yang dipakai

manusia pada umumnya, dalam menjalani kehidupan; yaitu

1. motivasi materi (al-Quwwah ar-Madiyah),

2. motivasi emosional (al-Quwwah al-Ma’nawiyah)

3. dan terakhir dan yang akan dibahas dengan panjang lebar adalah motivasi

spiritual (al-Quwwah ar-Ruhiyah).

Penjelasan motivasi ketiga sangat menarik sekali ….karena di selingi

kisah ” Bidadari Al-Aina Al Mardhiyyah “……Subhanalloh…. sungguh bisa

menjadi ibroh buat kita semua…. kalau kita bertransaksi dengan Allah

dijamin perniagaan kita tidak pernah rugi dan untungnya pasti selamanya…

Sahabat ,. Ini adalah kisah nyata dan teramat berharga untuk kita renungi

bersama…

Berikut kisahnya yang diambil dari buku Motivasi Ust Faqih yang berjudul

Al Quwwah Ar Ruhiyah..

Dikisahkan oleh Syaikh Abdul Wahid bin Zabad Rahimahullah, “ Suatu hari

ketika kami berada di sebuah majelis, kami memutuskan agar mempersiapkan

diri untuk berperang.

Saat itu aku memerintahkan kepada teman2ku untuk membaca ayat2 Al Qur’an.

Kemudian dalam majelis itu ada seorang laki2 yang membaca ayat yang

berbunyi,

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang2 mu’min , diri dan harta

mereka deengan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu

mereka membunuh atau terbunuh.” (QS. At Taubah :111)

Setelah itu, ada seorang bocah remaja yang usianya sekitar 15 tahun

berdiri dan menemuiku. Dia telah ditinggal mati ayahnya dan meninggalkan

warisan yang sangat banyak . Lalu ia berkata,

“Wahai Syeikh Abdul Wahid, sesungguhnya aku bersaksi di hadapanmu, aku

berani menjual jiwa dan hartaku dengan surga.

Dia berani mengeluarkan semua hartanya. Semua disedekahkankannya kecuali

kuda, perang, dan bekalnya. Ketika keluar menuju medan perang, dia berada

di garfda paling depan. Jula beli kami untung karena kami telah

bertransaksi dengan Allah, kemudian kami memulai perjalanan.

Dia berjalan bersama kami. Dan saya lihat, jika siang hari dia berpuasa

dan malam harinya ia gunakan untuk bermunajat kepada Allah. Dia melayani

kami dan memberi makan hewan2 kendaraan kami. Dia menjaga kami saat kami

tidur, sampai akhirnya kami sampai di kawasan musuh. Pada saat itu, tiba2

ia berteriak2, “Betapa aku ingin berjumpa dengan airmata keridhyaan

(al-‘aina’ al mardhiyyah).”

Mendengar teriakan itu, kami menghampirinya. Aku pun bertanya padanya ,

‘Wahai sayang, apa itu al-‘aina’ al mardhiyyah?’

Kemudian bocah remaja itu menjawab,

“Saat kami sedang berebahan, tiba2 aku melihat seakan2 ada orang yang

datang dan menyuruhku agar aku pergi menemui al-‘aina’ al mardhiyyah.

Kemudian dia membimbingku ke sebuah danau. Tiba2 aku benar2 berada di

sebuah danau yang tepinya dihiasi dengan aneka permata dan perhiasan.

Keindahannya tidak bisa aku gambarkan. Di sana terdapat banyak bidadari

yang cantik2. Dan ketika melihatku, mereka tersenyum sambil berkata,

‘Ini adalah suami al-‘aina’ al mardhiyyah’, mereka menjawab ‘kami semua

adalah pelayan dan pembantunya. Silakan Tuan terus berjalan ke depan

sana.’

Kemudian aku berjalan ke depan. Tanpa terasa, aku sampai di suatu danau di

mana airnya berupa susu dan rasanya tidak pernah berubah. Danau tersebut

berada di sebuah taman yang penuh dengan keindahan. Subhaanallah, ada

banyak bidadari yang kecantikannya membuat aku terpesona. Saat aku melihat

mereka, mereka tersenyum kepadaku dan berkata,’Sungguh, ini adalah calon

suami Al-‘aina’ al mardhiyyyah.’

Kemudian aku berkata,’Assalamu’alaikunna, adakah di antara kalian termasuk

al-‘aina’ al mardhiyyah?’

Mereka menjawab, ‘Wa’alaika As-salam, wahai kekasih Allah. Kami bukan

al-‘aina’ al mardhiyyah. Kami adalah pelayan dan pembantunya. Berjalanlah

Tuan ke depan.’

Kemudian aku berkata,’Assalamu’alaikunna, adakah di antara kalian termasuk

al-‘aina’ al mardhiyyyah?’ Kemudian aku melangkahkan kakiku lagi hingga

sampailah aku di suatu danau di mana airnya adalah khamer, bukan seperti

di dunia yang memabukkan, tapi ia memiliki rasa yang sangat lezat.

Subhanallah…

Di tepi danau itu juga ada sederet bidadari yang menyambutku dan menyapa

dengan tersenyum. Aku ucapkan salam kepadanya dan menanyakan apakahy di

natara mereka ada al-‘aina’ al mardhiyyah. Mereka menjawab dengan jawaban

yang sama seperti di danau sebelumnya.

‘Berjalanlah Tuan terus ke depan.’

Kemudian aku terus melanjutkan perjalanan dan sampailkah aku di suatu

tempat yang amat indah, di mana aku dapati sebuah danau yang airnya berupa

madu murni. Bidadari2 yang ada di tempat itu memiliki wajah yang sangat

cantik dan bercahaya. Wajahnya tidak akan bisa saya lupakan. Akupun

menyapanya dengan salam dan bertanya tentang al-‘aina’ al mardhiyyah

seperti sebelumnya.

Mereka menjawab,’Wahai kekasih Allah, kami bukanlah al-‘aina’ al

mardhiyyah. Kami hanyalah pelayan dan pembantunya. Berjalanlah wahai

Tuanku ke depan.’

Akhirnya, untuk kesekian kalinya aku berjalan menuju suatu tempat yang

mereka tunjukkan. Sampai akhirnya, aku tiba di suatu tempat di mana ada

sebuah rumah mungil yang bangunannya terbuat dari mutiara putih nan indah.

Di depan pintunya ada seorang bidadari yang amat cantik memakai perhiasan,

kecantikan dan keindahannya tidak bisa aku bayangkan.

Dia tersenyum menatapku, lau memanggil penghuni rumah mungil tersebut,

Wahai al-‘aina’ al mardhiyyah, ini suamimu sudah datang,’ ujarnya,

‘masuklah wahai Tuan, Engkau telah dinanti oleh al-‘aina’ al mardhiyyah.’

Setelah masuk kedalam rumah mungil yang indah itu, aku melihat seorang

bidadari yang amat sangat cantik dan begitu anggun sedang duduk di atas

ranjang yang berhiaskan dan berukiran nemas. Dia mengenakan mahkota yang

berhiaskan intan dan yaqut. Aku sangat terpesona saat menatapnya.

Dia berkata, ‘Selamat datang, wahai kekasih Allah, Dzat Yang Maha

Pengasih,. Sungguh sebentar lagi kamu akan mendatangi kami.’

Lalu aku menghampiri dia dan bermaksud memeluknya. Tapi kemudian dia

berkata, ‘Tunggu sebentar. Kamu tidak akan bisa memelukku, karena kamu

masih memiliki ruh kehidupan.’

Saat itu, aku tersentak kaget. Aku tidak sabar ingin bertemu dengannya

sampai aku engkau bangunkan, wahai Abdul Wahid.”

Syaikh Adul Wahid melanjutkan ceritanya, “ Percakapan kami belum sempat

tuntas, tiba2 datang segerombolan prajurit musuh yang menyerang kami. Anak

muda tersebut segera menyambut kedartangan mereka dengan gagah berani. Ia

begitu lincah menyabetkan pedangnya ke sana kemari sampai akhirnya

sembilan orang musuh terbunuh di tangannya. Kami berhasil mengalahkan dan

mengusir mereka. Tiba2 kami mendengar teriakan lirih tapi sangat jelas di

telinga kami Al-‘aina’ al mardhiyyah.’

Aku mendekati dan menuju arah suara itu. Ternyata, saya dapati anak muda

tersebut bersimbah darah.

Dia tersenyum lebar sambil berkata, Wahai Abdul Wahid, al-‘aina’ al

mardhiyyyah telah benar2 menjemputku. Subhanallah..

Akhirnya, dia pun meninggal dunia sebagai syuhada Allah. Dia benar2 telah

bertransaksi dengan Allah. Semoga Allah meridhoinya. “

Hingga Saat ini Kita Hidup dalam sebuah Matrix..

Bismillahirohmanirohim

Dua jam menunggu ujian Aljabar Linear terasa lama.  Berjalan diantara mahasiswa yang lagi serius ujian mengerjakan soal melelahkan. Kuputuskan untuk duduk di depan dengan mengambil salah satu kursi yang ada di sebelah pintu, sehingga lebih leluasa untuk mengawasi mahasiswa yang lagi ujian. Tak terasa setengah jam aku melototi mereka.

Keluar dari kelas sekejap untuk mengambil hasil print e-book karya harun yahya ” Rahasia di Balik Materi “. Bukunya sangat menarik sekali..baru ku mengerti setelah baca buku ini  bahwa…

HINGGA SAAT INI KITA HIDUP DALAM SEBUAH MATRIX …”

Awalnya  sulit sekali percaya, tapi berulang kali kucoba untuk memahami inilah kenyataan yang sebenarnya yang terjadi pada kita. Seiring dengan perkembangan Teknologi saat ini..Semakin banyak sekali tanda tanda kekuasaan Allah yang telah terungkap.  Subhanallah…

” Segala puji bagimu Allah pengusa langit dan Bumi ”

Di Bawah ini….

Kutipan dari http://www.harunyahya.com (rahasia dibalik materi)

Sejak kelahirannya manusia sudah dibiasakan melihat wujud dunia ini sebagai bentuk materi yang absolut. Sehingga ia tumbuh dewasa dalam pengaruh pengkondisian ini, dan menjalani seluruh hidupnya dalam cara pandang ini. Akan tetapi penemuan teknologi modern menemukan sesuatu yang sama sekali berbeda dengan anggapan umum. Semua informasi yang kita punyai tentang dunia luar bersumber hanya dari panca indera yang kita miliki.

Dunia yang kita pahami terdiri atas :

Apa yang dilihat oleh Mata,

Didengar oleh Telinga,

Dicium oleh Hidung,

Dirasakan oleh Lidah dan

Disentuh oleh Tangan kita.

Manusia bergantung hanya kepada lima indera itu semenjak lahir, …

Itulah mengapa, ia hanya mengetahui dunia luar hanya sebatas yang diberikan melalui panca indera ini.

TETAPI

Penelitian ilmiah tentang indera kita, telah mengungkapkan kenyataan yang sangat berbeda tentang apa yang kita sebut dengan dunia luar, dan kenyataan ini telah membongkar sebuah rahasia sangat penting akan hakikat materi yang menyusun dunia luar tersebut. Pemikir abad ini Frederick Kester menjelaskan pencapaian ilmu pengetahuan pada bidang ini.

Pernyataan sejumlah ilmuwan bahwa manusia adalah gambar, segala yang dirasakan bersifat sementara dan tipuan, dan alam semesta hanyalah sebuah bayangan, tampak dibuktikan oleh ilmu pengetahuan di jaman kita sekarang.

Agar lebih memahami rahasia dibalik materi ini, marilah kita pahami kembali indera pengelihatan, yang memberi kita informasi paling banyak tentang dunia luar.

Bagaimana Kita dapat Melihat ?
Proses melihat terjadi secara bertahap, pada saat melihat, kumpulan cahaya yang disebut FOTON bergerak dari benda menuju mata. Dan menembus lensa dimana FOTON ini dibelokkan dan difokuskan menuju ke retina yang terletak dibelakang mata. Disini cahaya dirubah menjadi sinyal-sinyal listrik dan kemudian diteruskan oleh sel-sel saraf ke pusat pengelihatan dibagian belakang otak. Proses melihat sesungguhnya terjadi di pusat tersebut yang berada di otak.

Segala pemandangan yang kita lihat dan rasakan, semua peristiwa yang kita alami sebenarnya kita rasakan di tempat yang kecil dan gelap dibelakang otak ini yang hanya berukuran beberapa cm3.

Jadi bila kita mengatakan kita melihat, maka sesungguhnya kita melihat efek yang ditimbulkan pada otak kita oleh cahaya yang sampai pada mata dengan merubahnya menjadi sinyal listrik. Proses sebenarnya adalah kita menyaksikan sinyal-sinyal listrik dalam otak kita.

Perlu diperhatikan bahwa otak kita tidak pernah berhubungan dengan dunia luar, dan apa yang ada didalam otak kita adalah ruang gelap gulita.

Sebagai contoh cobalah anda bayangkan melihat sebuah lilin yang menyala, maka anda akan melihat cahaya lilin, pada saat anda melihat cahaya lilin anda mengatakan terang padahal pusat pengelihatan di otak tetap gelap. Cahaya lilin tidak pernah menerangi pusat pengelihatan dalam otak kita namun kita dapat melihat warna warni dunia yang gemerlap dalam otak kita yang gelap.

Hal yang sama terjadi pula pada indera kita yang lain, suara, sentuhan, rasa dan bau, semuanya dirasakan didalam otak, sebagai sinyal-sinyal listrik.

Jadi selama ini otak kita tidak berhubungan langsung dengan materi sesungguhnya yang ada disekitar kita melainkan hanya tiruan sinyal-sinyal listrik dari materi tersebut yang terbentuk didalam otak kita.

Disinilah kita tertipu ketika menganggap tiruan ini sebagai wujud materi yang sesungguhnya.

‘Dunia Luar’ di dalam Otak Kita

Kenyataan ini membawa kita kepada kesimpulan yang tak perlu diperdebatkan lagi, Semua yang kita lihat, sentuh, dengar, dan rasakan sebagai materi, dunia atau alam semesta, hanyalah sinyal-sinyal listrik dalam otak kita.

Sebagai contoh bila kita melihat dan mendengar burung yang berkicau, maka sesungguhnya kita hanya menerima sinyal-sinyal listrik di otak dari sel-sel neuron dari mata ke pusat pengelihatan, andai syaraf yang menghubungkan mata ke pusat otak kita putus maka kita tidak dapat melihat apa-apa, begitu juga dengan suara burung yang kita dengar, apabila syaraf yang mengirim sinyal listrik suara dari telinga ke otak kita putus maka kita tidak dapat mendengar suara burung lagi.

Singkatnya burung yang kita lihat dan suaranya yang kita dengar, tidak lah lebih dari penafsiran sinyal-sinyal listrik di otak kita.

Ketika sedang membaca artikel ini, anda sebenarnya tidak berada didalam ruangan seperti yang anda yakini, sebaliknya ruangan tersebut ada dalam diri anda, Penglihatan anda terhadap tubuh anda, membuat anda berfikir anda berada didalam ruangan itu. Namun anda harus ingat bahwa tubuh anda pun adalah gambar yang terbentuk dari sinyal-sinyal listrik didalam otak anda.

Apakah keberadaan dunia luar sangat diperlukan ?

Sejauh ini kita telah berulang kali menybut dunia luar, dan dunia persepsi atau penampakan yang terbentuk didalam otak kita.

Namun sesungguhnya persepsi dalam otak kitalah yang terjadi (dengan kata lain dunia luar tidak ada) dan gambaran otak kitalah yang kita saksikan selama ini.

Tetapi ini belum bisa kita buktikan karena kita tidak bisa menjangkau dunia nyata diluar dari apa yang kita lihat dan kita huni selama ini.

Kita meyakini dunia yang ada hanya dari apa yang kita lihat, namun penampakkan yang ada hanyalah gambaran dari persepsi di otak kita.

Jadi semua yang kita lihat, kita dengar, kita rasakan, dan kita cium hanyalah sebuah gambaran semu yang hadir karena persepsi dari otak kita, karena itu sekali lagi kita tertipu dengan menganggap segala sesuatu yang ada, adalah sebagai wujud nyata, padahal itu ada dalam persepsi otak kita.

Untuk lebih memudahkan anda memahami konsep ini mari kita pelajari bagian berikut ini :

Dunia dalam Mimpi

Pernahkah anda mimpi?, anggap teman anda atau anda bermimpi menjadi seorang pilot pesawat terbang dengan berbagai panel desekeliling yang membingungkan, dan anda bisa dapat dengan mudah mengoperasikan semua panel pesawat dengan baik dan mendaratkan pesawat dengan sempurna.

Sadarkah anda selama anda dalam mimpi, anda menganggap bahwa itu adalah nyata, karena anda bisa menyentuh, meraba, merasakan dan mendengar desingan mesin pesawat, padahal anda tidak menggerakkan tangan, tidak menggerakkan kaki dan tidak mengoperasikan panel pesawat, melainkan hanya tidur mendengkur.

Dan anda akan tersadar setelah bangun dari tidur, bahwa semua pengalaman itu hanya sebuah mimpi, tapi apakah anda akan sadar bila anda tidak pernah bangun dari tidur itu?.

Itu pula yang sangat mungkin terjadi pada hidup kita, ketika kita terbangun dari mimpi, maka tidak ada alasan logis untuk mengatakan bahwa kita telah mengalami mimpi yang lebih panjang yang kita sebut sebagai dunia nyata.

Alasan kita menyebut mimpi sebagai hayalan dan menyebut dunia ini adalah dunia yang nyata, adalah hanya karena prasangka kita. Bagaimana jika ternyata dunia nyata yang kita jalani ini hanya sebuah mimpi yang lebih panjang?.

Siapakah yang Melihat ?

Setelah semua kenyataan materi ini terungkap, kini muncul pertanyaan terpenting, Jika pengalaman dialam materi yang kita alami sekedar penampakkan, bagaimana dengan otak kita ?, oleh karena otak kita termasuk sebagai materi, seperti lengan kita, kaki kita dan benda lain, otak kita juga sekedar penampakkan sebagaimana semua benda yang ada.

Marilah kita memanjangkan semua syaraf-syaraf yang ada didalam otak kita dengan mengeluarkannya dari kepala kita, sehingga kita dapat melihatnya dengan mata kita.

Pada kondisi ini kita dapat melihat otak kita dan menyentuhnya dengan jari-jari kita. Dengan ini kita juga dapat menyadari bahwa otak kita adalah tidak lebih dari gambaran yang diberikan oleh panca indera kita.

Lalu kehendak apakah yang melihat, mendengar dan merasakan semua indera yang lain, jika bukan otak?, siapakah dia yang melihat, mendengar, meraba, merasakan rasa dan bau?, siapakah wujud ini yang berfikir, beralasan, memiliki perasaan dan berkata bahwa saya adalah saya?.

Salah satu pemikir terkemuka abad ini, Clarkly Brown juga memiliki pertanyaan yang sama.

Ternyata wujud ghaib yang menggunakan otak yang melihat dan mendengar serta merasakan adalah Ruh.

Alam materi adalah segala sesuatu yang tampak dan dirasakan oleh Ruh, dan inilah wujud absolut yang nyata dan Materi adalah penampakkan yang dilihat oleh Ruh.

Begitulah, kendatipun kita mulai dengan anggapan bahwa materi adalah wujud yang sesungguhnya, namun hukum-hukum fisika, kimia, dan biologi, semua menghantarkan kita pada kenyataan bahwa materi terbentuk dari khayalan, pada kenyataan yang pasti tentang adanya wujud yang ghaib dan “INILAH RAHASIA DIBALIK MATERI”

Kenyataan ini sangatlah pasti, sehingga mengkhawatirkan sejumlah ilmuwan materialis, yang meyakini materi sebagai wujud absolut. Dan para ilmuwan telah menyadari akan keterbatasan indera manusia.

Semua kenyataan ini menghadapkan kita kepada pertanyaan yang sangat penting, jika segala sesuatu yang ada, adalah penampakkan yang diberikan kepada Ruh kita, lalu apakah sumber penampakkan-penampakkan ini?, untuk menjawab pertanyaan ini, maka kita harus mempertimbangkan bahwa alam materi tidak ada dengan sendirinya, akan tetapi sekedar penampakkan. Oleh karena itu sudah sewajarnya bila penampakkan ini ada karena adanya kekuatan lain yang sangat besar dan berarti bahwa ini pasti telah diciptakan.

Lebih dari itu penciptaan ini harus terjadi terus menerus, jika tidak demikian maka apa yang kita sebut dengan materi akan musnah dan hilang. Hal ini bisa disamakan dengan televisi yang terus-menerus menampilkan penampakkan gambar, jika siaran dihentikan maka penampakkan gambar pada televisipun akan hilang.

Wujud Absolut Sesungguhnya

Siapakah yang membuat Ruh kita melihat tanah, manusia dan semua alam materi ini, sangat jelas bahwa ada pencipta Maha Agung yang telah menciptakan seluruh alam materi, yakni keseluruhan penampakkan dan terus menerus menciptakannya tanpa henti.

Karena pencipta ini memperlihatkan penciptaan yang luar biasa, IA pasti memiliki kekuatan dan kebesaran yang Abadi, semua penampakkan IA ciptakan sesuai kehendaknya, dan IA berkuasa atas yang diciptakannya setiap saat, pencipta ini adalah ALLAH penguasa Langit dan Bumi, wujud absolut sesungguhnya adalah ALLAH, segala sesuatu selain darinya adalah bayangan ya