Category Archives: CINTA

Kucintakan Engkau dgn Lelaki Penuh Pesona

Bismillahirrahmanirrahim …

WANITAInginku mengajak Anda memperkenalkan seorang laki-laki yang didamba surga. Dialah laki-laki yang ditinggalkan orang tuanya semenjak balita. Dialah lelaki padang pasir yang memiliki keistimewaan dan kesempurnaan yang sulit kutorehkan dengan kata-kata. Namun begitu, kuusahakan untaian kata-kataku ini mewakili ucapan-ucapan mereka yang pernah melihatnya, bersamanya dalam suka dan duka, mendengar tutur katanya sekaligus menyaksikan sosoknya yang begitu berbekas dalam jiwa.

Duh, tak sabar lagi pena ini menari untuk kawan dan memang untuk kawanlah kupersembahkan tentangnya..

Binar Indah Matanya

Lebar dan hitam kedua matanya nan berkelopak panjang. Bulu matanya amat letik menawan. Alisnya melengkung rapi bak bulan sabit dan bersambung.

Tampan Wajahnya nan Rupawan

Sekiranya lelaki ini hidup saat ini maka para wanita akan tergila-gila dengan elok rupanya. Mereka akan terpesona. Bagaimana tidak, kawan? Wajahnya begitu tampan, cerah nian seolah-olah di mukanya lah lintasan peredaran mentari. Manis pula dipandang. Ketika ia bergembira maka bercahayalah rona wajahnya nan mempesona. Rekan-rekannya mengibaratkan wajah lelaki itu dengan potongan rembulan saat purnama menjelang yang mengikis gelapnya malam.

Subhanallah, sungguh elok rupanya bak terbitnya mentari di ufuk timur. Ketika lelaki itu marah, mukanya akan memerah seakan-akan ada biji buah delima.

Duhai kawanku, kerabatku, saudaraku, saudariku …

aku tidaklah mengada-ada bertutur karena begitulah rekan-rekannya berucap.

Salah satu rekannya berkata,”Jika aku melihatnya seakan-akan aku melihat matahari yang sedang terbit.”

Kawannya yang lain bertutur,”Apabila dia bergembira, wajahnya bercahaya sehingga terlihat seperti potongan rembulan.”

Wanita muda yang menjadi salah satu belahan jiwanya pernah berkata, ”Jika aku melihat keringat yang ada (menetes) di wajahnya, ia (begitu) bersinar bagai kilat yang melintas.”

Pernah suatu ketika ada orang yang melihatnya di suatu malam yang cerah kemudian orang tersebut berkata sambil tertegun, ”Aku memandangnya, kemudian kupandang rembulan, dia memakai baju merah, ternyata dia lebih indah dari rembulan.”

Subhanallah kawan … tidakkah engkau jatuh hati?

Keringatnya pun Harum Semerbak

Memang demikian adanya. Keringatnya yang membasahi tubuhnya begitu wangi mengalahkan harumnya wewangian. Orang-orang akan mengetahui bahwa dia melewati suatu jalan karena harum tubuhnya yang tersiar.

Seorang temannya berkata, ”(Butiran-butiran) keringatnya merupakan minyak wangi yang paling harum”

Rekan wanitanya berucap pula, ”Keringatnya lebih harum dari minyak wangi”

Rekan yang lain bertutur, ”Aku pernah menggapai tangannya kemudian kuletakkan diwajahku, ternyata tangannya lebih sejuk dari embun dan aromanya lebih wangi dari misik.”

Mereka Begitu Cinta dengan Sosoknya

Kawanku yang kucinta.

Orang-orang yang bergaul dengannya begitu mencintainya sampai pada batas hayam (tergila-gila). Mereka mencintainya karena kesempurnaannya yang menjadi idaman dan sosoknya yang menenteramkan jiwa bagi yang memandang. Mereka mati-matian untuk mengerumuninya dan mengagungkannya.

Lihatlah kawan, mereka mampu menceritakan secara detail tentang lelaki itu. Tentang putih kulitnya, renggang gigi depannya, wajahnya yang seputih pedang yang tajam, tulang persendiannya yang besar, indah nan serasi betisnya, lembut nan halus bulu dadanya dan hal-hal lainnya yang menggambarkan secara utuh sosok lelaki itu. Itulah salah satu tanda cinta mereka yaitu mengetahui segalanya tentang figur yang dicinta.

Nyawapun Mereka Pertaruhkan untuk Lelaki Itu

Tidakkah engkau tahu bahwa nyawa pun mereka taruhkan demi lelaki itu? Marilah sejenak bersamaku melihat buktinya.

Ada dua anak kecil yang sangat mencintai lelaki itu. Ketika keduanya mendengar kabar kepastian bahwa lelaki itu dicela maka keduanya bertekad membunuh si pencela. Iya kawan, membunuh si pencela.
Anak kecil pertama berkata dengan penuh ketegasan dan jiwa kesatria, ”. . . Demi Allah jika aku bertemu dengannya (si pencela), niscaya aku dan dia (si pencela) tidak akan berpisah sampai salah satu di antara kami terbunuh.”

Anak kedua pun berkata demikian. Kemudian ketika keduanya bertemu dengan si pencela lelaki itu, segera pedang-pedang terhunus dan larut dalam pertarungan, mereka pun berhasil membunuh si pencela.

Subhanallah, alangkah besarnya kekuatan cinta yang tertancap dalam sanubari kedua anak itu. Cinta mampu menghunus tajamnya pedang hingga mengalirkan darah di kancah peperangan.

Tahukah Kawan Siapakah Lelaki Itu?

Dialah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang begitu sempurna perawakannya, yang begitu cinta kepada kita sebagai umatnya, yang tak ingin umatnya terjerumus dalam kubangan neraka, yang telah mengajarkan kita agama Tuhannya, yang dinantikan surga, yang menjadi teladan seluruh umat hingga akhir zaman, yang, yang, yang, yang, ….

Duhai kawan di manakah cinta kita teruntuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dibanding pesona cinta beliau kepada kita?

Di manakah cinta kita teruntuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dibanding gelora cinta para sahabat teruntuk beliau?

Cobalah kita tengok gelora cinta dua anak kecil dari kaum anshar yang kututurkan di atas. Keduanya bertaruh nyawa untuk membunuh Abu Jahl yang telah mencaci Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kekuatan cintanya mampu mengeluarkan pedang dari sarungnya hingga berhenti setelah darah tertumpah.

Bagaimana dengan kita????

Jangan biarkan cinta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertepuk sebelah tangan, kawan.

Cintanya itu dibuktikan dengan selalu mengikuti petunjuknya. Buktikanlah …

♥•♥•♥•♥•♥•♥•♥•♥•♥•♥•♥•♥•♥•♥•♥•♥•♥•♥•♥•♥•

Catatan penulis:

Para sahabat yang kukutip ucapannya di atas yang menceritakan gambaran fisik Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Ali bin Abi Thalib, Jabir bin Samurah, ar-Rabi binti Mu’adz, Ummul Mukminin ‘Aisyah, Ka’ab bin Malik, sahabat Anas, dll.
Ide tulisan di atas berkenaan dengan materi khutbah jum’at yang begitu mengharukan di Islamic Centre Mataram dengan tema Mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Sumber tulisan:
1. Kitab ar-Rahiq al-Makhtum (edisi terjemahan) karya syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri
2. Majalah al-Furqon

Sekian, semoga bermanfaat..
Penulis: Yani Fachriansyah Muhammad A-samawiy

Trilogi I : Kasih Tak Sampai

Bismillahi Ar Rahman Ar Rahim…

Sahabatku rahimakumullah. Sebagaimana Ia (Allah) menghadirkanmu ke dunia ini dengan rasa cinta, melalui perantara seorang ummi yang penuh kasih, karena itulah rasa yang begitu kuat terpatri di Qalbumu adalah rasa cinta (ingin dicinta dan mencinta).

Kita tumbuh laksana tunas pohon kecil yang mengeluarkan dedaunannya dan ketika kuncupnya menyembul, bersama itu pula timbul hasrat dihatimu untuk mencari pasangan hidup, teman berbagi suka duka di alam ini.

Cinta merupakan karunia Ilahi.
Hadirnya tanpa diundang.
Tiba-tiba kita sadari ia kuat tertanam, aksana akar pohon yang rindang

Sahabatku rahimakumullah
Kurasakan getar Qalbumu manakala kau bercerita penuh harap kepadanya
Ia laksana kilau permata yang penuh cahya dimatamu
Mencintainya ibarat kuncup bunga di Qalbumu yang siap untuk mekar dengan keharumannya yang memikat

Namun ternyata, jangankan mekar yang kau dapat, Kuncup itu layu sebelum berkembang
Manakala kau sadari dia tak pernah mencintaimu
Tak pernah menaruh hati padamu,
Tak pernah menginginkanmu! Tak pernah !

Kekecewaanmu lalu kau tumpahkan dalam sebuah syair lagu walau hanya kau yang tahu…)

Lirih perlahan mengalun:
“Kau bagaikan telaga yang jernih
Yang sejuk airnya serta menyegarkan
Ditumbuhi pepohonan rindang disekelilingmu
Kau sadari akan seseorang
Yang mencintaimu setulus hatinya
Dan kau beri satu pengertian tentang sebuah cinta yang tak kesampaian
Kau hargai satu cinta kasih
Kau buktikan tanpa menghinanya
Walau seringkali kau acuhkan dia yang menyayangimu
Kau berarti baginya
Kharisma didirimu
Dambaan hatinya”

Aduhai gerangan sungguh beruntung yang mendapatkan cintamu
Dan ketika kau kutanya kenapa?
Dengan ungkapan pilu engkaupun berkata:
“Entahlah Akupun tidak tahu. Namun yang terpenting dari sekian banyak manusia, dari sekian banyak insan dunia Bagiku…Dialah yang terindah…terbaik…, dan paling mempesona…!”

Pancarannya begitu tajam menghunjam!
Sungguh tak ‘kan ada yang bisa menggantikannya
Walau dicari di belahan bumi manapun, tetaplah dia orangnya!
Aduhai…gerangan…perih nian yang kau rasa…
Kalau begitu baiklah.
Kan kuajak dirimu terbang ke sebuah tempat yang bernama “Negeri kesunyian”
Kenapa ?

Karna engkau butuh kesendirian untuk mengobati luka hatimu. Kita tlah sampai. Tak ada seorangpun yang akan mendengar perbincangan kita… (Listen to me please. Dengarkanlah aku baik-baik sahabatku…!!!)

Sahabat.
Tahukah engkau?
Manakala engkau telah merasa mencintai seseorang
Itu sama artinya engkau t’lah menghamba padanya?
Sadarkah dirimu?
Manakala engkau tahu ia tidak mencintaimu
Itu artinya ia menunjuk pada kekuranganmu?
Tidak terfikirkah olehmu?

Jika yang kau harap saja tidak bisa mencintaimu
Apalagi Yang Menciptakannya?

Astafirughlaahul ‘aziim… Astafirughlaahul ‘aziim… Astafirughlaahul ‘aziim… (Ucapmu seraya menjerit tertahan… titik-titik embun mengggenang di kelopak matamu…mengalir perlahan…membasahi pipi…)
Mengangislah…kalau itu yang membuat hatimu tenang…

Sahabat.
Aku bersyukur kepada Allah kau sadari kini kekhilafanmu.
Bahwa ter-amat sulit untuk menggapai Cinta_Nya bisa engkau pelajari dari makhluk_Nya yang bernama manusia.
Karena itu,
Perbaikilah segala sesuatu yang ada padamu.
Bangkitlah untuk menjadi yang terbaik

Sahabat
Sesungguhnya yang ada padamu sudah ter-amat sempurna.
Rupa wajahmu adalah yang terindah yang kau miliki.
Namun? Sinarannya belum terlihat.
Masih pudar dan perlu dibersihkan.
Dimana letaknya tersimpan di dasar yang paling dalam.
Sulit terjangkau?
Itulah Qalbu (hati) mu.

Jika sinarnya telah mendekati kesempurnaan.
Kilaunya akan memancar ke luar.
Itulah namanya kecantikan/ ketampanan hakiki.

Sesungguhnya.
Seseorang mencintaimu tidaklah melihat dari kecantikan
ketampanan) atau kekayaanmu.
Tetapi ia melihat pancaran yang ada pada Qalbumu.
Kenapa? Karena kecantikan/ ketampanan akan sirna bersama berlalunya waktu.
Kekayaan akan lesap bersama perputaran roda kehidupan.
Sedangkan pancaran Qalbu akan senantiasa abadi bersama ridha Ilahi kepadamu.

Namun satu hal yang harus kau ingat!
Tak selamanya cinta itu berati memiliki.
Ibarat Qalbumu yang bebas bergerak tanpa bisa kau cegah
Kenapa? Karena ia hidup sebagaimana arus air yang mengalir
Engkau saja tak dapat memiliki hatimu, apalagi kepunyaan orang lain? yang berhak memilikinya adalah Allah.

Wahai sahabat.
Bukankah sesuatu yang kau sulit mendapatkannya sulit pula kau lepaskan? Demikianlah seseorang itu di hatimu.
Bukankah Kasih tak sampai benteng dirimu untuk senantiasa menjaga kesucianmu?
Terutama Qalbumu. (Yang senantiasa wajib kau jaga kesuciannya).

Karena itulah.
“Kasih Tak Sampai” merupakan cermin bagimu
untuk mengerti arti Cinta Sejati yang sesungguhnya
Sesungguhnya Cinta dijadikan Allah indah di dalam Qalbumu.
Keindahannya akan kau temukan manakala kau dapatkan hatimu mencintai Allah.
Tak ada makhluk yang sempurna di muka bumi ini kecuali diri_Nya.
Karena itu.
Laa tahzaan wa laa takhaaf (Janganlah sedih dan janganlah takut)
Innallaaha ma’ana (Sesungguhnya Allah bersama kamu.)

Betapa dengan sayang_Nya Ia berkata:
“Thayyibaa tu litthayyibiina watthayyibuuna litthayyibaati”. Wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik (pula). (QS. An Nur 24:26)

“Wallaziina aamanuu asyaddu hubban-lillah”. Orang-orang yang beriman amat sangat cinta kepada Allah. (QS. Al Baqarah 2:165)

“Yuhibbuhum wa yuribbuu nahuu”. Dia (Allah) mencintai mereka dan mereka mencintai_Nya.) QS. Al Maidah 5:54)

—————————————-
tulisan ini diambil dari sebuah milis, tanpa nama penulisnya (bagi penulis asli, silahkan hubungi kami agar kami bisa mencantumkan namamu pada tulisan ini). Saran: akan lebih baik jika setelah membaca bagian pertama ini, dilanjutkan dengan membaca bagian berikutnya, yaitu bagian kedua, Kekasih Sejati, dan bagian terakhir, Kemana Kan Dicari Gantinya.

kafemuslimah.com

Trilogi II : Kekasih Sejati

Bismillahi Ar Rahman Ar Rahim…

Manusia, makhluk Tuhan termulia di muka bumi ini, diciptakan dari sepasang insan yang saling Cinta. Lahir dengan tangis yang menandakan bahwa hidup penuh dengan perjuangan, banyak onak dan duri.

Pernahkah kita sadari kehidupan ini merupakan anugerah yang terbesar yang Allah berikan kepada kita? Bisa kuliah, bekerja, dan berkumpul dengan teman-teman, berbagi cerita, tawa dan canda serta derita yang mewarnai kehidupan ini.

Pernahkah kita bertanya, untuk apa kita hidup di muka bumi ini? pernahkah kita merasa punya arti dan berarti bagi orang lain, merasa dibutuhkan, setidak-tidaknya bagi orang-orang yang dekat dalam kehidupan kita ?

Pernahkah kita sadari, kita bisa bertahan hidup sampai detik ini tak lain karena Cinta, Cinta dari Allah Swt.

Kita akan lebih sadar jika jauh dari orangtua. Manakala orang-orang yang kita cintai meninggalkan kita. Manakala kita sunyi tak berteman. Manakala kita merasa hampa dalam kehidupan. Tak satupun yang abadi kecuali Cinta Allah pada kita, hamba-hamba_Nya. Tidakkah kita rindu untuk selalu berada di dekat_Nya ?

Rasulullah Saw, beliau selalu rindu untuk bertemu Allah Swt, mendengar suara Azan yang di “Senandung’kan Bilal. “Shalat, adalah kesenangan hidupku”. Kata Beliau (Hamba terkasih Allah Swt).

Sekarang wahai saudaraku, hamba-hamba yang dianugerahi iman dan Islam. Siapkan hari-harimu, isi dengan hal-hal yang berguna dan bermanfaat baik bagi temanmu, masyarakat luas, bangsa dan negara. Apalagi semata-mata hanya untuk mencari Ridha Allah Swt, semua itu sebagai tanda Cinta dan rasa syukur kita, yang telah diberikan_Nya anugerah yang begitu banyak.

Waktu semakin cepat, apabila kita tidak memanfaatkannya dengan hal-hal yang berguna, kita akan tergilas masa!.

Berjanjilah untuk jadi yang lebih baik dari sekarang. Dan terbaik di hadapan_Nya.

Karena Cintamu, tidakkah seseorang itu senantiasa ingin tampak baik saat bertemu kekasihnya ???!!!. Jadikan Allah Kekasih Sejati dalam hidupmu.

Silahkan teruskan membaca kelanjutannya di trilogy bagian ketiga, Kemana akan Dicari gantinya?

kafemuslimah.com

Trilogi III : Kemana Akan Dicari Gantinya?

Bismillahi ar Rahman Ar Rahim…

Yaa ikhwany wa akhwaty tercinta rahimakumullah.

Tahukah engkau apakah “mutiara yang terindah” yang diberikan Allah Swt kepadamu? Itulah “kesucian”.

Kita dilahirkan dalam keadaan suci bersih, bagai selembar kertas putih tak bernoda, dan dengan sayangnya Allah Swt berkata:

Fitratallaahillatii fatarannaasa ‘alaihaa. “Tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.” (QS. Ar Rum 30:30)

Wahai hamba-hamba terkasih Allah Swt Sang Maha pencipta kita berpesan:

Laa taqrabuz zinaa innahuu kaana faahisyah, wasaa a sabiilaa. “Janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan jalan yang sangat buruk.” (QS. Bani Israil 17:32)

Dan Nabiyallah, yang sangat menyayangi dan mencintai kita (QS. At Taubah 9:128) berkata :

“Bani Adam (manusia) tidak dapat menghindar dari perbuatan (yang menghantarkannya kepada) zina, yang pasti akan menimpanya, yaitu zina mata adalah dengan melihat, zina telinga adalah dengan mendengar, zina lidah adalah dengan ucapan, zina tangan adalah dengan bertindak kasar, zina kaki adalah dengan berjalan. (Dalam hal ini), hati lah yang punya hajat dan cenderung (kepada perbuatan-perbuatan tersebut), dan farji (kelamin) yang menerima atau menolaknya.” (Al Hadits)

Tidakkah takut diri kita ???
Sungguh! seluruh anggota-anggota tubuh ini akan ditanya satu-satu apa yang telah dilakukannya, dan sesungguhnya pada hari itu kelak mereka pandai berkata-kata. Sehingga kita termangu tak berdaya dibuatnya.

Al yauma nakhtimu ‘alaa afwaa hihim, watukallimunaa aydiihim, watasyhadu arjuluhum bimaa kaanuu yaksibuun. “Pada hari ini Kami tutup mulut-mulut mereka, dan berkata kepada Kami tangan-tangan mereka dan memberikan kesaksian kaki-kaki mereka terhadap apa yang mereka usahakan (dahulu).” (QS. Yaasiin 36:65)

Waqaaluu lijuluudihim lima syahid tum ‘alainaa. Qaaluu antaqanallaahul lazii an-taqa kulla syai in, wahuwa khalaqakum awwalu marrah, wailaihi turja ‘uun. “Dan mereka berkata kepada kulit-kulit mereka :”Mengapa kamu menjadi saksi atas kami?” kulit mereka menjawab, “Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berbicara, dan Dialah yang menciptakan kamu pada kali yang pertama, dan kepada_Nyalah kamu dikembalikan.” (QS. Fushshilat 41:21)

Wamaa kun-tum tastatiruuna an-yasyhada ‘alaikum sam ‘ukum walaa absaarukum, walaa juluudukum walaakin-zanan-tum annallaaha laa ya’lamu kasiiran-mimmaa ta’maluun. “Dan tidaklah kamu dapat bersembunyi dari persaksian pendengaranmu, penglihatanmu dan kulit-kulitmu terhadapmu, bahkan kamu mengira bahwasanya Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan.” (QS. Fushshilat 41:22).

Dunia ini telah sangat sarat dengan keduniawiannya, sungguh jika kita tiada hati-hati menyikapinya, mudah saja kita jatuh dalam arti kehilangan fitrah sebagaimana mestinya.

Karena itu, Ku mohon padamu (kita semua), Tolong dijaga “mutiara terindahmu” wahai akhi, Tolong dijaga “mutiara terindahmu” duhai ukhty, Jangan nodai dia!

Demi Allah, sungguh! Diri kita sendiri yang akan histeris jika mendapati kesucian itu hilang, terbang bagai angin. Kemana Akan Dicari Gantinya?

Tak merasa perihkah kita? (jika kita dapati jasad yang mulanya jijik, dan dimuliakan_Nya, kemudian kita kotori kembali). Tidakkah kita sadari siapa kita ini sebenarnya dan dari apa asal kita ?

Huwal lazii khalaqakum min-turaabin, tsumma min nutfatin, tsumma min ‘alaqatin, tsumma yukhrijukum tiflan, tsumma litablughuu asyuddakum, tsumma litakuunuu syuyuukhaan, wamin-kum man-yutawaffaa min-qablu, walitablughuu ajalaan-musamman, wala ‘allaqum ta’qiluun. “Dialah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes air mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian Dia mengeluarkan kamu sebagai anak kecil, kemudian dibiarkan hidup supaya kamu sampai pada masa dewasa, kemudian (dibiarkan) hidup supaya kamu menjadi tua. Dan diantara kamu ada orang yang diwafatkan sebelum itu, dan kamu dibiarkan hidup supaya kamu sampai pada waktu yang telah ditentukan, dan supaya kamu mengerti.” (QS. Al Mu?min 40:67).

Jika mutiara berharga itu telah sirna. Mampukah lagi diri ini menatap dunia?, Mampukah lagi kita berdiri, bangkit dan bangun membawa “jiwa dan raga” yang telah berganti tak ubahnya najis yang ditakuti semua insan dunia ini?

Nun disekitar kita, sekarang, kemarin dan jaman dahulu kala, masih ada saja yang “khilaf akan dirinya”. Sungguh sangat disayang, seribu kali sayang. Tidakkah terbayang murkanya Allah akan perbuatan tersebut?

Azzaaniyatu wazzaanii fajliduu kulla waahidin-minhumaa mi ata jaldah, walaa ta’khuzkum bihimaa ra’fatun-fii diinillaahi in-kun-tum tu’minuuna billaahi walyaumil aakhir, walyasyhad ‘azaabahumaa thaa ifatum minal mu’miniin. “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus (kali) dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk menjalankan agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhirat, dan hendaklah pelaksanaan hukuman keduanya itu disaksikan oleh segolongan orang-orang yang beriman.” (QS. An Nur 24:2)

Dan Rasulullah berkata tegas : Dari ‘Ubadah bin Shamid r.a., katanya Rasulullah Saw bersabda : “Laksanakanlah hukumku! Laksanakanlah hukumku! Sesungguhnya Allah telah menetapkan hukum bagi mereka yang berzina. Apabila bujang dan gadis (sama-sama belum kawin), hukumannya dera 100 kali dan penjara satu tahun. Apabila janda dan duda (sama-sama sudah kawin) yang berzina, hukumannya dera seratus kali dan rajam sampai mati.

Tetapi tidaklah di negeri dan bangsa ini (Indonesia). Yang kita dapati bukanlah “pelaksanaan Hukuman Allah yang sedemikian tegas dan jelas itu”. Padahal umat islamnya sendiri mengaku mencintai Tuhan dan Nabinya. Jadi, mana bukti cintamu ???:

Suuratun an-zalnaahaa wafaradnaahaa wa anzalnaa fiihaa aayaatin-bayyinaatin-la ‘allakum tazakkaruun. “Ini adalah suatu surat yang Kami turunkan dan Kami wajibkan (menjalankan hukum-hukum yang ada didalamnya), dan Kami turunkan didalamnya ayat-ayat yang jelas, supaya kamu memperhatikan. (QS. An Nur 24:1)

Dengan gampangnya diantara kita menikahkan saja mereka-mereka yang berzina, dan hamil, Untuk menutupi aib yang diperbuatnya. astafirughlaahul aziim. (Ya Allah apakah jasad itu tiada punya rasa malu?, apakah batinnya tidak menjerit?) padahal keduanya mengaku beriman kepada_MU dan Rasul_MU. Sungguh tidak akan pernah terjadi perkawinan tersebut (dengan kata lain) tidaklah syah.

Sebagaimana firman_Nya: Laa ta’zimuu ‘uqdatan-nikaahi hattaa yablughal kitaabu ajalah. “Janganlah kamu bertetap hati untuk berakad nikah, sebelum habis masa iddahnya.” (QS. Al Baqarah 2:235)

Uu laatul ahmaali ajaluhunna an-yada’na hamlahunna. “Wanita yang mengandung, masa iddahnya ialah setelah melahirkan kandungannya.” (QS. At Thalaq 65:4)

Sebagai renungan pada diri kita, di zaman Rasulullah ketika itu betapa sangat mengerikan pelaksanaan hukuman zina. Padahal sang kekasih Allah itu sangat penyayang dan pengasih orangnya. Beliau sendiri hampir tak percaya ada umatnya yang masih bisa berbuat nista sedemikian rupa.

Dari Sulaiman bin Buraidah r.a., dari bapaknya, katanya: “Pada suatu ketika, Ma’iz bin Malik datang kepada Nabi Saw, lalu dia berkata kepada beliau, “Ya Rasulullah! Sucikanlah aku!” Jawab Rasulullah Saw, “Amboi, kasihan! Pulanglah, minta ampun kepada Allah dan tobatlah kepada_Nya.” Ma’iz pergi, tetapi belum begitu jauh dia kembali lagi seraya berkata, “Ya Rasulullah! Sucikanlah aku!” Jawab Rasulullah Saw, “Amboi, kasihan! Pulanglah, minta ampun kepada Allah dan tobatlah kepada_Nya!” Dan hal itu berulang sampai 4 kali.

Pada kali yang keempat Rasulullah Saw bertanya, “Dari hal apakah engkau harus kusucikan?” Jawab Ma’iz, “Dari dosa berzina.” Rasulullah Saw bertanya kepada para sahabat yang ada di sekitarnya ketika itu, “Apakah si Ma’iz ini mengidap penyakit gila?” Jawab para sahabat, “Tidak, ya Rasulullah! Dia tidak gila!” Tanya Nabi Saw berikutnya, “Apakah dia baru habis minum khamar?” Seorang sahabat berdiri, lalu membaui Ma’iz, tetapi tidak mencium bau khamar di mulut Ma’iz.

Maka bertanya Rasulullah Saw, kepada Ma’iz, “Betulkah engkau berzina?” Jawab Ma’iz, “Benar ya Rasulullah!” Rasulullah memerintahkan supaya dilaksanakan hukuman rajam terhadap Ma’iz, lalu dia dirajam.

Terdapat dua pendapat dalam masalah ini. Yang pertama mengatakan bahwa Ma’iz tewas, dan dosanya terhapus karena hukuman yang dijalaninya secara ikhlas.

Yang kedua mengatakan, bahwa Ma’iz tobat sebenar-benar tobat. Tiada tobat yang melebihi tobat Ma’iz. Dia datang menghadap Nabi Saw, lalu diletakkannya tangannya di tangan Nabi, kemudian dia berkata, “Ya Rasulullah! Hukum matilah aku dengan batu! (rajamlah aku)!”

Mereka senantiasa dalam perbedaan pendapat seperti itu selama 2/3 hari. Kemudian Rasulullah Saw datang. Setelah memberi salam, lalu beliau duduk bersama-sama dengan mereka. Maka bersabda Rasulullah Saw, “Mintakanlah ampun bagi Ma’iz bin Malik.” Lalu mereka memohon semuanya “Semoga Allah mengampuni Ma’iz bin Malik” Rasulullah Saw bersabda: “Ma’iz betul-betul telah tobat dengan sempurna tobat. Seandainya tobat Ma’iz dapat dibagi di antara satu kaum, pasti mencukupi untuk mereka semua.”

Dari ‘Imran bin Hushain r.a., katanya: “Seorang perempuan dari suku Juhainah datang menghadap kepada Nabi Saw. Padahal dia sedang hamil akibat melakukan zina. Lalu katanya, “Ya, Nabiyallah! Aku telah melanggar hukum; maka tegakkanlah hukum itu atas diriku!” Karena itu Rasulullah Saw memanggil wali perempuan itu, lalu beliau bersabda kepadanya, “Rawatlah perempuan ini sebaik-baiknya. Apabila dia telah melahirkan (dan kondisinya telah baik serta anaknya ada yang menyusukan/merawat) bawalah dia ke hadapanku!” Perintah Nabi Saw itu dijalankan oleh walinya sesuai dengan yang diperintahkan beliau.

Setelah perempuan itu melahirkan, maka dia dihadapkan kepada Rasulullah Saw. Lalu pakaiannya dieratkan (supaya auratnya jangan terbuka ketika pelaksanaan hukuman). Kemudian Nabi Saw memerintahkan supaya dia dihukum rajam, lalu ia dirajam. Setelah dia tewas, Nabi Saw melakukan shalat jenazah baginya. Maka bertanya ‘Umar kepada beliau, “Perlukah dia dishalatkan, ya Nabiyallah? Bukankah dia berzina?” Jawab beliau, “Dia telah tobat sebenar-benarnya tobat. Andaikata tobatnya itu dibagi kepada tujuh puluh orang penduduk Madinah, pasti cukup bagi mereka. Manakah lagi tobat yang lebih utama daripada menyerahkan nyawa kepada Allah Ta’ala secara ikhlas?

Dan jikalau setelah pelaksanaan hukuman tersebut, Allah Swt (Sang Maha Penerima Tobat, Sang Maha Pengampun dan Maha Penyayang terhadap hamba-hamba_Nya) masih mengizinkan si pezina dan pasangan zinanya hidup) Diberikannya keputusan yang sangat adil. Yach. Dialah hakim yang Seadil-adilnya.

Azzaanii laa yan-kihu illaa zaaniyatan au musyrikah, wazzaaniyatu laayan-kihuhaa illaa zaanin au musyrik, wahurrima zaalika ‘alal mu’miniin. “Laki-laki yang berzina tidak akan mengawini melainkan dengan perempuan yang berzina atau perempuan musyrik. Dan perempuan yang berzina tidak akan mengawininya melainkan dengan laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang mukmin.” (QS. An Nur 24:3)

Namun bisakah hukum Allah yang telah jelas dan tegas itu dijalankan? Jika tidak, kenapa diantara kita masih saja bisa menatap dunia dengan segala kenistaan yang kita perbuat, kenapa kita tega menzalimi diri kita sendiri? Kenapa bisa?

Karena itu sayangilah dirimu wahai sahabatku.
Karena sungguh ! Dimana jiwa ini berada dalam genggaman_NYA. Kita tak punya apa-apa atas diri kita, Sungguh ! kita ini binasa dan akan sirna bagai fatamorgana. Apa yang ada pada kita, hanyalah titipan. Semua akan diminta_NYA kembali. Karena itu, sungguh tak pantas diri kita berbuat “keburukan” walau hanya setitik embun yang kita kira akan lesap, kering terkena sinar matahari. Allah sangat mencintai kita, bisakah kita mencintai_Nya? Mencintai_Nya dengan menjaga baik-baik jasad yang satu-satunya ini. Dan Rasul sangat menyayangi kita, jangan biarkan matanya mengabut dan berlinang? Cinta perlu pengorbanan wahai hamba terkasih Allah. Engkau hanya dimintanya menjaga dirimu, bersyukurlah.

Waka ayyin-min-qaryatin ‘atat ‘an amri rabbihaa warusulihii fahaa sabnaa haa hisaaban syadiidaa, wa’azzabnaahaa ‘azaban nukraan. “Berapa banyak dari (penduduk) negeri yang mendurhakai perintah Tuhannya dan rasul-rasul_Nya, maka Kami perhitungkan dengan perhitungan yang keras, dan Kami mengazabnya dengan azab yang mengerikan.” (QS. At Thalaq 65:8)

“Janganlah saling mendengki, saling menipu, saling membenci, saling memutuskan hubungan dan janganlah sebagian kamu menyerobot transaksi sebagian yang lain, jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim itu saudara muslim yang lain, tidak boleh menzhaliminya, membiarkannya (tidak memberikan pertolongan kepadanya), mendustainya dan tidak boleh menghinakannya. Taqwa itu berada di sini, beliau menunjuk dadanya tiga kali. Cukuplah seorang (muslim) dianggap (melakukan) kejahatan karena melecehkan saudara muslimnya. Setiap muslim atas muslim lain haram darahnya, hartanya dan kehormatannya”. (HR. Muslim dan Ibnu Majah)

tamat

sumber: email tanpa nama pengirim

Surat Cinta Terindah

Bismillahi Ar Rahman Ar Rahim..

Kamu pernah dapat surat cinta? Gimana rasanya waktu membaca? Kayaknya,pas mau buka aja udah deg-degan nggak karuan. Apalagi pas baca ya. Bahkan kalau surat cinta itu datang dari orang yang diam-diam kita taksir juga,wuih…..diulang-ulang deh bacanya! Kalah deh sama acara ngapalin pelajaran sejarah yang bahannya sejibun dan besok jelas-jelas mau ulangan.

Nah, gitu tuh…..reaksi manusia secara alamiah ketika mendapat perhatian dari orang yang ia kagumi,sayangi atau cintai. Daripada ngelantur ngomongin cinta yang belom tentu juga membawa keselamatan,bahkan jangan-jangan membawa kita ke jurang neraka,mendingan kita coba buka sebuah surat cinta paling tebal didunia. Ehm……surat cinta siapa tuh???

TERINDAH

Dialah Al Qur’an, sebuah kitab suci bukti cinta Allah SWT kepada kita hamba-hambaNya. Mengapa Allah menurunkan kitab suci yang hingga kini masih dijaga keasliannya ini?

Yup!! Jawabannya adalah karena Dia tak ingin kita tersesat sehingga nggak menemukan kebahagiaan dunia apalagi akhirat. Bayangin aja,saking cintanya Allah sama kita, sampai-sampai surat cintaNya itu isinya lengkaaaaaaap banget!!!

Qur’an yang berarti bacaan ini secara lebih luas dimaknai sebagai Kalam Allah SWT yang diwahyukan kepada Rasulullah SAW sebagai mukjizat,yang akan membawa ummat manusia kepada keselamatan dunia dan akhirat. Indah kan?

Belum lagi kalau kamu telaah isinya. Baik dari tata bahasa yang digunakan,susunan kata-kata,rasa bahasa,dan maknanya. Bikin kamu ketagihan buat membacanya,lagi dan lagi!!!

Kedalaman maknanya membuat kita bahkan bisa merenung, menangis, atau tersenyum bahagia. Coba, mana ada surat cinta atau novel karya sastra sekalipun yang bisa bikin kita begitu rupa? Nggak percaya? Makanya buruan buka dan baca, kalau perlu sama terjemahannya sekalian.

Bingung?? Coba kamu diskusikan dengan teman atau orang tua yang lebih paham. Kata Muhammad Iqbal, perumpamaan membaca Qur’an itu, setiap hari selalu bertambah makna dan kedalaman isi yang akan selalu kita temukan. So, jangan berhenti untuk terus mengkaji Qur’anmu sedikit demi sedikit, kalau bisa malah tiap hari!!

TERLENGKAP

Al Qur’an terdiri dari 114 surat yang diturunkan dalam dua periode, Makkah dan Madinah.

Ayat-ayat Makkiyah terdiri dari 19/30 bagian darinya, yang terdiri dari 86 surat. Ayat-ayat Madaniyah yang terdiri dari 11/30 bagian isi Qur’an meliputi 28 surat.

Saking lengkapnya,disamping belajar baca Qur’annya,kita juga akan lebih cihuy lagi kalau bisa juga belajar tentang sejarahnya, kodifikasinya, dasar-dasar sistem yang digunakannya, mukjizat- mukjizatnya, juga tata bahasanya. Wuih, bener-bener samudra ilmu deh.

Urutan turunnya ayat-ayat dalam Al Qur’an terpencar. Adakalanya karena ada sebuah peristiwa atau kasus yang menyebabkannya turun, namun sebagian besar turun tanpa sebab-sebab khusus. Setiap turun ayat yang baru, Rasulullah SAW selalu memerintahkan mencatat dan menggandengkannya dengan ayat-ayat yang beliau tunjukkan sendiri. Beliau memiliki beberapa orang sekretaris untuk mencatat dan juga selalu mengadakan persesuaian bacaan dengan Jibril setiap kali turun ayat, disamping selalu mengadakan pengecekan atas bacaan para sahabatnya (murajaah).

Penyusunan lebih lanjut Qur’an sehingga seperti yang kita baca sekarang ini dilakukan oleh sebuah panitia penyusunan mushaf yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit ra, pada masa pemerintahan khalifah Utsman bin Affan ra.

Al Qur’an menjadi sumber utama seluruh ajaran Islam. Ia adalah wahyu Allah terakhir yang menjadi rahmat, hidayah dan obat bagi seluruh manusia ( QS. Al Israa’ ; 82 ). Ia memuat seluruh aturan hidup manusia, dari mulai urusan menjaga aqidah, kebersihan, hingga urusan nikah dan hutang piutang. Lengkap, deh!! Nggak heran kalau dikatakan bahwa Al Qur’an sesuai dengan fitrah manusia.

Ia membimbing manusia mengenal Tuhannya, dengan penghargaan yang tinggi terhadap rasio. Ia menyuruh manusia menyelidiki alam semesta,juga dirinya sendiri ( QS. Yunus ; 101 ).

Seorang penulis Italia, Laura Ceccia Vaglieri berkata, “Bacalah buku ini ( Al Qur’an ), ia tidak membosankan, bahkan dengan mengulang- ulang membacanya akan bertambah kecintaan kita. Ia memberikan perasaan hormat yang mendalam dan juga wibawa.”

TERHEBAT

Disamping karena gaya bahasanya yang indah, Al Qur’an juga sangat hebat dari segi isi dan ramalan-ramalannya. Jauh lebih hebat dari ramalannya Nostradamus ataupun Jayabaya. Ramalannya tentang akan ditemukannya mayat Fir’aun (QS. Yunus ; 92) terbukti dengan ditemukannya mummi raja kejam tersebut pada 21 abad kemudian, tahun 1881. Nggak mungkin toh kalau Al Qur’an itu dibuat oleh manusia (QS. Al Israa’ ; 88). Allah sendirilah juga yang akan menjaganya sepanjang masa agar tidak ada yang bisa merubah, menambah atau menguranginya.

Al Qur’an juga adalah kekuatan ruhaniyah yang sangat hebat. Hanya dengan mengamalkan Al Qur’an kita dapat menjadi orang-orang yang berpikiran maju dan seimbang dunia akhirat. Ia juga obat bagi ruhani kita. Ia adalah nur petunjuk yang menerangi jalan kita. Ia adalah rahmat dan nikmat bagi mereka yang sedang berjuang menegakkan kebenaran.

Jadi, sebelum kamu sekalian nyesel seumur hidup gara-gara nggak sempet kenal sama kitab sucimu sendiri, mendingan dari sekarang deh belajar lebih jauh tentang Al Qur’an. Alhamdulillah, kalau suatu saat kelak kamu bahkan bisa membantu menjaganya yaitu dengan menghapalkannya….amiiin…… (ifa avianty)

Bandingkan Cinta Anda Dengan Cinta-Nya!

Bismillahi Ar Rahman Ar Rahim…

Cinta adalah memberi, dengan segala daya dan keterbatasannya seorang pecinta akan memberikan apapun yang sekiranya bakal membuat yang dicintainya senang. Bukan balasan cinta yang diharapkan bagi seorang pecinta sejati, meski itu menjadi sesuatu yang melegakannya. Bagi pecinta sejati, senyum dan kebahagiaan yang dicintainya itulah yang menjadi tujuannya.

Cinta adalah menceriakan, seperti bunga-bunga indah di taman yang membawa kenyamanan bagi yang memandangnya. Seperti rerumputan hijau di padang luas yang kehadirannya bagai kesegaran yang menghampar. Seperti taburan pasir di pantai yang menghantarkan kehangatan seiring tiupan angin yang menawarkan kesejukkan. Dan seperti keelokan seluruh alam yang menghadirkan kekaguman terhadapnya.

Cinta adalah berkorban, bagai lilin yang setia menerangi dengan setitik nyalanya meski tubuhnya habis terbakar. Hingga titik terakhirnya, ia pun masih berusaha menerangi manusia dari kegelapan. Bagai sang Mentari, meski terkadang dikeluhkan karena sengatannya, namun senantiasa mengunjungi alam dan segenap makhluk dengan sinarannya. Seperti Bandung Bondowoso yang tak tanggung-tanggung membangunkan seluruh jin dari tidurnya dan menegakkan seribu candi untuk Lorojonggrang seorang. Sakuriang tak kalah dahsyatnya, diukirnya tanah menjadi sebuah telaga dengan perahu yang megah dalam semalam demi Dayang Sumbi terkasih yang ternyata ibu sendiri. Tajmahal yang indah di India, di setiap jengkal marmer bangunannya terpahat nama kekasih buah hati sang raja juga terbangun karena cinta. Bisa jadi, semua kisah besar dunia, berawal dari cinta.

Cinta adalah kaki-kaki yang melangkah membangun samudera kebaikan. Cinta adalah tangan-tangan yang merajut hamparan permadani kasih sayang. Cinta adalah hati yang selalu berharap dan mewujudkan dunia dan kehidupan yang lebih baik. Cinta selalu berkembang, ia seperti udara yang mengisi ruang kosong. Cinta juga seperti air yang mengalir ke dataran yang lebih rendah.

Tapi ada satu yang bisa kita sepakati bersama tentang cinta. Bahwa cinta, akan membawa sesuatu menjadi lebih baik, membawa kita untuk berbuat lebih sempurna. Mengajarkan pada kita betapa, besar kekuatan yang dihasilkannya. Cinta membuat dunia yang penat dan bising ini terasa indah, paling tidak bisa kita nikmati dengan cinta. Cinta mengajarkan pada kita, bagaimana caranya harus berlaku jujur dan berkorban, berjuang dan menerima, memberi dan mempertahankan.

Tentang Cinta itu sendiri, Rasulullah dalam sabdanya menegaskan bahwa tidak beriman seseorang sebelum Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada selain keduanya. Al Ghazali berkata: “Cinta adalah inti keberagamaan. Ia adalah awal dan juga akhir dari perjalanan kita. Kalaupun ada maqam yang harus dilewati seorang sufi sebelum cinta, maqam itu hanyalah pengantar ke arah cinta dan bila ada maqam-maqam sesudah cinta, maqam itu hanyalah akibat dari cinta saja.”

Disatu sisi Allah Sang Pencinta sejati menegaskan, jika manusia-manusia tak lagi menginginkan cinta-Nya, kelak akan didatangkan-Nya suatu kaum yang Dia mencintainya dan mereka mencintai-Nya (QS. Al Maidah:54). Maka, berangkat dari rasa saling mencintai yang demikian itu, bandingkanlah cinta yang sudah kita berikan kepada Allah dengan cinta Dia kepada kita dan semua makhluk-Nya.

Wujud cinta-Nya hingga saat ini senantiasa tercurah kepada kita, Dia melayani seluruh keperluan kita seakan-akan Dia tidak mempunyai hamba selain kita, seakan-akan tidak ada lagi hamba yang diurus kecuali kita. Tuhan melayani kita seakan-akan kitalah satu-satunya hamba-Nya. Sementara kita menyembah-Nya seakan-akan ada tuhan selain Dia.

Apakah balasan yang kita berikan sebagai imbalan dari Cinta yang Dia berikan? Kita membantah Allah seakan-akan ada Tuhan lain yang kepada-Nya kita bisa melarikan diri. Sehingga kalau kita “dipecat” menjadi makhluk-Nya, kita bisa pindah kepada Tuhan yang lain.

Tahukah, jika saja Dia memperhitungkan cinta-Nya dengan cinta yang kita berikan untuk kemudian menjadi pertimbangan bagi-Nya akan siapa-siapa yang tetap bersama-Nya di surga kelak, tentu semua kita akan masuk neraka. Jika Dia membalas kita dengan balasan yang setimpal, celakalah kita. Bila Allah membalas amal kita dengan keadilan-Nya, kita semua akan celaka. Jadi, sekali lagi bandingkan cinta kita dengan cinta-Nya. Wallahu a’lam bishshowaab. (Bayu Gautama. Thanks to Herry Nurdi akan artikel “Belajar Mencinta”nya)

sumber : eramuslim

Cinta Berpijak pada Perasaan Sekaligus Akal Sehat

Bismillahi Ar Rahman Ar Rahim…

Miskonsepsi pertama yang ditentang Bowman adalah manusia jatuh cinta dengan menggunakan perasaan belaka. Betul, kita jatuh cinta dengan hati. Tapi agar tidak menimbulkan kekacauan di kemudian hari, kita diharapkan untuk juga menggunakan akal sehat.

Bohong besar kalau kita bisa jatuh cinta dengan begitu saja tanpa bisa mengelak. Yang sesungguhnya terjadi, proses jatuh cinta dipengaruhi tradisi, kebiasaan, standar, gagasan, dan ideal kelompok dari mana kita berasal.

Bohong besar pula kalau kita merasa boleh berbuat apa saja saat jatuh cinta, dan tidak bisa dimintai pertanggunganjawab bila perbuatan-perbuatan impulsif itu berakibat buruk suatu ketika nanti. Kehilangan perspektif bukanlah pertanda kita jatuh cinta, melainkan sinyal kebodohan.

Cinta membutuhkan proses !!! Bowman juga menolak anggapan cinta bisa berasal dari pandangan pertama. Cinta itu tumbuh dan berkembang dan merupakan emosi yang kompleks, katanya. Untuk tumbuh dan berkembang, cinta membutuhkan waktu.

Jadi memang tidak mungkin kita mencintai seseorang yang tidak ketahuan asal-usulnya dengan begitu saja. Cinta tidak pernah menyerang tiba-tiba, tidak juga jatuh dari langit. Cinta datang hanya ketika dua individu telah berhasil melakukan orientasi ulang terhadap hidup dan memutuskan untuk memilih orang lain sebagai titik fokus baru.

Yang mungkin terjadi dalam fenomena cinta pada pandangan pertama adalah pasangan terserang perasaan saling tertarik yang sangat kuat-bahkan sampai tergila-gila. Kemudian perasaan kompulsif itu berkembang jadi cinta tanpa menempuh masa jeda.

Dalam kasus cinta pada pandangan pertama, banyak orang tidak benar-benar mencintai pasangannya, melainkan jatuh cinta pada konsep cinta itu sendiri. Sebaliknya dengan orang yang benar-benar mencinta. Mereka mencintai pasangan sebagai persolinatas yang utuh.

Cinta tidak menguasai dan mengalah, tapi berbagi.
Bukan cinta namanya bila kita berkehendak mengontrol pasangan. Juga bukan cinta bila kita bersedia mengalah demi kepuasan kekasih. Orang yang mencinta tidak menganggap kekasih sebagai atasan atau bawahan, tapi sebagai pasangan untuk berbagi, juga untuk mengidentifikasi diri.

Bila kita berkeinginan menguasai kekasih (membatasi pergaulannya, melarangnya beraktivitas positif, mengatur seleranya berbusana) atau melulu mengalah (tidak protes bila kekasih berbuat buruk, tidak keberatan dinomorsekiankan), berarti kita belum siap memberi dan menerima cinta.

Cinta itu konstruktif.
Individu yang mencinta berbuat sebaik-baiknya demi kepentingan sendiri sekaligus demi (kebanggaan) pasangan. Dia berani berambisi, bermimpi konstruktif, dan merencanakan masa depan. Sebaliknya dengan yang jatuh cinta impulsif. Bukannya berpikir dan bertindak konstruktif, dia kehilangan ambisi, nafsu makan, dan minat terhadap masalahsehari-hari. Yang dipikirkan hanya kesengsaraan pribadi. Impiannya pun tak mungkin tercapai. Bahkan impian itu bisa menjadi subsitusi kenyataan.

Cinta tidak melenyapkan semua masalah.
Penganut faham romantik percaya cinta bisa mengatasi masalah. Seakan-akan cinta itu obat bagi segala penyakit (panacea). Kemiskinan dan banyak problem lain diyakini bisa diatasi dengan berbekal cinta belaka. Faktanya, cinta tidaklah seajaib itu. Cinta hanya bisa membuat sepasang kekasih berani menghadapi masalah. Permasalahan seberat apapun mungkin didekati dengan jernih agar bisa dicarikan jalan keluar. Orang yang tengah mabuk kepayang-berarti tidak benar-benar mencinta-cenderung membutakan mata saat tercegat masalah. Alih-alih bertindak dengan akal sehat, dia mengenyampingkan problem.

Cinta cenderung konstan.
Ya, cinta itu bergerak konstan. Maka kita patut curiga bila grafik perasaan kita pada kekasih turun naik sangat tajam. Kalau saat jauh kita merasa kekasih lebih hebat dibanding saat bersama, itu pertanda kita mengidealisasikannya, bukan melihatnya secara realistis. Lantas saat kembali bersama, kita memandang kekasih dengan lebih kritis dan hilanglah segala bayangan hebat itu. Sebaliknya berhati-hatilah bila kita merasa kekasih hebat saat kita berdekatan dengannya dan tidak lagi merasakan hal yang sama saat dia jauh. Hal sedemikian menandakan kita terkecoh oleh daya tarik fisik. Cinta terhitung sehat bila saat dekat dan jauh dari pasangan, kita menyukainya dalam kadar sebanding.

Cinta tidak bertumpu pada daya tarik fisik.
Dalam hubungan cinta, daya tarik fisik penting. Tapi bahaya bila kita menyukai kekasih hanya sebatas fisik dan membencinya untuk banyak factor lainnya. Saat jatuh cinta, kita menikmati dan memberi makna penting bagi setiap kontak fisik. Kontak fisik, ketahuilah, hanya terasa menyenangkan bila kita dan pasangan saling menyukai personalitas masing-masing. Maka bukan cinta namanya, melainkan nafsu, bila kita menganggap kontak fisik hanya memberi sensasi menyenangkan tanpa makna apa-apa. Dalam cinta, afeksi terwujud belakangan saat hubungan kian dalam. Sedang nafsu menuntut pemuasan fisik sedari permulaan.

Cinta tidak buta, tapi menerima.
Cinta itu buta? Tidak sama sekali. Orang yang mencinta melihat dan menyadari sisi buruk kekasih. Karena besarnya cinta, dia berusaha menerima dan mentolerir. Tentu ada keinginan agar sisi buruk itu membaik. Namun keinginan itu haruslah didasari perhatian dan maksud baik. Tidak boleh ada kritik kasar, penolakan, kegeraman, atau rasa jijik. Nafsulah yang buta. Meski pasangan sangat buruk, orang yang menjalin hubungan dengan penuh nafsu menerima tanpa keinginan memperbaiki. Juga meninggalkan pasangan saat keinginannya terpuaskan, hanya karena pasangan punya secuil keburukan yang sangat mungkin diperbaiki.

Cinta memperhatikan kelanjutan hubungan.
Orang yang benar-benar mencinta memperhatikan perkembangan hubungan dengan kekasih. Dia menghindari segala hal yang mungkin merusak hubungan. Sebisa mungkin dia melakukan tindakan yang bisa memperkuat, mempertahankan, dan memajukan hubungan. Orang yang sedang tergila-gila mungkin saja berusaha keras menyenangkan kekasih. Namun usaha itu semata-mata dilakukan agar kekasih menerimanya, sehingga tercapailah kepuasan yang diincar. Orang yang mencinta menyenangkan pasangan untuk memperkuat hubungan.

Cinta berani melakukan hal menyakitkan.
Selain berusaha menyenangkan kekasih, orang yang sungguh-sungguh mencinta memiliki perhatian, keprihatinan, pengertian, dan keberanian untuk melakukan hal yang tidak disukai kekasih demi kebaikan. Seperti seorang ibu yang berkata tidak saat anaknya minta es krim, padahal sedang flu.

Begitulah kita semua seharusnya bersikap pada pasangan.

Sumber: Fast.P.Querto

Katakan Aku Cinta Padamu

Bismillahi Ar Rahman Ar Rahim..

Kawan, saat engkau bangun pagi ini, sudahkah engkau katakan cinta bagi orang-orang terdekat: Istri atau Suami? Ibu, Bapak, Kakek, Nenek, Adik, Kakak dan kerabatmu?

Belum, mungkin itu jawabmu. Karena di keluargamu tak ada budaya mengatakan cinta. Hingga kagok terasa bila harus mengungkapkannya.

Boro-boro, barangkali itu katamu. Sedang pagi hari semua harus ke tampat kerja dan ke sekolah, berpacu dengan waktu. Mana sempat bilang I Love U?

Kawan, saat bertemu dengan para sahabat hari ini, sudahkah engkau sampaikan cinta bagi mereka? Semua orang dekat baik di mata maupun di hati? Semua orang dekat baik karena darah maupun pertalian aqidah?

Tidak! Mungkin begitu tangkismu. Kebersamaanmu dengan mereka lebih karena tuntutan kerja dan aktifitas, mungkin itu jawabnya.

Tak biasa! Barangkali demikian kau bilang. Toh, obrolan dan jalan bersama sudah menunjukkan cinta. Hingga ia tak harus diuntai dalam kata. Sedang sikap dan perhatian lebih menunjukkan rasa yang kau punya untuk mereka.

Bisa jadi demikian halnya. Namun, alangkah indah jika engkau coba Sabda kekasihNya.

Dari Abu Karimah Al Miqdad bin Ma’dikariba ra, dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Apabila seseorang mencintai Saudaranya, beritahukanlah kepadanya bahwa ia mencintainya” (HR Abu Daud)

Dari Anas ra, ia berkata: Ada seorang laki-laki duduk di hadapan Nabi SAW, kemudian ada seseorang yang lewat di situ, lalu orang yang duduk di hadapan Nabi berkata: “Ya, Rasulullah, sesungguhnya saya mencintai orang itu.”

Nabi SAW bertanya: “Apakah kamu sudah memberitahukan kepadanya?”

Dia menjawab: “belum.”

Beliau bersabda: “Beritahukanlah kepadanya!”

Kemudian dia menemui orang itu dan berkata: “Sesungguhnya saya mencintaimu karena Allah.”

Orang itu menjawab: “Semoga kamu dicintai oleh Zat yang menjadikanmu mencintaiku karenaNya” (HR Abu Daud)

Kawan, pernahkah engkau mengunjungi kerabat, saudara dan sahabat, hanya karena engkau ingin mengunjunginya? Semata karena ingin menjalin tali cinta?

Tidak sempat. Bisa jadi seperti itu alasanmu. Terlalu banyak pekerjaan dan urusan yang tak mungkin ditinggalkan.

Kawan, pernahkah engkau menelepon ‘hanya’ untuk sekedar bersilaturahmi? Sekedar menyapa, mendengar suara di seberang sana dan menanyakan kabarnya?

Ah, tak terpikirkan. Dapat pula itu ungkapmu. Sedang masih banyak nomor terkait kewajiban menunggu untuk dihubungi.

Mungkin ada baiknya, jika engkau dengar sabda Sang Nabi berikut ini.

Dari Abu Hurairah ra, dari nabi SAW, beliau bersabda: “Sesungguhnya ada seseorang akan berkunjung ke tempat Saudaranya yang berada di desa lain, kemudian Allah ta’ala mengutus malaikat untuk mengujinya.

Setelah malaikat itu berjumpa dengannya ia bertanya: “Hendak kemanakah kamu?”

Ia menjawab: “Saya akan berkunjung ke tempat saudaraku yang berada di desa itu.”

Malaikat bertanya lagi: “Apakah kamu merasa berhutang budi padanya sehingga merasa perlu mengunjunginya?

Laki-laki itu menjawab: ”Tidak. Aku mengunjunginya semata karena aku mencintainya karena Allah ta’ala.”

Malaikat kemudian berkata: “Sesungguhnya saya adalah utusan Allah untuk menjumpaimu, dan Allah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu karena Allah (HR Muslim)

Kawan, sudahkah kau jabat tangan saudaramu ketika bertemu? Sudahkah kau peluk keluargamu hari ini?

Pasti, seperti itu barangkali kau sampaikan. Karena itu telah menjadi kebiasaan masyarakat.

Bukan, sahabat! Karena ia adalah sesuatu yang disunnahkan. Menjadi penggugur dosa para pelakunya. Mewujudkan cinta para penghasungnya. Semoga berita yang dibawa sahabat dari sang pembawa risalah meneguhkanmu.

Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: “Nabi SAW mencium Al Hasan bin Ali ra, kemudian Aqra’ bin Habis berkata: Sesungguhnya saya memiliki sepuluh anak, tetapi saya tidak pernah mencium seorang pun dari mereka.” Maka Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa tidak mengasihi ia tidak akan dikasihi.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari ‘Aisyah ra, ia berkata: “Zaid bin Haritsah dtang ke Madinah dan rasulullah SAW sedangn berada di rumahku, kemudian ia datang dan mengetuk pintu, lantas Nabi bangkit dan menarik kainnya, serta memeluk dan menciumnya.” (HR Turmudzi)

Dari Al Barra’ ra, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “ dua orang islam yang bertemu kemudian mereka berjabat tangan maka dosa kedua orang tersebut diampuni sebelum keduanya berpisah.” (HR Abu Dawud)

Kawan, mengatakan cinta bukanlah tabu, bahkan ia disunnahkan Al musthafa.. Engkau tidak harus romantis untuk melakukannya. Engkau tidak usah malu karena merasa sudah bukan masanya. Karena cinta tidak mengenal usia. Bolehlah ia diungkap oleh anak kepada Bapak dan ibunya, Ayah bunda pada sang putra, keponakan kepada kerabatnya. Seseorang pada sahabatnya. Terlebih bagi pasangan hidupnya. Karena cinta adalah bahasa dunia.

Maka, apa yang menghalangimu mengatakan Aku Cinta Padamu hari ini, dan menunjukkan kasih sayang pada keluarga, saudara, kaum kerabat dan sahabat? (@az, jelang tengah malam)

#bagi Neng Husnul, yang mencintaiku dengan sms dan telpon harian, maaf jika balasku tak sebesar cintamu. Tapi sungguh aku mencintaimu.
(Azimah Rahayu)

Allah Mengajarkan Cinta

Bismillahi Ar Rahman Ar Rahim…

Cinta adalah salah satu pesan agung yang Allah sampaikan kepada umat manusia sejak awal penciptaan makhluk-Nya. Dalam salah satu hadis yang diterima dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, ”Ketika Allah mencipta makhluk-makhluk-Nya di atas Arsy, Dia menulis satu kalimat dalam kitab-Nya, ‘Sesungguhnya cinta kasihku mengalahkan amarahku’.”(HR Muslim). Atau dalam versi yang lain, ”Sesungguhnya cinta kasihku mendahului amarahku.” (HR Muslim).

Dalam kehidupan manusia, cinta sering direfleksikan dalam bentuk dan tujuannya yang beragam. Ada dua bentuk cinta. Pertama, cinta karena Allah. Kedua, cinta karena manusia. Seseorang yang mencintai orang lain karena Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan mengarahkan cinta itu sebagai media efektif untuk saling memperbarui dan saling introspeksi diri, sudah sejauh mana pengabdian kita kepada Allah. Cinta model ini akan berujung pada kepatuhan total dan ketundukan tulus, bahwa apa yang dilakukannya adalah semata-mata karena pembuktian cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya.

Seseorang yang mencintai orang lain karena manusia, akan banyak menimbulkan persoalan serius. Cinta ini sifatnya singkat, karena cinta model ini biasanya muncul karena dorongan material dan hawa nafsu. Dua hal yang sering membuat manusia lalai dalam kenikmatan duniawi.

Rabi’ah al-Adawiyah, seorang tokoh sufi terkemuka, suatu ketika pernah berlari-lari di jalan sambil membawa seember air dan api. Ketika ditanya oleh seseorang tentang apa yang sedang dilakukannya, Rabi’ah tegas menjawab bahwa ia membawa air untuk menyiram api neraka, dan membawa api untuk membakar surga. Rabi’ah memberikan alasan, bahwa hanya karena niat ibadah untuk memperoleh surga dan terhindar dari api neraka inilah, kebanyakan manusia melupakan tujuan hakiki ibadahnya. Padahal, ibadah bukanlah bertujuan untuk memperoleh surga atau menghindari neraka. Ibadah merupakan bentuk cinta tulus ikhlas kepada Allah semata.

Pergaulan hidup juga mesti dilandasi cinta. Dengan itu, kehidupan akan berjalan harmonis dan langgeng. Cinta yang diajarkan Allah SWT adalah cinta yang berujung pada keabadian, karena Allah sendiri adalah Zat yang abadi dan tak pernah rusak. Maka, keabadian, keharmonisan, dan kesejahteraan umat manusia akan tercapai jika cinta yang ada pada diri manusia ditujukan semata-mata karena Allah. Allah SWT sendiri yang mengingatkan manusia, bahwa Dia tidak akan pernah mendahulukan amarah-Nya. Cinta Allah yang menyebar di alam semesta inilah yang menjadi bukti bahwa keharmonisan itu benar-benar terjadi.

Seseorang yang tidak melakukan cinta model yang Allah SWT ajarkan tidak akan berhasil mendapatkan cinta Allah. Dalam salah satu hadisnya, Rasulullah SAW bersabda, ”Siapa yang tidak mencintai manusia, maka ia tidak akan Allah cintai.” (HR Al-Bukhari). Model cinta yang Allah ajarkan adalah cinta tertinggi, kerena selain berakibat pada kebahagiaan abadi di akhirat, imbasnya bagi kehidupan dunia pun akan terasa. Wallahu a’lam.

Ketika Cinta Harus Memilih

Bismillahi Ar Rahman Ar Rahim…

Ketika kita didudukan dalam situasi untuk memilih, tentu naluri kemanusiaan kita akan memilih yang terbaik (best of the best). Lalu bagaimana jika justru ketika pilihan tersebut tidak ada yang memenuhi kriteria kita, haruskah kita tinggalkan dan mencari pilihan lain? Bagaimana jika seandainya pilihan tersebut mutlak yang terakhir? Dan bagaimana jika seandainya pilihan tersebut adalah suatu keputusan yang justru berimplikasi terhadap masa depan kita? Bagaimana seandainya jika justru pilihan tersebut adalah ujian dari Allah Swt sebagai wujud dari kasih sayang-Nya terhadap kita?

Banyak cerita di sekeliling kita yang dapat dijadikan bahan renungan tentang makna pilihan, dan buntutnya tentu masalah cinta. Jangan berpikiran sempit dulu tentang cinta itu sendiri. Cinta bukan hanya cinta antara pasangan suami istri (pasutri), atau cinta antara anak dan orang tua, namun juga termaktub cinta kepada suatu barang, misalnya buku dan lainnya. Bahkan ada seseorang yang sangat mencintai idola-nya, entah itu seorang artis atau aktor film.

Bukan suatu kebetulan jika saya mengetengahkan makna cinta ini kok sepertinya berhubungan dengan hari ‘valentine’ yang sebentar lagi tiba. Jujur saja saya sudah tidak ambil pusing dengan perayaan tersebut semenjak saya tahu bahwa perayaan hari valentine itu sangat jauh dari nilai islami. Bagi saya, cinta itu bersifat universal yang berhak dimiliki dan dinikmati oleh setiap makhluk hidup di bumi Allah ini tanpa batas waktu dan jarak.

Lalu, bagaimana jika kita dihadapkan kepada suatu keharusan untuk memilih satu dari dua pilihan yang ada? Sudahkah kita memaknai bahwa pilihan tersebut adalah yang terbaik menurut Allah Swt untuk kita, bukan sebaliknya.

Suatu kali pernah seorang teman bercerita tentang kehidupan rumah tangganya yang bermasalah. Namun sayangnya hal tersebut dijadikan alasan oleh sang teman untuk membalas-dendam dengan, maaf, berselingkuh dengan orang lain. Saya pun kerap bertanya kepada diri saya sendiri, bukankah ketika kita memutuskan menikahi pasangan kita adalah suatu pilihan yang pasti terbaik dari segala pilihan yang ada?

Tapi tunggu dulu, terbaik menurut siapa?

Allah Swt menganugerahi setiap manusia sebuah bonus yang bernama ‘akal’, mengapa saya katakan ‘bonus’ karena selain manusia, makhluk lain (hewan dan tumbuhan) tidak dianugerahi hal yang sama. Selain itu, sebagai manusia kita pun dianugerahi ‘titel’ khalifah (di bumi) oleh Allah Swt.

“Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi”. (Faathir:39)

Kembali kepada cerita seorang teman di atas, salahkah dia dengan pilihan hatinya? Salahkah dia ketika meresa kecewa karena pilihannya ternyata jauh dari apa yang dia impikan? Atau ketika dia diberikan pilihan, sudahkah dia memutuskan memilihnya dengan atas nama Allah?

Suami selalu mengingatkan saya untuk tidak terlalu mencintainya kalau bukan karena Allah Swt, karena ketika suatu saat Allah memanggil suami, tidak ada lagi cinta dan tempat bernaung yang tersisa, karena kesemua cinta yang ada sudah dibawanya pergi. Namun, ketika ketika kita mencintainya atas nama Allah, badai rintangan apapun yang menghadang, kita masih dapat berlindung di bawah kasih sayang-Nya karena hanya Allah Swt yang mampu memberikan kesempurnaan perlindungan.

Keputusan sang teman untuk berselingkuh, jelas meletakkan nafsu di atas akal. Bukan hanya tidak akan memecahkan masalah, bahkan akan menambah masalah baru. Akal pun dikorbankan atas nama nafsu semata.

Saya teringat ketika adzan maghrib berkumandang, sebagian kita mungkin sedang asyik menyimak berita demonstrasi di sebuah liputan berita nasional di televisi. Dan pilihan kembali disorongkan kepada diri kita. Mematikan televisi dan langsung berwudhu atau mentolerir diri kita dengan ‘pembenaran’, tokh beritanya tinggal lima menit, dan terus menonton. Kembali akal pun kita korbankan atas nama ‘tinggal lima menit’ ketika kita diberikan suatu pilihan di hadapan kita.

Bangun di waktu subuh ketika adzan berkumandang adalah satu pilihan terberat bagi sebagian orang yang lemah iman. Ketika orang lain sudah melangkah menuju surau/masjid di sisi lain kita mungkin masih enggan beranjak dari dalam selimut. Tidak hiraukan seruan dari surau…. ash shalatu khairun minan naum…

****

Cinta kepada orang lain melebihi cinta kepada suami, cinta kepada liputan berita daripada mendirikan sholat maghrib dan cinta kepada kehangatan selimut kita daripada bergegas ke surau adalah suatu pilihan yang diberikan Allah Swt bagi kaum yang berakal. Sudahkah kita termasuk ke dalam orang-orang yang berakal? Sudah pantaskah kita menjadi khafilah di bumi Allah ini?

Marilah kita bersegera sujud memohon ampun kehadirat-Nya atas segala keterlenaan kita dan atas keterbiusan kita akan gemerlap duniawi yang sebenarnya tiada kekal. “Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (Al-Baqarah:269)

Lalu, cinta manakah yang akan Anda pilih? Wallaahu’alam bishshowab.

(Rosanti K Adnan/yose@ratelindo.co.id)

eramuslim.com